Kapankah suatu norma dimiliki oleh suatu sistem norma ter- tentu? Pertanyaan ini terkait dengan pertanyaan tentang alasan
validitas suatu norma. Peran kedua adalah sebagai alasan akhir bagi validitas norma hukum yang lain. Fungsi suatu norma
dasar menurut Kelsen adalah mengotorisasi pembuatan kons- titusi pertama.
423
Kesalahan dari argumen ini adalah bahwa konstitusi pertama tidak harus satu norma, tetapi mungkin dan sering,
merupakan seperangkat norma yang diberlakukan dengan penggunaan kekuasaan satu lembaga legislatif. Suatu konstitusi
pertama dapat berisi beberapa norma yang masing-masing mengatur kekuasaan legislatif yang berbeda pada lembaga
yang berbeda pula. Sebagai contoh, satu norma dari konstitusi pertama mungkin menentukan kekuasaan legislatif parlemen
federal, sedangkan norma lain dalam konstitusi tersebut me- nentukan kekuasaan parlemen negara bagian. Lebih dari itu,
konstitusi pertama mungkin tidak hanya mengatur kekuasaan legislatif, tetapi juga norma biasa yang membebankan kewajiban
dan memberikan sanksi untuk mendukungnya. Jadi norma dasarlah yang dimiliki oleh setiap rantai validitas sebagai alasan
akhir validitas, bukan konstitusi pertama.
424
3. Norma: Statis dan Dinamis
Pembahasan berikutnya adalah terkait dengan dua pan- dangan dalam teori Kelsen yaitu; pertama, bahwa setiap norma
membebankan kewajiban dengan mengijinkan pelaksanaan sanksi sudut pandang statis; dan kedua, bahwa beberapa
norma tidak membebankan kewajiban tetapi memberikan kekuasaan legislatif sudut pandang dinamis. Pandangan
hukum secara statis dari Kelsen menyatakan bahwa setiap norma membebankan kewajiban dengan memberikan sanksi
Namun dia merasa perlu untuk menambahkan pandangan dan menyesuaikannya dengan adanya norma yang memberikan
kekuasaan legislatif.
425
Adanya dua sudut pandang merupakan dua prinsip individuasi yang berbeda, yaitu prinsip statis individuasi ber-
dasarkan konsep sanksi yang memaksa coercived sanction dan prinsip individuasi dinamis berdasarkan konsep kekuasaan
legislatif. Prinsip individuasi pertama jelas seperti digambarkan sebagai sudut pandang statis bahwa setiap hukum adalah suatu
norma yang membebankan kewajiban dengan menentukan suatu sanksi. Sedangkan prinsip dinamis kurang jelas, yang
hanya berarti bahwa norma dapat berisi pemberian kekuasaan legislatif sebagaimana norma yang membebankan kewajiban
dengan menentukan sanksi.
426
Kelsen hanya menjelaskan kekuasaan legislatif terkait dengan prinsip individuasi statis dan tidak menunjukkan se-
bagai dasar bagi prinsip lain yang berbeda. Karena tidak adanya deinisi independen dari kekuasaan legislatif, sudut pandang
dinamis Kelsen tidak pernah lebih dari suatu rencana pro- gram adanya suatu prinsip individuasi dinamis. Rencana ini
sendiri diakui oleh Kelsen sebagai berikut:
427
“If one looks upon the legal order from the dynamic point of view...it seems possible to deine
the concept of law in a way quite different from that in which we have tried to deined it in this theory. It seems especially possible to ignore the
element of coercion in deining the concept of law.”
428
Jika prinsip individuasi dinamis dan statis merupakan dua jalan penyusun dan pembagian sistem hukum yang sama,
423
Ibid., hal. 100–101.
424
Ibid., hal. 101.
425
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 143–144., Raz, Op.Cit., hal. 109.
426
Ibid., hal. 110–111.
427
Ibid., hal. 111.
