Delik Sebagai Suatu Kondisi Bagi Sanksi

malum dalam arti hukum karena perbuatan hanya menjadi malum hanya jika dilarang prohibitum. Hal ini adalah konsekuensi dari prinsip hukum pidana “nulla poena sine lege, nullum crimen sine lege” . Tidak ada sanksi tanpa norma hukum yang memberikan sanksi. Tidak ada delik tanpa norma hukum yang menentukan bahwa itu delik. 128

2. Delik Sebagai Suatu Kondisi Bagi Sanksi

Dari pandangan yang murni hukum, delik dikarakter- istikkan sebagai kondisi bagi sanksi. Namun delik tidak hanya merupakan kondisi karena dalam kasus perdata dikenakannya sanksi sebagai konsekuensi adanya delik masih membutuhkan tindakan lain dari pihak yang berkepentingan untuk menuntut dilaksanakannya sanksi. 129 Hubungan antara delik dan sanksi ini meskipun dapat dianalogikan dengan hukum sebab dan aki- bat, tetapi bukan merupakan hukum sebab akibat karena ilmu hukum membicarakan norma sebagai keharusan dan bukan peristiwa aktual. Hubungan ini merupakan ketentuan normatif yang dapat disebut sebagai imputasi imputation. 130 Namun jelas bahwa berdasarkan pandangan hukum, delik bukan merupakan pelanggaran hukum violation of law karena validitas norma hukum tidak terancam oleh delik. Delik juga bukan merupakan sesuatu yang bertentangan dengan hukum contrary to the law atau menegasikan hukum a negation to the law. Bagi ahli hukum, delik adalah suatu kondisi yang ditentukan oleh hukum. 131 Deinisi hukum atas delik harus secara keseluruhan berdasarkan norma hukum. Maka delik normalnya adalah tindakan individu terhadap mana dikenakan sanksi sebagai konsekuensi tindakan tersebut. Kreteria konsep delik adalah elemen yang ditentukan dalam materi norma hukum, bukan yang dimaksudkan oleh legislator. 132 Harus pula diingat bahwa fakta adanya delik tidak hanya terkait dengan suatu tindakan tertentu, tetapi juga terkait de- ngan akibat dari tindakan tersebut. Aturan hukum menambah- kan suatu sanksi terhadap tindakan individu karena akibat per- buatan tersebut terhadap orang lain. Delik pembunuhan terdiri dari tindakan individu yang dimaksudkan untuk membawa kematian individu lain dan kematian itu sendiri. Perbuatan behavior tidak harus berupa tindakan action, dalam beberapa kasus juga berbentuk pembiaran omission atau tindakan tidak aktif non­performance action. 133 Menurut hukum kriminal masyarakat yang beradab, sank- si biasanya diberikan hanya dalam kasus di mana akibat yang ti- dak diinginkan oleh masyarakat tersebut memang dimaksudkan atau disengaja oleh pelaku. Jika maksud adalah esensial dalam tindakan kejahatan, maka suatu sikap atau pendirian mental sebagai bagian dari pelaku adalah unsur material dari delik. Dalam kasus ini delik dikualiikasikan secara psikologis. 134

3. Identiikasi “Deliquent” dengan Anggota Kelompoknya