Rentang Penahanan Penyidikan Rentang Penahanan Penuntutan Rentang Penahanan PN, PT, MA

30 Menjadi catatan penting adalah mayoritas putusan tidak memberikan informasi terkait masa penahanan selama penyidikan. Dari data yang terkumpul 47 putusan tidak diketahui masa penahanan di penyidikan, 23 ditahan selama 30-90 hari, 21 ditahan lebih dari 90 hari, sisanya yang ditahan dibawah 30 hari hanya 9.

2.8.2. Rentang Penahanan Penuntutan

Angka terkait putusan yang tidak memberikan informasi tidak berubah yaitu 47. Dari data yang memberikan informasi, rentang waktu penahanan Penuntutan yang ditahan diantara 30-90 hari berjumlah 17, lebih dari 90 hari hanya 2 dan sisanya berada dipersentasi 34 untuk penahanan kurang dari 30 hari.

2.8.3. Rentang Penahanan PN, PT, MA

23 9 21 47 Rentang Penahanan Penyidikan 30-90 Hari Kurang Dari 30 Hari Lebih Dari 90 Hari Tidak Diketahui 17 34 2 47 Rentang Penahanan Penuntutan 30-90 Hari Kurang Dari 30 Hari Lebih Dari 90 Hari Tidak Diketahui 31 Di PN, dari data yang diketahui penahanan hanya terbagi dalam 2 masa, yaitu dalam rentang 30-90 hari mencapai 25 dan lebih dari 90 hari mencapai 28. Di pengadilan tinggi, putusan yang tidak memberikan informasi penahanan meningkat menjadi 51. Masa penahanan terbagi menjadi tiga bagian, 24 menahanan dalam rentang waktu 30-90 hari, 21 menahan untuk rentang lebih dari 90 hari, sedangkan yang menahan dibawah 30 hari hanya tercatat 4. 25 28 47 Rentang Penahanan PN 30-90 Hari Lebih Dari 90 Hari Tidak Diketahui 24 4 21 51 Rentang Penahanan PT 30-90 Hari Kurang Dari 30 Hari Lebih Dari 90 Hari Tidak Diketahui 32 Untuk penahanan ditingkatan MA, perubahan pola penahanan cukup terlihat. 58 tidak diketahui lama penahanannya, hanya 2 yang ditahan dibawah 30 hari, 6 untuk penahanan dengan rentang 30-90 hari, dan 34 untuk penahanan dengan rentang waktu lebih dari 90 hari. 6 2 34 58 Rentang Penahanan MA 30-90 Hari Kurang Dari 30 Hari Lebih Dari 90 Hari Tidak Diketahui 33

