Hak Hukum dalam Arti Sempit Hak lebih dari sekedar sesuatu yang Berhubungan den-

adanya kewajiban hukum orang lain. Isi hak hukum pada akhir- nya ditentukan oleh pemenuhan kewajiban hukum orang lain. Kewajiban seorang individu selalu merupakan suatu kewajiban berupa suatu perbuatan terhadap individu lain. 176 Hak berbuat sesuatu kadang-kadang ditafsirkan sebagai suatu ijin permission untuk melakukan perbuatan tertentu. Memiliki hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu juga dapat diekpresikan dengan menyatakan bahwa hukum mempersilahkan melakukan atau tidak melakukan sesuatu. 177 Karena itu terdapat pembedaan antara norma hukum yang memberi perintah atau melarang, dengan norma hukum yang mengijinkan. Maka hukum adalah imperative atau permissive. Na- mun pembedaan ini tidak berlaku karena hukum hanya dapat mengijinkan suatu hak dengan cara membebankan kewajiban pada orang lain dengan mengenakan sanksi. Jika pengenaan sanksi disebut sebagai imperatif, maka salah jika disebutkan bahwa hukum adalah imperatif atau permisif, tetapi imperatif dan permisif. 178

2. Hak Hukum dalam Arti Sempit Hak lebih dari sekedar sesuatu yang Berhubungan den-

gan Kewajiban Jika hak seseorang adalah kewajiban orang lain, maka hak adalah kaitan dari kewajiban the correlative of a duty. Aus- tin menyebut sebagai kewajiban relatif relative duty dengan menyatakan “terma hak dan terma kewajiban relatif adalah ekspresi yang berhubungan. Keduanya memiliki nuansa yang sama dalam aspek yang berbeda” . Teori Austin tidak mengakui konsep yang berbeda antara hak dan kewajiban. Inilah hak dalam arti yang sempit bahwa hak selalu merupakan kewajiban orang lain, sedangkan kewajiban tidak selalu mengakibatkan hak orang lain. 179 Dari sisi hukum, hak hukum adalah norma hukum dalam hubungannya dengan individu tertentu yang ditentukan oleh norma itu sendiri. Fakta bahwa norma hukum mewajibkan seseorang untuk berbuat sesuatu kepada orang lain, tidak de- ngan sendirinya mengimplikasikan bahwa orang yang terakhir memiliki hak atas suatu perbuatan dari orang yang pertama. Norma hukum harus menentukan secara spesiik isi hak yang ditentukan secara teknis. 180 Hak sebagai hukum dalam arti subyektif terkait erat dengan otorisasi baik bagi seseorang yang ditentukan secara khusus oleh hukum atau kepada organ tertentu untuk melakukan sesuatu. 181 Deinisi yang biasa digunakan untuk hak hukum tidak memuaskan tuntutan metodologis pure theory of law atau hukum analitis. Bahasa Inggris menggunakan dua kata yang berbeda, yaitu law dan right. Namun bahasa Jerman dan Perancis hanya menggunakan satu kata yaitu recht dan droit. Pembedaan antara hukum dan hak digunakan dengan menggunakan frase “objectives recht” dan “subjektives recht”, “droit objectif ” dan “droit subjectif ”. 182 Namun istilah ini juga memiliki makna yang sangat berbeda. Objectives recht dan droit objectif adalah aturan atau norma, se- dangkan subjektives recht dan droit subjectif adalah kepentingan atau 179 Ibid., hal. 77. Berdasarkan teori ini Friedmann menyatakan bahwa hakikat hukum adalah kewajiban-kewajiban hukum, sebab hukum adalah suatu sistem keharusan. Sedangkan hak-hak hukum hanya sesuatu yang kebetulan dan dapat dihapuskan oleh hukum. Friedmann, Op.Cit., hal. 174. 180 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 78. 181 Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 126–130. 182 Dalam Pure Theory of Law juga disebutkan istilah “Recht im subjectiven Sinne” and “Recht im objectiven Sinne”. Ibid., hal. 125. 176 Ibid., hal. 76. 177 Disebut sebagai the “right” as a positive permission. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 138. 178 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 77. keinginan . Hak hukum tidak ditafsirkan sebagai suatu keinginan atau kepentingan yang tidak dikualiikasi, tetapi sebagai kepent- ingan yang dilindungi oleh aturan hukum, atau suatu keinginan yang diakui dan dibuat efektif oleh aturan hukum. Pengertian ini masih mengandung dualisme karena hak dilihat sebagai sesuatu yang logically dan temporally dari hukum. 