TindakanTransaksi Hukum “Juristic Act” a. Transaksi Hukum sebagai Tindakan Pembuatan dan

3. TindakanTransaksi Hukum “Juristic Act” a. Transaksi Hukum sebagai Tindakan Pembuatan dan

Pelaksanaan Hukum Telah dijelaskan bahwa pengadilan harus memerintahkan suatu sanksi konkret dalam prosedur hukum kriminal berdasar- kan tuntutan organ komunitas, yaitu penuntut umum, sedangkan menurut prosedur hukum perdata berdasarkan gugatan salah satu pihak, yaitu penggugat. Adalah karakteristik khusus dari hukum perdata bahwa suatu transaksi hukum mungkin muncul di antara kondisi sanksi. Delik dalam hukum perdata adalah fakta bahwa satu pihak gagal memenuhi suatu kewajiban yang dibebankan kepadanya oleh transaksi hukum. Transaksi hukum adalah suatu tindakan dengan mana individu diotorisasikan oleh tata hukum untuk mengatur hubungan tertentu secara hukum. Hal ini adalah suatu tindakan pembuatan hukum karena menghasilkan kewajiban hukum dan hak para pihak yang masuk dalam transaksi. Namun pada waktu yang sama tindakan tersebut adalah suatu tindakan pelaksanaan hukum. 342 Proses yang dimulai dengan pembuatan konstitusi berlangsung berurutan dan fase akhirnya adalah realisasi tin- dakan paksaan sebagai konsekuensi dari suatu tindakan yang tidak sesuai dengan hukum. 343 Dengan memberikan individu kemungkinan mengatur hubungan antar para pihak melalui transaksi hukum, maka tata hukum memberi individu suatu otonomi hukum tertentu. Inilah yang disebut dengan otonomi privat private autonomy di mana dengan transaksi hukum, norma individual atau bahkan norma umum dibuat untuk mengatur hubungan antar para pihak. 344 Maka transaksi hukum berdasarkan norma hukum yang valid merupakan tindakan pembuatan hukum law­creating act. 345 Norma Sekunder sebagai Produk Transaksi Hukum Norma yang dibuat oleh transaksi hukum adalah norma sekunder karena menimbulkan kewajiban dan hak hukum hanya dalam hubungannya dengan norma primer umum yang memberikan suatu sanksi terhadap pelanggaran transaksi. Jadi norma sekunder adalah isi dari tindakan hukum yang oleh nor- ma umum primer dijadikan sebagai kondisi bagi sanksi. 346 Dalam wilayah hukum pidana, kewajiban hukum ditentu- kan secara langsung oleh norma umum primer, sedangkan dalam hukum perdata norma umum primer hanya menentukan kewajiban hukum individual secara tidak langsung yaitu melalui media transaksi hukum. Namun terdapat pengecualian dalam hukum perdata tersebut, yaitu dalam kasus kewajiban untuk memperbaiki kerusakan karena tindakan ilegal. 347 Sanksi yang ditetapkan oleh norma hukum umum hu- kum perdata tidak hanya dikondisikan oleh perbuatan individu yang berlawanan dengan norma sekunder yang dibuat dalam transaksi hukum, tetapi juga oleh fakta bahwa kerusakan yang disebabkan oleh pelanggaran tersebut tidak diperbaiki. Dalam terminologi lain, antara pelanggaran norma sekunder dan sanksi, suatu kewajiban untuk memperbaiki kerusakan akibat tindakan illegal biasanya disisipkan. Pada setiap tata hukum ada suatu kewajiban untuk memperbaiki kerusakan yang diakibat- kan secara ilegal bukan sebagai kasus perbuatan illegal yang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran norma sekunder, tetapi suatu norma hukum umum yang memberikan sanksi secara langsung terhadap fakta bahwa seorang individu tidak 343 Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 70. 344 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 137. 345 Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 256–258. 346 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 137. 347 Ibid., hal. 138. 348 Ibid., hal. 138–140. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 123–124. 349 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 140. memperbaiki suatu kerugian karena perbuatannya meskipun tidak ada transaksi hukum. Maka kewajiban memperbaiki suatu kerugian injury yang disebabkan oleh perbuatan yang bukan pelanggaran terhadap norma sekunder biasanya dikarakteristik- kan bukan sebagai kewajiban ex contractu tetapi suatu kewajiban ex delictu . 348 Transaksi Hukum dan Delik Transaksi hukum dan delik, keduanya adalah kondisi bagi suatu sanksi. Namun transaksi hukum adalah suatu fakta pembuatan hukum, sedangkan delik tidak. Sesuai dengan mak- sud transaksi hukum, maka jika norma dilanggar dan kerusakan yang diakibatkannya tidak diperbaiki maka suatu sanksi harus dieksekusikan. Transaksi hukum adalah suatu kondisi dari suatu delik sipil dan hanya merupakan kondisi tidak langsung bagi sanksi sipil. Delik sipil atau kriminal adalah kondisi langsung dari sanksi yang dieksekusikan walaupun berlawanan dengan keinginan deliquent. 349

