Tidak Boleh dilakukan Eksekusi saat Proses Banding dan Permohonan Pengampunan

16

5.8. Kondisi Penjara bagi Terpidana Mati

Pada dasarnya Indonesia tidak mengenal pengaturan khusus mengenai penjara bagi terpidana yang dijatuhi hukuman mati, hanya saja diatur dalam Pasal 5 UU 2PNPS1964 mengenai dalam hal menunggu pelaksanaan pidana mati, terpidana ditempatkan dalam penjara atau di tempat lain yang khusus ditunjuk oleh Jaksa TinggiJaksa. Dalam beberapa aturan, khususnya UU Pemasyarakatan, tidak dilakukan pembedaan hak antara terpidana mati dan terpidana lainnya, hanya saja bagi terpidana yang dijatuhi pidana seumur hidup dan pidana mati tidak mendapatkan hak-hak khusus seperti asimilasi dan pengurangan masa pidana. Indonesia mengenal mengenai mekanisme tunggu terpidana mati, berdasarkan Pasal 6 ayat 1 UU No 2PNPS1964, lamanya waktu tunggu sebelum eksekusi adalah tiga kali dua puluh empat jam 3x24 jam. Waktu tersebut diatur setelah Jaksa TinggiJaksa memberitahukan kepada terpidana tentang akan dilaksanakannya eksekusi pidana mati. Dewan Ekonomi dan Sosial PBB menyerukan bahwa perlakuan bagi terpidana mati harus sesuai dengan standar-standar dan Aturan Minimum PBB tentang perlakuan bagi tahanan ecara efektif, dengan maksud untuk meminimalisir penderitaan tahanan yang dihukum hukuman mati dan menghindari terjadinya penderitaan yang lebih dalam. 78 Komite HAM berpandangan bahwa memperpanjang waktu hukuman mati, tidak melanggar hak-hak terpidana mati. Keputusan ini berdasarkan fakta bahwa Kovenan Sipol tidak melarang hukuman mati, meski maksud dan tujuannya adalah untuk mengurangi pelaksanaan hukuman mati dan menyatakan bahwa penetapan batas waktu maksimum akan mendorong negara-negara untuk menjatuhkan hukuman mati sebelum waktunya. 79 Namun, Komite HAM menyatakan bahwa, apabila periode penahanan tentang hukuman mati berlangsung selama 11 tahun, ini merupakan persoalan yang serius, oleh karena itu Komite menegaskan bahwa periode spesifik tersebut tidak boleh melanggar Pasal 7 dan 10 1 ICCPR. 80 78 Resolusi ECOSOC 199615, Diadopsi tanggal 23 Juli 1996 79 Robinson La Vende v, Trinidad dan Tobago 5541993, 29 Oktober 1997 80 Johnson v. Jamaica 5881994, 22 Maret 1996, Dok.PBB.CCPRC56?D5881994