183 Dualisme tersebut merupakan salah satu akar pendapat dari teori hukum alam yang juga mempengaruhi ilmu hukum positif abad ke sembilan belas seperti halnya dualisme antara hukum publik dan hukum privat. 184 Pandangan lain dikemukakan oleh aliran sejarah bahwa pada awalnya yang ada hanyalah hak. Baru kemudian masuk tahapan hukum sebagai aturan negara yang dibuat dengan tu- juan memberikan sanksi dan melindungi hak. Namun konsep hukum tidak dapat dipenuhi berdasarkan persepsi dari hak yang telah ada dengan proses abstraksi gradual. Hal ini adalah tidak benar secara historis dan logis untuk mengasumsikan bahwa hak adalah emanasi hukum. Aturan hukum menjamin dan me- lindungi hak hukum, tetapi tidak membuatnya. 185 Konsep Hak sebagai Keinginan yang Diakui atau Ke- pentingan yang Dilindungi Pernyataan bahwa seorang individu memiliki atau tidak memiliki hak atas suatu benda adalah suatu value­judgment yang baik secara logis maupun psikologis hanya mungkin jika indi- vidu yang membuat pernyataan ini mempresuposisikan eksis- tensi, berarti juga validitas, suatu norma umum terkait dengan kepemilikan. Tanpa suatu norma umum yang mengatur peri- laku, tidak mungkin ada ada pernyataan tentang keberadaan atau ketiadaan hak. 186 Deinisi hak hukum sebagai kepentingan yang dilindungi oleh hukum, 187 atau keinginan yang diakui hukum, diragukan dengan adanya kenyataan bahwa tidak akan ada hak hukum sebelum adanya hukum. Sepanjang suatu hak belum dijamin oleh aturan hukum, maka belum menjadi hak hukum. Maka hal ini berarti bahwa hukum mendahului, atau bersamaan de- ngan hak. 188 Teori yang memprioritaskan hak adalah bersifat politis yang bertujuan untuk mempengaruhi pembentukan hukum, bukan analisis terhadap keberadaan hukum positif. Jika aturan hukum tidak dapat menciptakan tetapi menjamin hak, maka konsekuensinya hukum juga tidak dapat menghapuskan hak yang telah ada. Maka adalah tidak mungkin untuk menghapus- kan hak milik. Legislatif tidak dapat mencampuri hak ke- pemilikan tertentu dari individu tertentu. Semua konsekuensi dari doktrin prioritas hukum tersebut bertentangan dengan realitas hukum. Doktrin prioritas hak bukan deskripsi ilmiah tetapi ideologi politik. 189 Mendeinisikan hak hukum sebagai kepentingan yang dilindungi atau keinginan yang diakui oleh hukum adalah salah. Adalah tidak benar bahwa seseorang memiliki hak hukum untuk menuntut perbuatan tertentu orang lain hanya sepanjang orang 183 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 78. 184 Pembagian antara hukum publik dan hukum privat menurut Kelsen men- gandung signiikasi ideologis sebagai konsekuensi pembedaan antara hukum dan kekuasaan, antara hukum dan negara. Lihat Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 37, 91–96. 185 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 78–79. 186 Ibid., hal. 79. 187 The “Right” as a legally Protected Interest. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 132–134. 188 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 80. Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 44. 189 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 80. Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 40–41. tersebut memiliki kepentingan aktual atas perbuatan tersebut. Seseorang memiliki suatu hak walaupun jika orang tersebut tidak memiliki kepentingan. Seseorang mungkin memiliki hak atas perbuatan tertentu individu lain tanpa memiliki ke- pentingan atas perbuatan tersebut, dan mungkin juga memiliki kepentingan tanpa memiliki hak. 190 Legislator dapat mengasumsikan bahwa orang memiliki kepentingan tertentu dalam kondisi tertentu dan dia bermaksud melindunginya. Namun suatu hak ada walaupun dalam kasus tidak ada kepentingan. Maka hak, bukan pada kepentingan yang diasumsikan, tetapi pada perlindungan hukum. Maka hak, singkatnya adalah hukum itu sendiri. 