Terpidana Mati: Anak dan Remaja

40 Dalam putusan lainnya di tingkatan MA, Scott Anthony Rush terpidana mati dan pemohon PK pada putusan No. 28 PKPid.Sus2011 memiliki nasib yang lebih baik. Hakim Agung dalam putusan Scott Anthony Rush ternyata memiliki pandangan berbeda dengan Hakim dalam perkara Herri Darmawan Alias Sidong Bin Firdaus. Scott Anthony Rush kemudian dijatuhi pidana penjara seumur hidup, dalam putusannya, Hakim Agung menyatakan bahwa : ... a u pe jatuha pida a ati terhadap Pe oho Pe i jaua Ke ali Terpida a tersebut yang masih berusia muda ketika tertangkap yaitu 19 tahun dan kini sudah berusia 26 tahun dengan perannya sebagai orang yang digunakan sebagai media oleh sindikat kejahatan Narkotika yang bersifat transnasional dengan iming-iming berwisata ke Bali, dipandang kurang atau tidak memenuhi rasa keadilan sehingga tentang penjatuhan pidana terhadap Pemohon Peninjauan KembaliTerpidana dapat dipertimbangkan aspek perbuatan da pera a aupu pelakudaader a g ersa gkuta ... Bah a Pe oho Pe i jaua Ke aliTerpida a terbilang masih muda usianya yaitu 19 tahun secara yuridis dapat menjadi keadaan-keadaan yang meringankan sebagaimana di tentukan dalam Pasal a at huruf f KUHAP Selain dua kasus diatas, terdapat juga Putusan PN Gunung Sitoli No. 08Pid.B2013PN-GS dengan terpidana mati bernama Yusman TelaumBanua. Dalam pertimbangannya, hakim sama sekali tidak mempertimbangkan usia Yusman yang masih berusia 19 tahun, bahkan hakim memutus Yusman dengan pidana mati, lebih tinggi dari tuntutan jaksa yaitu semur hidup. Saat ini berkembang fakta baru bahwa Yusman masih berusia 16 tahun pada saat memulai proses pidana. 82

7. Ketimpangan Pembuktian

Baik Jaksa dan terdakwa pada dasarnya memiliki kesempatan pembuktian yang sama di ruang sidang. Hakim dalam KUHAP berposisi sebagai pengadil, dengan kata lain bahwa kedua belah pihak harus diberikan kesempatan baik penuntutan dan pembelaan yang sama. Dalam kasus-kasus yang dapat dijatuhi pidana mati, seharusnya Hakim memiliki peran yang lebih sentral, dalam posisi ini Hakim harus memberikan semua kemungkinan yang bisa dilakukan untuk membuktikan seseorang tidak bersalah, atau setidak-tidaknya tidak dijatuhi hukuman mati. Berdasarkan hasil pengamatan ICJR, ketimpangan pembuktian terjadi di beberapa kasus, putusan MA No. No. 2473 KPid2007 dengan terpidana mati bernama Syekh Abdul Rahim Alias Daeng Rahim, dalam memori Kasasinya disebutkan bahwa Pengadilan Negeri tidak memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Terpidana mati untuk mengajukan pembelaan secara penuh dan maksimal, sedangkan ancaman hukuman terhadap Terpidana mati sangat berat. Syekh Abdul Rahim Alias Daeng Rahim hanya diberikan kesempatan untuk mengajukan pembelaan secara lisan pada saat itu juga sesaat setelah surat tuntutan dibacakan dan atau diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Dirinya juga dipersulit untuk mengajukan dan atau menghadirkan saksi a de charge.

8. Pelaku Utama Yang Tak Pernah Dijerat

Hukuman mati merupakan pidana paling berat di Indonesia, untuk itu pidana ini seharusnya dijatuhkan pada mereka yang terbukti bersalah dan perannya paling besar dalam suatu tindak pidana. Untuk kasus-kasus yang terorganisi maupun dilakukan secara bersama-sama, biasanya jaksa 82 Lihat Siaran Pers Kontras http:www.kontras.orgindex.php?hal=siaran_persid=2020 41 menidentifikasi pelaku utama dalam suatu kejahatan. Namun dalam praktiknya, hukuman mati tetap dijatuhkan pada terpidana mati yang perannya sangat minim, bahkan tidak ikut dalam perencanaan kejahatan tersebut. Menariknya, banyak pelaku utama yang justru masih DPO dan belum tertangkap. Dari 47 putusan terdapat 13 putusan yang menyatakan tersangka lain masih DPO, baik sebagai pelaku utama atau masih belum diketahui perannya. Dalam pengamatan ICJR, terdapat beberapa putusan yang terang-terang memposisikan terpidana mati bukan sebagai pelaku utama, sering kali hal ini diabaikan oleh Hakim dalam persidangan. Hasilnya, dari 13 klaim mengenai masih adanya DPO atau setidak-tidaknya belum terungkapnya pelaku utama, Hakim tidak sekalipun melakukan pertimbangan terkait kondisi tersebut. Dalam putusan Scott Anthony Rush, terpidana mati dan pemohon PK pada putusan No. 28 PKPid.Sus2011, baru pada tingkatan MA lah perannya yang hanya sebagai kurir dipertimbangkan oleh majelis Hakim, sebelumnya dirinya dijatuhi pidana mati oleh hakim di tingkat pertama maupun banding. Dalam Putusan PN Gunung Sitoli No. 08Pid.B2013PN-GS dengan terpidana mati bernama Yusman TelaumBanua, Hakim PN bahkan mempertimbangkan posisi terpidana mati yang hanya melakukan perbantuan untuk membuang mayat, namun oleh Hakim PN dirinya dijatuhi pidana mati meskipun jaksa telah menuntut dengan pidana seumur hidup. Sedangkan pelaku utama masih DPO hingga hari ini. Kasus dimana perencana utama masih DPO juga terjadi dalam Putusan PK No. 29 PKPID2009 dengan terpidana mati Ronald Sagala dan Nasib Purba Alias Boy AlIas Purba, Paulus Simanjuntak yang sampai dengan putusan PK dibacakan belum tertangkap. Dalam kasus tersebut para terpidana mati kemudian menyerahkan diri karena mengaku hanya menerima ajakan dari Paulus Simanjuntak. Dari memori PK keduanya, disebutkan bahwa bahkan setelah melakukan pembunuhan, keduanya diperintahkan lari oleh Paulus Simanjuntak, sedangkan Paulus Simanjuntak tetap tinggal dengan tujuan tidak dicurigai sebagai pelaku pembunuhan. Dalam kasus lain, Markus Pata Sambo Alias Markus dengan putusan No. 79 PKPid2008, dalam memori kasasinya memaparkan tentang ketidakseusain putusan yang menyidangkan 6 terdakwa lainnya secara terpisah. Dalam putusan Putusan Banding No.07PID2007PT Mks atas nama Benediktus Budi Sopian alias Budi, yang juga terdakwa dalam kasus yang sama, menyatakan bahwa : Tidak Dipertimbangkan Ada 13 Tidak Ada 34 5 10 15 20 25 30 35 40 DPO VS Pertimbangan Hakim