Hak Sebagai Suatu Teknik Hukum yang Spesiik

lakukan perbuatan tersebut kepada A. Terdapat kasus di mana terbuka bagi individu untuk memiliki kemungkinan hukum memberlakukan enforcing dengan menuntut kewajiban hukum individu lain. 195 Hak sebagai Perwakilan Pernyataan bahwa subyek hak adalah yang berpotensi menjadi penuntut tidak berlaku pada semua kasus. Melalui transaksi hukum tertentu individu mungkin menyatakan bah- wa deklarasi dari individu lain, agen-nya, memiliki akibat yang sama dengan deklarasi yang dia nyatakan sendiri, principal. Jika seseorang menggunakan lembaga hukum ini, yang disebut consensual representation , dia mungkin juga mengajukan tuntutan ke pengadilan melalui agen-nya. 196 Terdapat individu tertentu yang menurut hukum mo- dern harus memiliki wakil, seperti individu yang mengalami kekurangan atau ketidakmampuan secara mental. Dalam kasus non­consensual representation ini, yang mewakili, disebut guardian, tidak diinstitusikan oleh transaksi hukum antara dia dengan yang diwakili, ward, tetapi ditentukan oleh aturan hukum tanpa tindakan penunjukkan. 197

3. Hak Sebagai Suatu Teknik Hukum yang Spesiik

Dalam kasus perdata, jika pelaksanaan norma hukum tergantung pada deklarasi keinginan individu tertentu, berarti legislatif telah menunjuk kepentingan individu ini sebagai hal yang menentukan. Namun sering kali pelaksanaan norma hukum tersebut lebih merupakan kepentingan dari semua anggota masyarakat hukum, dan tidak hanya satu individu ter- tentu. Pelaksanaan sanksi yang ditentukan oleh aturan hukum terhadap debitor yang gagal memenuhi kewajibannya adalah kepentingan semua orang yang mungkin menjadi kreditor, atau setiap orang yang ingin aturan hukum dilaksanakan. Adalah kepentingan komunitas hukum bahwa semua norma hukum dipatuhi dan dilaksanakan. 198 Teknik hukum perdata yang menentukan bahwa legis- lator tidak menghargai kepentingan kolektif dalam pelaksana- an norma dan hanya mengakui kepentingan individu tertentu sebagai hal yang penting adalah bentuk tata hukum yang ber- dasarkan pada kapitalisme privat. Di sisi lain, hukum kriminal menunjukkan teknik yang berbeda, karena prosesnya tidak dapat dilakukan oleh orang yang kepentingannya paling dirugi- kan oleh delik. Adalah otoritas publik sebagai organ masyarakat yang kompeten melakukan tindakan yang dibutuhkan. Karena sanksi kriminal tidak bergantung pada tuntutan hukum individu, maka tidak ada individu privat yang memiliki “hak” untuk tidak menjadi korban delik kriminal. Sebaliknya karena pelaksanaan sanksi tergantung pada tindakan organ yang kompeten, maka dapat dikatakan sebagai hak negara bahwa anggota komunitas harus terlindungi dari kejahatan. 199 Namun demikian antara proses kriminal dan perdata memiliki kesamaan bentuk, paling tidak dalam penampakan keluar. Keduanya menunjukkan perselisihan antara dua pihak. Proses kriminal adalah perselisihan antara komunitas hukum, di mana negara diwaliki oleh organ publik, dengan individu privat atau terdakwa accused. Sedangkan proses perdata adalah perselisihan antara dua individu privat, penggugat plaintiff dan tergugat defendant. 200 196 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 83. Hubungan perwakilan ini menim- bulkan kapasitas hukum. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 158–163. 197 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 83–84. 198 Ibid., hal. 84. 199 Ibid., hal. 84–85. 200 Ibid., hal. 85.

4. Hak Absolut dan Hak Relatif