191 Hak sebagai Kemungkinan Hukum untuk Menjalank- an Sanksi Dengan mewajibkan individu untuk tidak membunuh individu lain, hukum pidana tidak memberikan hak untuk tidak dibunuh kepada orang yang dilindungi oleh norma ini. Aturan hukum secara teknis terdapat dalam hal kreditur memiliki hak untuk mendapatkan kembali uangnya dari debitor, dan hak untuk secara eksklusif menggunakan kepemilikan. Hak dalam arti awalnya adalah sama dengan hukum. 192 Doktrin bahwa suatu hak hukum adalah keinginan yang diakui hukum, atau suatu kekuasaan yang diberikan oleh hu- kum, lebih mendekati untuk menyelesaikan masalah dari pada doktrin bahwa hak adalah kepentingan yang dilindungi hukum. Kekuasaan adalah esensi hak individu yang terbentuk dari ad- anya aturan hukum. Aturan hukum benar-benar memberikan semacam kekuasaan, salah satunya kekuasaan mengatur hubun- gan ekonominya melalui transaksi hukum, khususnya kontrak. Persetujuan agreement artinya bahwa keinginan dari para pihak diekspresikan dalam bentuk persetujuan tindakan yang saling menguntungkan. Suatu kontrak memiliki akibat hukum bahwa para pihak diwajibkan untuk berbuat sesuai dengan kontrak. Setiap pihak memiliki hak bahwa pihak lain harus berbuat sesuai kontrak, namun hak ini bukan merupakan keinginannya yang diekspresikan dalam pembuatan kontrak. Hak ini ada tidak karena keinginan atau ekspresinya, tetapi karena persetujuan yang menciptakan kewajiban bagi para pihak. Keinginan atau ekspresi dari satu individu tidak memiliki kekuasaan untuk mewajibkan. 193 Satu pihak dalam kontrak memiliki hak terhadap pihak lain, dan pihak lain memiliki kewajiban hukum untuk berbuat tertentu terhadap pihak pertama, hanya jika aturan hukum memberikan sanksi dalam kasus tindakan yang bertentangan dengan kewajiban tersebut. Namun hal ini tidak cukup untuk membentuk hak hukum salah satu pihak. Salah satu pihak me- miliki hak hukum terhadap pihak lain karena aturan hukum membuat pelaksanaan sanksi tergantung tidak hanya pada fakta bahwa suatu kontrak telah dibuat dan satu pihak gagal me- menuhinya, tetapi juga pada pihak lain yang mengekspresikan keinginan agar sanksi dilaksanakan terhadap deliquent dengan cara menuntutnya di hadapan pengadilan. Dalam kasus ini nor- ma yang digunakan adalah hukumnya yang berarti haknya. 194 Maka konsep hak hukum tidak selalu ada bersama de- ngan konsep kewajiban hukum. Adalah hak A atas perbuatan tertentu dari B tidak identik dengan kewajiban B untuk me- 193 Ibid., hal. 81–82. 194 Ibid., hal. 82. 195 Ibid., hal. 83. Dalam Pure Theory of Law disebutkan the “right as legal power. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 134 –138. 190 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 80. 191 Ibid., hal. 81. 192 Ibid., hal. 81. lakukan perbuatan tersebut kepada A. Terdapat kasus di mana terbuka bagi individu untuk memiliki kemungkinan hukum memberlakukan enforcing dengan menuntut kewajiban hukum individu lain. 195 Hak sebagai Perwakilan Pernyataan bahwa subyek hak adalah yang berpotensi menjadi penuntut tidak berlaku pada semua kasus. Melalui transaksi hukum tertentu individu mungkin menyatakan bah- wa deklarasi dari individu lain, agen-nya, memiliki akibat yang sama dengan deklarasi yang dia nyatakan sendiri, principal. Jika seseorang menggunakan lembaga hukum ini, yang disebut consensual representation , dia mungkin juga mengajukan tuntutan ke pengadilan melalui agen-nya. 196 Terdapat individu tertentu yang menurut hukum mo- dern harus memiliki wakil, seperti individu yang mengalami kekurangan atau ketidakmampuan secara mental. Dalam kasus non­consensual representation ini, yang mewakili, disebut guardian, tidak diinstitusikan oleh transaksi hukum antara dia dengan yang diwakili, ward, tetapi ditentukan oleh aturan hukum tanpa tindakan penunjukkan. 197

3. Hak Sebagai Suatu Teknik Hukum yang Spesiik