Pribadi Fisik “The Physical Person”

H. IMPUTASI “IMPUTABILITY”

Kapasitas melakukan delik sering diekspresikan dengan konsep imputasi imputation 219 yang dalam bahasa Jermannya Zurechnung . Sanksi, khususnya sanksi kriminal, diberikan hanya kepada perbuatan individu dalam kualiikasi khusus, suatu usia minimum tertentu dan suatu kapasitas mental tertentu. Biasanya delik tidak dapat diimputasikan kepada anak-anak atau orang gila. Di Jerman, seorang anak atau orang gila dikarakteristikkan sebagai unzurech­nungsfähid irresponsible. 220 Pernyataan bahwa suatu delik tidak dapat diimputasi- kan kepada anak-anak atau orang gila adalah misleading karena perbuatan mereka sama sekali bukan delik. Hanya akan men- jadi delik jika mereka mencapai umur tertentu atau memiliki kemampuan mental tertentu. Jadi seorang individu adalah unzurechnungsfähid irresponsible berarti bahwa tidak ada sanksi yang dapat dikenakan terhadapnya karena dia tidak memenuhi persyaratan personal tertentu sebagai kondisi untuk suatu sanksi. An individual’s legal irresponsibility is simply his non­liability to sanctions . 221

I. PRIBADI HUKUM “THE LEGAL PERSON”

Konsep legal person adalah konsep umum lain yang di- gunakan dalam presentasi hukum positif dan terkait erat de- ngan konsep kewajiban dan hak hukum. Konsep legal person per deinisi adalah subyek kewajiban dan hak hukum. Legal person adalah substansi hukum yang memiliki kewajiban dan hak hukum sebagai suatu kualitas hukum. Kenyataannya, legal person bukan merupakan entitas yang terpisah dari kewajiban dan haknya, tetapi merupakan personiikasi dari kesatuan seperangkat norma hukum. 222

1. Pribadi Fisik “The Physical Person”

Apa yang membentuk kesatuan seperangkat hukum tersebut? Kapan seperangkat kewajiban dan hak, seperangkat norma hukum, memiliki bentuk sebagai kesatuan? Terdapat dua kreteria berbeda dari analisis terhadap dua tipe pribadi hukum legal person, yaitu pribadi alamiah physical natural dan pribadi yuridis jurictic person. 223 Cara paling umum untuk membedakan keduanya adalah bahwa physical person adalah manusia, sedangkan juristic person bukan manusia. Austin misalnya, memberikan deinisi: “se­ orang manusia disebut sebagai dipenuhi dengan hak, atau merupakan subyek kewajiban” . Seseorang, dengan kata lain, adalah manusia sebagai subyek kewajiban dan hak. Untuk menyatakan bahwa seseorang adalah subyek kewajiban dan hak tertentu, berarti bahwa perbuatan tertentu dari individu tersebut merupakan isi dari kewajiban hukum. Untuk menyatakan bahwa seseorang adalah subyek hak tertentu, berarti bahwa perbuatan tertentu orang tersebut adalah obyek dari hak hukum. Artinya bahwa perbuatan tertentu orang tersebut, secara khusus adalah isi dari norma hukum. Dalam pertimbangan hukum kita mem- perhatikan seseorang hanya sepanjang perbuatannya menjadi isi dari aturan hukum. Seseorang eksis hanya sepanjang dia memiliki kewajiban dan hak. 224 Mendeinisikan physical natural person sebagai seorang manusia human being adalah tidak benar karena manusia man 220 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 91–92. 221 Ibid., hal. 92. 222 Ibid., hal. 93. 223 Ibid., hal. 93–94. 224 Ibid., hal 94. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 171–174. dan orang person tidak hanya merupakan dua konsep ber- beda tetapi juga merupakan hasil dari dua pertimbangan yang berbeda. Manusia man adalah konsep biologis dan isilogis, singkatnya ilmu alam. Orang person adalah konsep ilmu hukum, yaitu analisis norma hukum. Secara lebih tepat, physical person adalah personiikasi seperangkat norma hukum yang menyusun kewajiban dan hak berisi perbuatan seseorang yang mengatur perbuatan dari keberadaannya the physical natural person is the personiication of a set of legal norms which by constituting duties and rights containing the conduct of one and the same human being regulate the conduct of this being . 225 Pernyataan bahwa seorang manusia memiliki kewajiban dan hak berarti bahwa norma hukum mengatur perbuatan ma- nusia dalam bentuk yang spesiik. Sedangkan pernyataan bahwa orang memiliki kewajiban dan hak adalah tidak bermakna atau merupakan tautologi yang kosong. Maka physical person bukan merupakan realitas alam, tetapi konstruksi berpikir yuridis. 226

2. Pribadi Hukum “The Juristic Person”