Ilmu Hukum Sosiologis Mempresuposisikan Kon- sep Hukum Secara Normatif

Untuk menginvestigasi penyebab keberlakuan aturan hukum tertentu adalah masalah yang penting dalam sosiologi. Tetapi hampir tidak dapat ditentukan bahwa kita hari ini dalam posisi menyelesaikannya. Namun adalah mungkin berhasil menyelesaikan masalah sosiologi khususnya yang terkait de- ngan fenomena hukum. Jika kita menguji motif orang yang membuat, menerapkan, dan mematuhi hukum kita menjumpai dalam pikirannya ideologi tertentu di mana ide keadilan me- mainkan bagian yang esensial. Adalah tugas yang penting untuk menganalisis secara kritis ideologi ini untuk membangun suatu sosiologi keadilan. Masalah keadilan, secara alami, bersandar- kan pada kerangka normative jurisprudence yang melahirkan teori hukum positif; tetapi kepercayaan pada keadilan adalah subyek yang tepat bagi sociological jurisprudence; bahkan mungkin subyek khususnya. 407

6. Ilmu Hukum Sosiologis Mempresuposisikan Kon- sep Hukum Secara Normatif

Nilai deskripsi hukum positif dalam terma sosiologis selanjutnya dikurangi dengan fakta bahwa sosiologi dapat mendeinisikan fenomena hukum hanya dari konsep hukum yang dibuat oleh normative jurisprudence. Sociological jurisprudence mempresuposisikan konsep ini. Obyek sociological jurisprudence bukan norma yang valid, yang membentuk obyek normative jurisprudence , tetapi perbuatan manusia. Apakah perbuatan manusia? Hanyalah perbuatan yang terkait dengan hukum. Apa perbedaan perbuatan tersebut secara sosiologis dengan per buatan yang berada di luar bidang studi sosiologi hukum? Tidak lain adalah hanyalah sepanjang perbuatan yang terkait dengan hukum, yaitu perbuatan yang diatur dan berkaitan dengan aturan hukum yang ada. 408 Yang paling berhasil mendeinisikan obyek sosiologi hukum adalah Max Weber. Dia menulis: “Ketika kita concern dengan hukum, tata hukum, aturan hukum, kita harus secara ketat memperhatikan perbedaan antara pandangan yuristik dan sosiologis. Ilmu hukum mempertanyakan norma hukum valid secara ideal. Sosiologi mencari apa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat karena terdapat kemungkinan tertentu bahwa anggotanya percaya pada validitas suatu aturan dan menyesuaikan orientieren perilakunya dengan aturan ini. Maka sesuai dengan deinisi ini, obyek sosiologi hukum adalah perbuatan manusia yang harus ditentukan oleh ide aturan yang valid .” 409 Sosiologi hukum sebagaimana dideinisikan oleh Weber adalah mungkin hanya terhadap perbuatan manusia yang men- jadi obyek hukum sebagaimana dia eksis dalam pikiran manu- sia sebagai isi idenya. Dalam pikiran manusia, hukum eksis sebagai suatu fakta, sebagai suatu badan norma yang valid, sebagai suatu sistem normatif. Hanya dengan menunjuk pada perbuatan manusia yang ada dalam suatu sistem norma yang valid, di mana hukum dideinsikan oleh normative jurisprudence, sociological jurisprudence dapat membatasi obyek khususnya dari sosiologi umum. Hanya dengan hal inilah mungkin dibedakan secara sosiologis antara fenomena hukum dan fenomena non hukum, antara negara dengan gerombolan manusia. 410 Perbuatan manusia menjadi wilayah sosiologi hukum bukan karena diorientasikan kepada aturan hukum, tetapi ka- rena ditentukan oleh norma hukum sebagai kondisi atau kon- sekuensi. 411 Perbuatan yang masuk sebagai delik adalah obyek 410 Ibid., hal. 176–177. 411 Salah satu prinsip dari teori hukum murni dikemukakan oleh Harris dengan theorem bahwa “suatu aturan hukum positif disamakan dengan suatu norma murni dengan isi berupa keharusan. Harris, Op.Cit., hal. 25. 412 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 178. 408 Ibid., hal. 175. 409 Ibid., hal. 175–176. dari sosiologi hukum walaupun jika deliquent telah melakukannya tanpa berikir tentang hukum. Hanya karena ditentukan oleh aturan hukumlah suatu perbuatan menjadi suatu fenomena hukum. 412 KRITIK DAN PENGEMBANGAN TERHADAP TEORI HUKUM HANS KELSEN 4 B A B Seperti halnya teori pada umumnya, teori hukum Hans Kelsen juga tidak terlepas dari berbagai keberatan maupun kritik baik yang berasal dari aliran hukum sebelumnya khusus- nya hukum alam dan positivisme empiris, maupun dari aliran hukum yang berkembang belakangan. Kritik terhadap teori hukum yang dikemukakan Kelsen pada umumnya antara lain terkait dengan metode formal yang digunakan dalam Pure Theory of Law , konsep hukum sebagai perintah yang memaksa namun tidak secara psikologis, postulasi validitas norma dasar, hubungan hukum dan negara, dan masalah konsep hukum internasional sebagai suatu sistem. Kritik-kritik dikemukakan oleh banyak ahli hukum se- suai dengan pokok masalah yang menjadi pusat perhatian, dan masing-masing menggunakan perspektif tertentu yang berbeda-beda. Pada bagian ini akan dikemukakan kritik dari tiga orang ahli hukum yaitu Joseph Raz dalam buku The Concept of a Legal System: An introduction to the Theory of a Legal System 413 , Hari Chand dalam buku Modern Jurisprudence 414 , dan J.W. Harris dalam buku Law and Legal Science: An Inquiry into the Concepts Legal Rule and Legal System. 415 413 Raz, Op.Cit. 414 Chand, Op.Cit. 415 Harris, Op.Cit.

A. KRITIK JOSEPH RAZ