Standar Hak Atas Peradilan Yang Adil

5 Namun penyimpangan terhadap asas non-retroaktif sebetulnya juga diatur dalam KUHP. Pasal 1 ayat 2 KUHP menyebutkan bahwa suatu hukum yang lebih baru dapat berlaku surut, sepanjang hukum yang baru itu lebih menguntungkan bagi tersangka daripada hukum yang lama. Ketentuan ini menyerupai ketentuan secara internasional, Pasal ini berlaku apabila seseorang dipidana dengan hukum baru sebelum hakim menjatuhkan vonis. Selain pasal 1 ayat 2 KUHP, aturan retroaktif tersebut juga dianut dalam pasal 43 ayat 1 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM UU Pengadilan HAM yang menyebutkan : Pela ggara hak asasi manusia yang berat yang terjadi sebelum diundangkannya Undang-undang ini, diperiksa da diputus oleh Pe gadila HAM ad ho Dasar keberlakuan secara surut UU Pengadilan HAM terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat adalah penjelasan pasal 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menegaskan bahwa: Hak u tuk tidak ditu tut atas dasar huku a g erlaku surut dapat dike ualika dala hal pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia yang digolongkan ke dalam kejahatan terhadap ke a usiaa . Masalahnya dalam UU Pengadilan HAM hukuman mati justru menjadi salah satu pidana pokok, 18 dan dapat pula dijtuhkan secara retroaktif. Hukuman mati tidak boleh diterapkan kecuali hukuman tersebut merupakan sebuah hukuman yang diputuskan berdasarkan hukum untuk suatu kejahatan yang terjadi pada saat kejahatan itu dilakukan. 19 Dalam hal ini Pelapor Khusus PBB tentang eksekusi diluar hukum, mendadak atau sewenang-wenang menyatakan pendapatnya bahwa, Pasal 6 2 Kovenan Sipol tidak mengijinkan adanya berlakunya kembali hukuman mati setelah dihapuskan dan adanya perluasan lingkup hukuman mati. 20 Termasuk Hukuman yang lebih berat dibanding dengan hukuman yang seharusnya diberlakukan tidak boleh dijatuhkan. 21 Namun, seseorang yang didakwa dengan tuduhan melakukan tindakan kejahatan harus merasakan pada waktu dilakukan perubahan undang-undang yang memberlakukan hukuman yang lebih rendah. 22 Sehingga seseorang yang dijatuhkan hukuman mati harus mendapatkan manfaat atas hukuman yang lebih ringan jika hukum tersebut direformasi diubah setelah putusan atas mereka dijatuhkan. 23 Konvensi Amerika secara tegas melarang negara memperluas penerapan hukuman mati atas tuduhan kejahatan – pada saat negara tersebut menerapkan Konvensi tersebut. Konvensi ini juga melarang pemberlakuan kembali hukuman mati jika negara tersebut telah menghapusnya. 24

3. Hukuman Mati dan Kejahatan Serius Tertentu

Undang-Undang pertama di Indonesia yang mencamtumkan pidana mati adalah KUHP. KUHP diterapkan di Indonesia pada masa kolonial belanda, tahun 1918. Belanda sendiri telah menghapuskan hukuman mati dalam KUHP nya pada 1878, dan secara keseluruhan menghapuskan 18 Pasal 36, Pasal 37, Pasal 41, Pasal 42 ayat 3 UU Pengadilan HAM 19 Lihat Pasal 62 ICCPR, Paragraf 2 tentang perlindungan atas hukuman mati, Pasal 42 Konvensi Amerika, Pasal 2 1 Konvensi Eropa 20 Laporan Pelapor khusus tentang eksekusi di luar proses pengadilan, mendadak dan sewenang-wenang dalam misinya ke Amerika Serikat.Dok.PBB ECN.41998Add.3, 22 Jnuari 1998, paragraf ke-3. 21 Lhiat Pasal 11 Deklarasi Universal, Pasal 15 ICCPR, Pasal 9 Konvensi Amerika, Pasal 7 Konvensi Eropa, Pasal 7 Piagam Afrika 22 Pasal 151 ICCPR, Pasal 9 Konvensi Amerika 23 Paragraf ke-2 tentang Perlindungan dari Hukuman Mati Safeguards Guaranteeing Protection of the Rights of Those Facing the Death Penalty, E.S.C. res. 198450, annex, 1984 U.N. ESCOR Supp. No. 1 at 33, U.N. Doc. E198484 1984 Selanjutnya disebut Jaminan Perlindungan bagi Mereka yang Menghadapi Hukuman Mati 24 Pasal 4 Konvensi Amerika, Lihat juga, Laporan Tahunan Pengadilan Inter-Amerika, Advisory Opinion OC-383, OASSer.LVIII.10 dok.13, 1984