428
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 122.
maka harus dapat memproyeksikan atau memetakan satu bagian ke dalam bagian lain. Hal ini karena hubungan satu dan lain-
nya harus eksis antara elemen-elemen dan bagian lain. Kelsen menyatakan “Dalam penyajian hukum secara statis, konstitusi sebagai
norma yang lebih tinggi adalah diproyeksikan sebagai bagian dari norma yang lebih rendah.”
429
Hal ini berarti norma statis, misalnya jika konstitusi mengotorisasi parlemen untuk menetapkan hukum kriminal,
dan jika parlemen memberikan suatu sanksi untuk pencurian, maka jika ada seseorang melakukan pencurian dia harus dihukum
, diproyek- sikan menjadi dua norma dinamis, yaitu parlemen diotorisasi
untuk menetapkan hukum kriminal , dan petugas diotorisasi untuk
melaksanakan sanksi kepada pencuri . Maka setiap hukum statis
diproyeksikan menjadi beberapa hukum dinamis. Sebaliknya satu hukum dinamis juga dapat diproyeksikan menjadi beberapa
hukum statis.
430
Berdasarkan kemungkinan proyeksi tersebut, Raz secara tidak langsung menyatakan bahwa prinsip dinamis bukan me-
rupakan prinsip individuasi karena ketika kekuasaan legislatif diproyeksikan dalam suatu pernyataan hukum secara statis
akan menjadi kompetensi atau kapasitas hukum, yaitu kondisi bagi suatu sanksi.
431
Kelsen tidak menentukan kriteria untuk memisahkan kompetensi legislasi dari bentuk kompetensi lain
baik untuk melakukan delik atau untuk mengklaim hak. Di sinilah Kelsen dipandang gagal merumuskan deinisi statis dari
kekuasaan legislatif.
432
Selanjutnya Raz menyatakan bahwa proyeksi antara nor- ma statis dan norma dinamis tidak selalu dapat dilakukan. Pada
kenyataannya norma statis tidak selalu berhubungan dengan norma dinamis. Jika suatu norma memberikan kekuasaan leg-
islatif, dan jika kekuasaan tersebut tidak digunakan yang berarti tidak ada norma yang dibuat berdasarkan kekuasaan tersebut,
maka tidak ada tidak ada norma statis sebagai pasangannya. Jika dikatakan bahwa kekuasaan legislatif adalah suatu kon-
disi bagi pelaksanaan sanksi, berarti jika tidak ada sanksi yang ditentukan, maka kekuasaan legislatif dengan sendirinya tidak
eksis sepanjang menurut sudut pandang statis.
433
Hal ini berarti bahwa prinsip individuasi statis dan dina- mis diterapkan untuk materi hukum yang berbeda. Prinsip
statis dapat terkait dengan suatu undang-undang yang mem- berikan kekuasaan legislatif sebagai bagian dari materi hukum
setidaknya hanya sesudah suatu sanksi telah ditentukan oleh penggunaan kekuasaan tersebut. Suatu norma dinamis adalah
norma hukum hanya jika norma tersebut dapat diproyeksikan ke dalam norma statis.
434
Kelsen menyatakan; “the norms of the material constitution are law only in their organic connection with those
sanctionstipulating norms which are created in their basis.”
435
Hal tersebut mengindikasikan primasi sifat primer atau utama dari prinsip individuasi statis. Hal ini sesuai den-
gan pendapat Kelsen bahwa norma hukum ditentukan oleh pemberian sanksi yang memaksa. Tidak semua yang dibuat
berdasarkan prosedur adalah hukum dalam arti suatu norma hukum. Adalah suatu norma hukum jika mengatur perbuatan
manusia dengan menyiapkan suatu tindakan paksaan sebagai sanksi. Maka norma dinamis bukan merupakan norma sama
sekali, tetapi suatu penyelidikan terhadap pembagian norma statis ke dalam bagian-bagian yang bukan merupakan hukum
ataupun norma.
436
429
Ibid., hal. 144.
430
Raz, Op.Cit., hal. 111.
431
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 90., Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 146.
432
Raz, Op.Cit., hal. 112.
433
Ibid.
434
Ibid.
435
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 144.
436
Raz, Op.Cit., hal. 112–113
B. KRITIK HARI CHAND