Perempuan Hamil dan Baru Melahirkan

9 peradilan yang tidak adil. Tidak seorangpun yang dapat dicabut hak atas hidupnya secara sewenang- wenang. 36 Hukuman mati hanya dapat dikenakan atas dasar putusan akhir pengadilan yang kompeten setelah dilalui proses hukum yang menjamin pengadilan yang adil, paling tidak memenuhi standar seperti yang disyaratkan pada Pasal 14 Kovenan Sipol, termasuk hak-hak bagi terdakwa yang didakwa dengan tuduhan tindak kriminal dengan tuntutan hukuman berat dan terdakwa tersebut didampingi oleh penasihat hukum pada setiap proses pengadilan. 37 Pelapor Khusus PBB tentang eksekusi diluar proses pengadilan, mendadak dan sewenang-wenang menyatakan bahwa proses i posisi putusa atas kejahatan-kejahatan berat harus didasarkan pada standar tertinggi hakim dan juri yang independen, kompeten, objektif dan imparsial, seperti yang disyaratkan dalam instrumen-instrumen hukum internasional. Semua terdakwa yang menghadapi imposisi hukuman berat harus mendapatkan fasilitas penasihat hukum yang kompeten pada setiap proses pengadilan. Terdakwa harus diasumsikan tidak bersalah sampai kesalahannya dapat dibuktikan tanpa ragu-ragu, dengan standar tertinggi dalam mencari dan menilai bukti-bukti. Selain itu, seluruh faktor yang meringankan terdakwa harus diperhitungkan. Proses pengadilan harus menjamin hak bagi tribunal yang lebih tinggi untuk menguji fakta dan aspek hukum kasus tersebut, dengan hakim-hakim yang berbeda dari hakim yang menangani kasus itu sebelumnya. Hak terdakwa untuk memohon maaf, komutasi keringanan hukuman atau pengampunan juga harus dijamin. 38 Berikut ketentuan dasar peradilan yang adil :

5.1. Hak Atas Bantuan Hukum yang Efektif

Dalam hukum acara pidana di Indonesia aturan utama terkait bantuan hukum dan penasihat hukum terdapat dalam KUHAP. Pasal 54 KUHAP menyatakan bahwa : Gu a kepe ti ga pe elaa , tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tatacara yang ditentukan dalam undang- u da g i i. Ketentuan yang sama juga terdapat dalam Pasal 18 ayat 4 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan : “etiap ora g a g diperiksa erhak mendapatkan bantuan hukum sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah e peroleh kekuata huku tetap . Dalam pasal 54 KUHAP, hak untuk mendapatkan bantuan hukum termasuk dalam hak tersangka dan terdakwa, dimana tersangka atau terdakwa diberikan hak untuk memiih sendiri penasihat hukumnya. 39 Ketentuan lain diatur dalam UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat khususnya Pasal 22 ayat 1 menekankan bahwa setiap advokat wajib memberikan bantuan hukum kepada masyarakat miskin. Sebagai implementasi UU No. 18 Tahun 2003 ini kemudian Pemerintah membuat PP No 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma. Menindaklanjuti kedua peraturan ini, pada 2010 Perhimpunan Advokat Indonesia kemudian 36 Pasal 61 ICCPR, Pasal 4 Konvensi Afrika, Pasal 41 Konvensi Amerika 37 Paragraf ke-5 Jaminan Perlindungan bagi Mereka yang Menghadapi Hukuman Mati 38 Laporan Pelapor Khusus PBB tentang eksekusi diluar proses pengadilan, mendadak dan sewenang-wenang, Dok.PBB, A514577 Oktober 1996, paragraf 111 39 Pasal 55 KUHAP