b. Kontrak

Bentuk umum transaksi hukum dalam hukum perdata adalah kontrak. Kontrak merupakan deklarasi keinginan yang sama dari dua atau lebih individu tentang perbuatan tertentu dari pihak-pihak. Tata hukum mungkin, tetapi tidak harus, menentukan suatu bentuk khusus dari deklarasi ini. Suatu ke- tidaksesuaian dapat eksis antara keinginan aktual dari para pihak dengan ekspresinya. Ilmu hukum teoritis tidak dapat memutus- kan apakah konsekuensi yang akan dimiliki oleh ketidaksesuaian tersebut. Ilmu hukum mungkin lebih mementingkan keinginan aktual atau pada deklarasi. Kontrak mungkin ditetapkan tidak berlaku void jika salah satu pihak dapat menunjukkan bahwa keinginan sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang ditafsirkan dalam suatu deklarasi keinginannya. Atau validitas dari kontrak mungkin dianggap independen, sehingga kontrak ditetapkan sebagai valid. Yang mana di antara kedua solusi tersebut yang di- pilih tergantung pada politik hukum sebagai value judgment. 350 Penawaran dan Penerimaan Bahwa pihak-pihak membuat deklarasi yang sama biasanya tidak mencukupi untuk pembuatan suatu kontrak. Deklarasi salah satu pihak harus ditujukan dan diterima oleh pihak lain. Maka suatu kontrak dapat dikatakan terdiri dari suatu penawaran dan suatu penerimaan. Pembedaan antara penawaran dan penerimaan ini mempresuposisikan bahwa dua deklarasi tersebut tidak dibuat scara simultan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apakah yang menawarkan harus memberlakukannya hingga saat penerimaan. Haruskah kedua pihak memiliki keinginan yang sebenarnya untuk membuat kontrak pada satu saat yang sama? Jika yang menawarkan me- nunjukkan bahwa dia tidak lagi memiliki keinginan terhadap kontrak pada saat pihak lain menerima penawaran tersebut? Dapatkah yang menawarkan membatalkan penawarannya se- belum ada penerimaan? Pertanyaan ini kembali merupakan pertanyaan bagi tata hukum itu sendiri, dan teori hukum tidak dapat menyelesaikannya. 351 Norma yang dibuat oleh Kontrak Keinginan sebenarnya dari para pihak dan deklarasinya adalah sesuatu yang penting dalam tindakan yang kita sebut sebagai pembuatan suatu kontrak. Setiap pihak harus meng- inginkan yang sama atau memiliki keinginan yang paralel. Na- 350 Ibid., hal. 140–141. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 258–262. 351 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 141. 352 Ibid., hal. 141–142. mun norma yang dibuat dengan tindakan ini bukan merupakan keinginan. Norma ini tetap valid, walaupun ketika satu atau kedua pihak tidak lagi memiliki keinginan terkait dengannya. Norma ini tetap eksis dengan validitasnya sampai dibatalkan melalui kontrak yang lain yang berarti norma yang bertentangan dibuat oleh kontrak lain. Norma yang dibuat melalui kontrak mungkin individual atau umum. Kontrak umum memainkan peran utama dalam hukum perburuhan dan hukum inter- nasional. 352 Transaksi Satu Segi dan Dua Segi Suatu kontrak adalah tindakan hukum dua segi se- panjang sebagai norma sekunder yang mewajibkan dan meng- otorisasikan para pihak dibuat oleh kolaborasi setidaknya dua individu. Tetapi juga terdapat tindakan hukum satu segi di mana norma sekunder dibuat hanya oleh satu individu. Ini adalah karakteristik hukum perdata yang normalnya seorang individu dapat mewajibkan dirinya sendiri dengan tindakan hukum satu segi. Dalam hukum perdata, prinsip otonomi privat sangat menonjol, di mana tidak ada orang yang dapat dikenai kewajiban tanpa persetujuannya. Contoh tindakan hukum satu segi adalah penawaran yang mengikat si penawar sendiri untuk waktu tertentu sebelum penerimaan. 353

4. Hukum Konstitusi