BAB IV Potret Khusus Putusan Pidana Mati

1. PenyiksaanIntimidasi

Penyiksaan atau intimidasi menjadi salah satu alat paling efektif dalam mendapat keterangan, meminta pengakuan atau bahkan memaksa seseorang untuk menyatakan apa yang bisa jadi tidak dia lakukan. Dalam konteks kasus-kasus yang dijatuhi pidana mati, harusnya sudah terbebas dengan prasangka adanya penyiksaan atau intimidasi. ICJR menemui setidaknya dari 47 Terpidana mati, ada 11 terpidana mati yang terindikasi terjadi penyiksaan maupun intimidasi dari aparat penegak hukum. Dari 11 terpidana mati tersebut, hanya 1 putusan yang kemudian dipertimbangkan atau setidak- tidaknya ditelusuri oleh Hakim, yaitu dalam putusan PK No. 45 PKPid.Sus2009 dengan pemohon PK Hillary K. Chimezie. Klaim penyiksaan dan Intimidasi tidak hanya terjadi pada pelaku saja, nemun juga terjadi pada saksi dalam ruang sidang dengan tujuan untuk mempermudah pembuktian. Dalam Putusan MA No. 2253 KPID2005 dengan terpidana mati Zulfikar Ali, terpidana mati dan beberapa saksi bahkan memberikan pengakuan telah diintimidasi dan disiksa oleh penyidik, hasilnya, meraka bersama-sama mencabut keterangan pada saat di BAP. Dalam bukti rekaman persidangan yang dilampirkan kuasa hukum Zulfikar Ali pada memori kasasi, terungkap bahwa Terpidana mati, saksi Ginong Pratidina dan saksi Gurdip “i gh e a ut BAP dikare aka ada ya teka a fisik da e tal pada tahap pe yidika . Dalam putusan MA No. 254 KPID2013 dengan terpidana mati Rahmat Awafi Alias Awif Als Drego dan Krisbayudi Als Kris Bin Suherman, adanya intimidasi justru terlihat dari memori kasasi yang diajukan jaksa sendiri, dalam memori kasasinya jaksa menyebutkan : setelah dii terogasi secara intensif mengakui dengan sejujurnya pembunuhan hanya dilakuka oleh para Terdak a erdua.... dalam persidangan tersebut, untuk membuktikan tidak terjadi penyiksaan, Jaksa kemudian mengajukan saksi verbal lisan, atau saksi penyidik yang kemudian menyatakan tidak terjadi penyiksaan. Dalam perkara tersebut, masing-masing terdakwa mengaku diintimidasi. Intimidasi juga terlihat terjadi karena dalam persidangan, Jaksa menyimpulkan tidak adanya bantahan pada saat saksi verbal lisan diajukan, adalah bentuk ketidakmampuan terdakwa untuk membuktikan adanya intimidasi. Bah a atas ketera ga para saksi per alisan tersebut para Terdakwa hanya terdiam dan tidak menyampaikan keberatannya sebagaimana sebelum saksi perbalisan diperiksa para Terdakwa telah menyangkal dan mengakui diintimidasi . Dalam perkara PK dengan No. 18.PKPid2007 dengan Pemohon PK bernama Humprey Ejike Alias Doctor, terdapat saksi yang melihat langsung terjadinya penyiksaan, penyiksaan tersebut menurut saksi bertujuan untuk mendapatkan pengakuan dan keterangan dari Pemohon PK. “urat per ataa da kesaksia DENNI“ ATTAH, seda g e jala i pida a di LP ipi a g yang mengatakan bahwa ketika pemohon PK diinterogasi di Polda Metro Jaya di kantor Bapak Hendra Jhoni, polisi melakukan pemukulan selama berjam-jam kepada pemohon PK 34 bahkan pemohon PK tidak diperkenankan duduk dan tetap berdiri dalam keadaan tangan diborgol serta mata tertutup dan kaki pemohon PK di jepit dan terlihat pemohon PK sangat kelelahan. Dan ketika setiap pertanyaan dijawab oleh pemohon PK tidak tau, lalu dipukul sampai mengeluarkan darah dan akhirnya polisi mengarahkan pemeriksaan kepada pe gakua pe oho PK a g isi a sudah diatur oleh polisi; Dalam pertimbangan putusan PK Hillary K. Chimezie dengan putusan No. 45 PKPid.Sus2009,: Bahwa selalin itu ternyata dalam proses penyidikan terhadap saksi - saksi pendukung yaitu IZUCHUKWU OKOLOAJA dan MICHAEL TITUS IGWEH yang menerangkan bahwa telah di lakukan kekerasan dari petugas penyidik, sehingga keterangannya tidak obyektif dan penuh rekayasa dari petugas dan kenyataannya terhadap saksi mahkota atau saksi yang mempunyai nilai pembuktiian yang akurat saksi kunci atas nama MARLENA dan IZUCHUKWU OKOLOAJA alias KHOLISAN NKOMO dinyatakan telah meninggal dunia pada saat di tahanan Polisi; Hal - hal tersebut di atas perlu dijadikan pertimbangan oleh Majelis Peninjauan Kembali dalam memutus perkara a quo meskipun secara formil telah di atas sumpah keterangan- keterangan dari saksi - saksi yang meninggal dunia tersebu t ; Dalam kasus yang sama, salah satu Hakim Agung yaitu Timur P. Manurung bahkan memasukkan alasan adanya intimidasi dan penyiksaan pada saksi yang mengakibatkan saksi meninggal dunia ... Bah a kesaksia saksi ku i ke-2 MARLENAalmarhumah juga di persidangan, ternyata juga hanya dibacakan, namun walaupun dibacakan, ternyata juga tidak mengaitkan pada Pemohon Peninjauan Kembali Terpidana dalam kegiatannya , dan kedua saksi aquo yaitu saksi MARLENA dan saksi IZUCHUKWU OKOLOAJA, telah meninggal oleh tindak kekerasan ditahanan Penyidik Polri dan karenanya juga kesaksian in casu tidak dapat di terima , apalagi dalam kesaksiannya saksi menyatakan bahwa selama di tahanan Penyidik , saksi telah e eri a i ti idasi da kekerasa pisik ;... Selain penyiksaan dan intimidasi yang ditujukan pada terpidana mati maupun saksi, tekanan ataupun intimidasi juga didapat oleh pengadilan sendiri, bahkan juga terjadi pada kuasa hukum, sehingga jalannya sidang berada dibawah tekanan pikologis yang kuat. Dalam Putusan MA No. 558 KPid2009 dengan terpidana mati bernama Yohanes Martinus Alias Dado Alias Martin Bin Tedi Gunawan, suasana sidang yang digambarkan dalam memori kasasi menunjukkan adanya intimidasi kepada hakim dan kuasa hukum terpidana mati. Bah a Pe gadila Negeri DepokMajelis Haki tidak lagi ersikap o jektif di dalam menilai perkara ini karena berada di bawah tekanan atau pressure dari pihak keluarga korban yang setiap persidangan selalu membawa massa lebih dari 9 orang yang selalu bersikap anarkis dan melakukan pengerusakan terhadap mobil yang dipakai Penasehat Hukum Terdakwa Berita Harian Surat Kabar Nasional dan media TV tertanggal 5 September Dalam perkara lainnya, yaitu putusan MA No. No. 2473 KPid2007 dengan terpidana mati bernama Syekh Abdul Rahim Alias Daeng Rahim, mengklaim bahwa terjadi tekanan publik yang begitu besar, initmidasi berupa ancaman terjadi terhadap hakim untuk menjatuhkan hukuman mati kepada terpidana mati. Bah a Pe gadila Negeri telah e jatuhka pida a terhadap Terdak a a g aksi al hanya karena desakan dan permintaan serta tekanan dari keluarga dan simpatisan korban