Konsep Hukum Statis dan Dinamis

Berdasarkan konsep validitas hukum secara dinamis ter- sebut, Hari Chand mengemukakan bahwa suatu norma yang valid harus memenuhi kondisi 1 harus merupakan bagian dari suatu sistem norma; dan 2 sistem norma tersebut harus berlaku efektif eficacious. Lebih lanjut Chand mengutip pen- dapat Starke dalam Fundamental Views and Ideas of Hans Kelsen 1881–1973 bahwa konsep validitas dapat dipahami dengan mempelajari empat arti yang diberikan oleh Kelsen, yaitu: 300 1. Suatu norma eksis dengan kekuatan mengikat; 2. Norma partikuler tersebut dapat diidentiikasi sebagai bagian dari suatu tata hukum legal order yang berlaku efi­ cacious ; 3. Suatu norma dikondisikan oleh norma lain yang lebih tinggi dalam hirarki norma; 4. Suatu norma yang dijustiikasi kesesuaiannya dengan norma dasar.

4. Konsep Hukum Statis dan Dinamis

Jika melihat tata hukum dari sudut pandang dinamis, maka mungkin untuk mendeinisikan konsep hukum secara berbeda dari yang coba dideinisikan dalam teori ini. Terdapat kemungkinan untuk mengabaikan elemen paksaan dalam mendeinisikan konsep hukum. 301 Adalah fakta bahwa legislator dapat menetapkan perin- tah tanpa perlu memberikan sanksi kriminal atau sanksi per- data terhadap pelanggarannya. Jika norma semacam ini juga disebut sebagai norma hukum, adalah karena dibuat oleh oto- ritas yang menurut konstitusi memiliki kompetensi membuat hukum. Berdasarkan konsep ini, maka hukum adalah apapun yang ada dibuat dengan jalan yang telah ditentukan oleh kons- titusi sebagai pembuatan hukum. Konsep dinamis ini berbeda dari konsep hukum yang dideinisikan sebagai perintah yang memaksa. 302 Namun konsep dinamis ini hanya kelihatannya saja se- bagai konsep hukum. Di dalamnya tidak mengandung jawaban apa esensi hukum, apa kreteria di mana hukum dapat dipisahkan dari norma sosial lainnya. Konsep dinamis ini memenuhi jawa- ban hanya terhadap pertanyaan apakah suatu norma dalam sistem norma hukum yang valid membentuk suatu bagian aturan hukum tertentu atau tidak, dan mengapa? 303 Bagaimanapun harus diperhatikan bahwa tidak hanya suatu norma yang dapat dibuat dengan cara yang ditentukan oleh konstitusi sebagai pembentukan hukum. Tahapan penting dalam proses pembuatan hukum adalah prosedur di mana nor- ma umum dibuat, yaitu prosedur legislasi. Proses pembuatan hukum tidak hanya merupakan proses legislatif, tetapi juga prosedur otoritas yudisial dan administratif. 304 301 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 122. 302 Ibid., hal. 122. 303 Ibid., hal. 122. 304 Ibid., hal. 123. 305 Beberapa penulis menyatakan bahwa teori hirarki norma ini dipengaruhi oleh teori Adolf Merkl, atau paling tidak Merkl telah menulis teori terlebih dahulu yang disebu Jeliæ dengan stairwell structure of legal order. Teori Merkl ini adalah tentang tahapan hukum die Lehre vom Stufenbau der Rechtsordnung yaitu bahwa hukum adalah suatu sistem tata aturan hirarkis, suatu sistem norma yang mengkondisikan dan dikondisikan dan tindakan hukum. Norma yang meng- kondisikan berisi kondisi untuk pembuatan norma lain atau tindakan. Pembuatan hirarkis ini termanifestasi dalam bentuk regresi dari sistem tata hukum yang lebih tinggi ke sistem tata hukum yang lebih rendah. Proses ini selalu merupakan proses konkretisasi dan individualisasi. Lihat Jelic, Op.Cit., hal. 149. Bandingkan dengan Stewart, Op.Cit., hal. 283. 306 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 123–124.

B. HIRARKI NORMA