4. Hak Absolut dan Hak Relatif
Sepanjang hak seorang individu hanya mungkin dalam hubungannya dengan kewajiban orang lain, maka semua hak
tersebut adalah hak relatif. Terma absolut dan relatif dipahami dengan cara lain ketika membedakan antara kewajiban absolut
dan relatif. Kewajiban relatif adalah kewajiban yang dimiliki oleh individu tertentu, sedangkan kewajiban absolut adalah
kewjiban yang secara relatif dimiliki oleh sejumlah individu tidak tertentu terhadap semua individu lain. Tidak membunuh,
tidak mencuri, tidak mengganggu individu lain adalah kewajiban absolut. Sedangkan kewajiban debitor mengembalikan pinja-
man pada kreditor adalah kewajiban relatif.
201
Bentuk tipikal hak relatif adalah pada hak kreditor ter- hadap kreditor, dan hanya dari debitor itulah dia memiliki hak
untuk menuntut pengembalian hutang. Sedangkan properti adalah bentuk tipikal dari hak absout. Pemilik memiliki suatu
hak untuk menutut setiap orang membiarkan dan tidak meng- ganggu kepemilikannya. Hak absolut terkait dengan kewajiban
absolut, hak relatif terkait dengan kewajiban relatif.
202
Berdasarkan pemikiran di atas, jika pembagian “jus in rem”
dan “jus in personam” dikaitkan dengan hak absolut dan relatif, maka terma “jus in rem” adalah misleading. “Jus in rem”
secara pasti adalah “jus in personam”, yaitu suatu hak terhadap orang dan bukan hak atas benda. Properti adalah hak individu
terhadap individu lain bahwa mereka harus tidak berbuat ref frain
yang mengganggu interference penguasaan dan perbuatan pihak pertama atas benda tertentu.
203
5. Hak Sipil dan Hak Politik
Tata aturan hukum memberikan hak kepada individu atau wakilnya, untuk kemungkinan ikut dalam proses hukum yang
berakhir pada pelaksanaan sanksi. Hal ini terutama dapat dilihat dalam pembuatan norma individual dalam kasus perdata. Dari
sudut pandang dinamis, penggugat memainkan bagian yang esensial dalam pembuatan norma individual. Norma individual
juga merupakan bagian dan memiliki karakter hukum.
204
Jika dari sudut pandang dinamis hak adalah kapasitas berpartisipasi dalam pembuatan hukum, maka perbedaan an-
tara hak dalam hukum perdata dan hak dalam hukum publik tidak lagi mendasar. Hak politik dipahami sebagai kemungkin-
an terbuka bagi warga negara untuk mengambil bagian dalam pemerintahan, yaitu dalam pembentukan kehendak negara. Hal
ini berarti warga negara dapat berpartisipasi dalam pembuatan tata hukum, khususnya dalam proses legislasi. Hal ini berarti
mendeinisikan hak sebagai kekuasaan untuk mempengaruhi kehendak negara tersebut dalam bentuk partisipasi dalam pem-
buatan hukum.
205
Partisipasi individu dalam legislasi adalah karakteristik demokrasi, yang membedakannya dari otokrasi
di mana individu dikeluarkan dari proses legislasi, atau tidak memiliki hak politik. Demokrasi dapat dilaksanakan secara
langsung oleh rakyat dalam majelis utama, atau hanya oleh parlemen yang dipilih, atau dengan bekerja sama dengan kepala
negara yang dipilih.
206
Demokrasi dapat berupa demokrasi langsung direct atau tidak langsung indirect. Dalam demokrasi langsung, hak poli-
201
Ibid., hal. 85–86.
202
Ibid., hal. 86.
203
Ibid., hal. 86.
204
Ibid., hal. 87.
205
Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 138.
206
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 87–88.
tik yang utama adalah hak warga negara berpartisipasi dalam perdebatan dan pengambilan keputusan di majelis umum. Da-
lam demokrasi tidak langsung, pembentukan kehendak negara, yaitu norma umum, dilakukan dalam dua tahap; pertama, pe-
milihan parlemen dan kepala negara; dan kedua, pembentukan norma umum atau undang-undang baik oleh parlemen sendiri
atau bekerjasama dengan kepala negara. Jadi hak politik utama dalam demokrasi tidak langsung adalah pemungutan suara vot
ing
yaitu hak warga berpartisipasi dalam pemilihan parlemen, kepala negara, dan organ pembuat hukum lain.
207
Hak seseorang untuk memberikan suara adalah hak atas suaranya untuk diterima dan dihitung oleh petugas pemilihan
berdasarkan hukum. Hak warga untuk memberikan suara terkait dengan kewajiban petugas pemilihan. Kewajiban ini dijamin
dengan sanksi tertentu. Pemilih dapat mengajukan gugatan pada semacam pengadilan pemilihan electoral court dalam kasus
haknya dilanggar. Jadi hak memilih adalah hak hukum yang sama dengan hak privat.
208
Hak politik sesungguhnya juga merupakan hak berparti- sipasi dalam proses pembuatan hukum. Perbedaannya hanya
bahwa hak untuk memilih adalah partisipasi tidak langsung dalam proses pembuatan hukum. Pemilih mengambil bagian
hanya dalam pembentukan organ yang berfungsi menciptakan norma hukum.
209
Organ untuk membuat norma individual juga kadang- kadang dipilih. Dalam kasus ini, perbedaan antara fungsi yang
disebut hak politik dan hak sipil direduksi oleh fakta bahwa hak untuk memilih hanya berarti hak berpartisipasi secara tidak
langsung dalam pembuatan norma hukum. Dari sudut pandang keseluruhan proses pembuatan hukum, tidak ada perbedaan
esensial antara hak sipil dan politik. Keduanya mempersilahkan pemegangnya mengambil bagian dalam pembuatan aturan
hukum. Suatu hak sipil pada akhirnya juga merupakan hak politik. Karakter politis hak sipil semakin menonjol dengan
fakta bahwa pengaturan hak sipil dilakukan melalui teknik khu- sus dalam hukum perdata, dan hukum perdata adalah teknik
hukum khusus dari kapitalisme privat. Maka pada waktu yang sama adalah suatu sistem politik.
210
Jika hak hukum dilihat sebagai sebagian fungsi dari proses pembuatan hukum, maka dualisme hukum dan hak menghilang.
Ketika kewajiban adalah fungsi esensial dari setiap norma hukum, maka hak hukum adalah elemen spesiik dari sistem
hukum tertentu, yaitu hak sipil sebagai institusi kapitalis dan hak politik sebagai institusi tata hukum demokratis.
211
G. KOMPETENSI KAPASITAS HUKUM