19
Pendekatan saintifik diprediksi mampu mengembangkan 3 tiga ranah pembelajaran, yaitu ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sebagai berikut.
13
1 Ranah sikap, berkembang melalui proses afeksi, menerima, menjalankan, menghargai, menghayati sampai mengamalkan.
2 Ranah pengetahuan, berkembang melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, sampai
mencipta. 3 Ranah keterampilan, berkembang melalui kegitan mengamati,
menanya, mencoba, menalar, menyajikan, dan mencipta. Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar
sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Dengan lima langkah pembelajaran yang dimiliki,
pendekaan saintifik mampu mengkondisikan proses pembelajaran menjadi semakin menantang dan menyenangkan. Materi pelajaran
yang semula hanya berhenti pada tataran dogmatis, kini telah mampu diterima secara rasional dan empiris.
3. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif adalah pendekatan pembelajaran yang lebih berfokus pada norma-norma atau aturan-aturan yang secara
tekstual telah termaktub dalam sumber ajaran Islam yaitu al-Qur an dan Hadis}. Benar dan salah, baik dan buruk selalu merujuk kepada
ajaran norma yang ada. Dalam pembelajaran Aqidah dan akhlak, penjelasan yang terkait dengannya senantiasa dikembalikan kepada
teks-teks al-Qur an dan Hadis}, serta tidak dikaitkan dengan realitas kehidupan nyata secara rasional, empiris dan kontekstual. Apabila
13
Tatik Pujiani. Pendekatan Saintifik dan Penilaian Otentik Yogyakarta: Spirit for Education and Development, 2014, hal. 9
20
di dalam al-Qur an dan Hadis} tidak ditemukan teks-teks atau keterangan tentang suatu masalah yang sedang dikaji, maka
dirujuklah pendapat para pakar yang telah terbukukan dalam berbagai kitab. Mereka tidak melakukan terobosan dalam bentuk
inovasi dalam rangka menemukan jawaban terhadap masalah tersebut. Oleh karena itu pendukung pendekatan normatif sering
disebut dengan kaum tekstualis dan tradisionalis. Pendekatan ini dapat pula disebut pendekatan bayani sebagai lawan dari
pendekatan burhani.
14
Pendekatan normatif menjelaskan Aqidah dan Akhlak berdasarkan informasi wahyu yang tertulis dalam al-Qur an dan
Hadis} , serta kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama terdahulu.
Secara umum, eksistensi keimanan berkaitan dengan hal hal yang ghaib, mulai dari Allah hingga qodlo dan qodar, semuanya ghaib,
dalam arti tidak dapat diobservasi, immateri, trancenden dan seterusnya diakui secara bulat tanpa banyak mengajukan
pertanyaan. Karena keghaiban inilah, persoalan rukun Iman bukan wilayah akal untuk menjelaskannya, melainkan wilayah keyakinan
yang didasarkan kepada wahyu. Namun demikian, sesuai dengan keberadaan Islam sebagai agama yang menghargai akal dan ilmu
pengetahuan, wahyu juga memerintahkan manusia untuk menggunakan akal pikiran dan belajar dari alam agar dapat
meningkatkan pengetahuan tentang Allah dan keimanan kepada- Nya.
Begitu juga halnya dengan akhlak. Akhlak adalah sebuah persoalan perilaku manusia yang baik dan buruknya telah
14
Muhammad Azhar. Metode Islamic Studies: Studi Komparatif antara Islamization of Knowledge dan Scientification of Islam. Artikel dalam Jurnal Mukaddimah, Vol. XV, No. 26
JanuariāJuni Yogyakarta: Kopertais Wilayah III, 2009, hal. 62.
21
ditetapkan oleh ajaran Islam. Setiap perilaku yang telah ditetapkan oleh al-Qur an maupun Hadis} sebagai perbuatan yang buruk, maka
keputusan itu harus diterima, dengan tanpa mempertimbangkan apakah keputusan itu bersifat rasional atau tidak, dan empirik atau
tidak. Namun disisi lain, al-Qur an dan Hadis} telah menunjukkan
bahwa akhlak Islam bukan hanya hasil pemikiran terhadap teks-teks nash al-Qur an dan Hadis} dan lepas dari realitas kehidupa,
melainkan merupakan persoalan yang terkait dengan akal, ruh, hati, jiwa, realitas, dan tujuan yang telah digariskan oleh ajaran Islam.
Dengan demikian, akhlak mulia merupakan sistem perilaku yang diwajibkan dalam agama Islam melalui al-Quran dan Hadis} dengan
memperhatikan kondisi akal, ruh, hati, jiwa, realitas, dan tujuan yang telah digariskan oleh ajaran Islam.
4. Mata Pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah