KONSEP HUKUM DINAMIS “NOMODINAMICS”
3
B A B
A. TATA HUKUM “THE LEGAL ORDER”
1. Kesatuan Tata Normatif “The Unity of A Normative Order”
a. Norma Dasar Sebagai Landasan Validitas
Suatu pernyataan tentang realitas dikatakan benar, karena pernyataan tersebut berhubungan dengan realitas atau karena
pengalaman kita menunjukkan kesesuaian dengan relitas tersebut. Suatu norma adalah bukan pernyataan tentang rea-
litas sehingga tidak dapat dikatakan benar atau salah dengan ukuran realitas. Validitas norma tidak karena keberlakuannya.
Pertanyaan mengapa sesuatu seharusnya terjadi tidak pernah dapat dijawab dengan penekanan pada akibat bahwa sesuatu
harus terjadi, tetapi hanya oleh penekanan bahwa sesuatu se- harusnya terjadi.
253
Kita menyatakan suatu norma bahwa “Kamu dilarang mem bunuh karena Tuhan melarangnya”
atau “Kamu harus pergi ke sekolah, karena ayahmu memerintahkannya.”
Alasan validitas norma kamu dilarang membunuh
adalah norma umum yaitu kamu harus mematuhi
253
Ibid., hal. 110.
perintah Tuhan . Alasan validitas norma kamu harus pergi ke sekolah
adalah norma umum bahwa anak harus mematuhi ayahnya. Jadi alasan validitas norma adalah selalu suatu norma, bukan fakta.
Pertanyaan alasan validitas norma bersandar kembali kepada norma lain yang darinya norma pertama diturunkan.
254
Kita menerima pernyataan bahwa kamu harus membantu pengikutmu yang membutuhkan
sebagai norma yang valid karena norma ini berasal dari pernyataan kamu harus mencintai tetangga
mu . Norma ini kita terima sebagai norma yang valid karena
merupakan norma akhir yang validitasnya ada pada norma itu sendiri selfevident.
255
Suatu norma yang validitasnya tidak dapat diturunkan dari suatu norma yang lebih tinggi disebut norma dasar basic
norm . Validitas semua norma dapat dilacak pada satu atau be-
berapa norma dasar yang membentuk suatu sistem norma atau aturan. Norma dasar ini membentuk, sebagai sumber bersama,
suatu ikatan antara semua norma-norma yang berbeda yang menjadi isi dari aturan.
256
Bahwa suatu norma adalah milik suatu sistem norma tertentu dapat diuji hanya dengan meyakinkan bahwa norma
tersebut menderivasikan validitasnya dari norma dasar yang membentuk tata hukum. Jadi alasan validitas suatu norma ada-
lah suatu preposisi bahwa terdapat suatu norma akhir yang valid, yaitu norma dasar. Uraian alasan validitas norma ini bukan
sesuatu penjelasan yang tiada akhir
regressus ad ininitum, tetapi berakhir pada suatu norma tertinggi yang menjadi alasan akhir
validitas di dalam sistem normatif.
257
b. Sistem Norma Statis dan Dinamis
Teori hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu teori hukum statis dan teori hukum dinamis. Pembedaan ini
tergantung pada penekanan pandangan apakah pada perbuatan manusia yang diatur oleh norma the human behavior regulated by
norms
atau pada norma yang mengatur perbuatan manusia norms regulating human behavior.
258
Dalam teori statis, suatu norma adalah valid dan hal ini berarti kita mengasumsikan
bahwa individu yang perbuatannya diatur oleh norma harus berbuat sesuai dengan yang ditentukan norma, yang berdasar-
kan nilai isinya merupakan suatu bukti yang menjamin validitas- nya. Sedangkan teori dinamis obyeknya adalah aktivitas proses
pembuatan dan pelaksanaan hukum.
Berdasarkan pembagian tersebut dan dengan melihat tipe norma dasarnya, dapat dibedakan dua prinsip atau sistem
norma yaitu sistem statis dan dinamis. Suatu norma adalah norma tipe statis karena ditentukan oleh norma dasar baik
validitasnya maupun materinya. Validitas norma dan kualitas norma ini karena dapat diderivasikan atau dideduksikan se-
cara logis langsung dari norma dasar tertentu. Bentuk umum dari norma yang valid berdasarkan nilai substansinya, adalah
norma moral. Norma dasar dari moralitas memiliki karakter substansi yang statis. Tipe kedua yaitu sistem norma yang dina-
mis terdapat pada suatu sistem di mana validitas suatu norma tidak dapat digantungkan pada isi dari norma itu sendiri, tetapi
valid karena dibuat dengan cara tertentu. Karakter dinamis ini menjadi karakter dari norma hukum di mana norma dasar
dari suatu sistem hukum adalah aturan dasar yang mengatur pembuatan norma-norma dalam sistem tersebut.
259
254
Ibid., hal 110. Kelsen, Pure Theory of Law, Op.Cit., hal. 193.
255
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 110–111.
256
Ibid., hal. 111.
257
Ibid., hal. 111.
258
Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 70–71.
259
Dalam General Theory of Law and State digunakan istilah “system” atau “type”, sedangkan dalam Pure Theory of Law digunakan istilah “principle”.
Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 55–56. Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 112. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 195–196.
Norma dasar menetapkan otoritas tertentu yang dapat memberikan kekuasaan pembuatan norma kepada beberapa oto-
ritas lain. Norma dengan sistem dinamis harus dibuat melalui tindakan individual yang telah diotorisasikan untuk membuat
norma oleh norma yang lebih tinggi. Otorisasi ini adalah suatu delegasi. Norma yang menciptakan kekuasaan didelegasikan
dari satu otoritas kepada otoritas lain, di mana otoritas yang pertama lebih tinggi dan yang kedua lebih rendah.
260
Berbagai macam norma membentuk suatu kesatuan, suatu sistem, suatu
tatanan, jika validitas norma dapat dilacak kembali kepada suatu norma tunggal sebagai dasar akhir validitasnya. Karakter
dinamis dari sistem hukum dapat disebutkan sebagai rantai pembuatan hukum chain
261
of creation .
262
2. Hukum Sebagai Sistem Dinamis a. Positivisasi Hukum