keceriaan, kebergunaan, mendidik; 2 sesuai dengan usia anak dalam pemilihan kesederhanaan tema, diksi, gaya bahasa; 3 keragaman sajak dalam memilih
bunyi persajakan, dalam tema yang dekat dengan lingkungan, dalam jenis, dan 4 sesuai dengan siswa dalam penataan bentuk bahasa, jenis puisi, dan
mengakomodasikan jiwa bermain siswa. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi anak
mempunyai kriteria sebagai berikut: puisi mengandung tema yang menyentuh, bahasanya sederhana mudah ditangkap anak, ritme yang meriangkan anak, tidak
terlalu panjang, ada rima dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bisa menambah wawasan pikiran anak.
4. Menulis Puisi
Menulis puisi merupakan aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan sebuah wacana sastra yang berbentuk puisi dengan memperhatikan berbagai unsur
yang terkandung di dalamnya. Pembelajaran menulis puisi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dalam menerapkan keterampilan dasar menulis
puisi serta pikiran-pikiran utama di sekitar siswa melalui berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan. Terdapat unsur-unsur pembentuk puisi seperti diksi,
pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif. Pembelajaran menulis puisi dapat lebih memberikan motivasi kepada siswa dengan adanya inovasi dalam
pembelajaran. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan media audiovisual. Media audiovisual diharapkan mampu merangsang kreatifitas siswa dalam
menghasilkan karya dalam pembelajaran menulis puisi, anak didik mesti diajarkan cara berkontemplasi Artinya, secara sederhana siswa diminta untuk merenung
terhadap kata yang akan. digunakan saat hendak mengungkapkan sesuatu dalam puisinya.
Seperti diketahui, puisi adalah karya sastra yang memiliki hermeuneutik ambigu. Ia multitafsir. Karenanya, anak mesti diberikan pemahaman yang cukup
dalam memaknai puisi orang. Baru kemudian dapat menulis puisi pula. Anak didik juga mesti diajarkan cara-cara menandai kata-kata konkret dan
menggunakan diksi yang tepat dalam puisi. Demikian halnya dengan penggunaan bahasa figuratif agar pengimajian puisi didapatkan. Persoalan tema dan topik,
seperti saya sebutkan di atas, jangan dibatasi dulu bagi pemula. Apalagi, untuk puisi, pembatasan topik akan mempersempit langkah anak mengembangkan
kerangka berpikirnya. Langkah berikutnya, siswa juga dibimbing dalam melakukan
penginderaan. Hal ini sangat mudah, karena dapat dipastikan setiap siswa paham indera. Untuk indera penglihat dan pendengar, tidak tertutup kemungkinan siswa
diajak keluar kelas sejenak. Bebaskan siswa melihat atau mendengar apa saja di luar, lalu minta ia mencatatnya. Dari sejumlah kata yang sudah didapati, minta
siswa memilah antara mungkin “kata aneh” atau “kata sederhanapopuler”. Berikan penjelasan kepada siswa terhadap katagori “kata aneh” yang layak
dijadikan diksi dalam menulis puisi. Endraswara 2003: 224 menawarkan enam langkah bagi seseorang jika
ingin menyair: 1 melatih tanggap sasmita, yakni peka terhadap sesuatu; 2 menangkap ilham, yakni berusaha mencari tempat-tempat tertentu yang dapat
merangsang ide; 3 memunculkan kata “pertama” yakni berusaha menuliskan kata apa saja yang menjadi pertama sekali muncul, boleh jadi alam semesta; 4
mengolah kata, yakni memanipulasi ilham, tetapi pengolahan kata ini tetap membutuhkan hati; 5 memberi vitamin, yaitu memberikan kata-kata tertentu
sebagai gaya bahasa dalam menuturkan sesuatu, dalam artian berusaha bermain kata-kata; 6 menyelesaikan kata, yaitu meyeleksi kata-kata yang sudah dipilih
untuk digunakan dalam puisi. Terlepas dari tawaran Endraswara, menulis puisi atau pun cerpen adalah
tindakan memberi kesempatan kepada kata-kata agar tersusun. Karenanya, tak salah jika Saut Sitompul, dalam sebuah puisinya menyebutkan ada daun jatuh
tulis ada rumput menghijau tulis ada tanah terbakar tulis ada anak pipit jatuh dari sarangnya tulis…..
Selanjutnya, ajarkan pula siswa agar mau menerima komentar. Artinya, setelah selesai sebuah tulisan tersebut, berikan masukan terhadap siswa, tentunya
komentar yang sifatnya membangun, bukan menjatuhkan RN, Harian Aceh, 15 Februari 2009. Saya sendiri suka menggunakan kalimat pamungkas begini
kepada para penulis pemula: “Tuliskan apa saja yang sedang kamu pikirkan, jangan pikirkan apa yang akan kamu tuliskan”.
http:lidahtinta.wordpress.com20091226teknik-pembelajaran-menulis-karya- sastra
Menurut Badriyah 2000, dalam Faizal dkk, 2009 langkah-langkah menulis puisi sebagai berikut: 1 mengamati suatu objek secara cermat, 2
tentukan tema lalu dijadikan judul puisi, 3 susun alur kronologis spasial lalu kembangkan jadi cerita, 4 susunlah berurutan kebawah, satu baris satu kalimat
pendek, 5 jika ada kalimat yang panjang, pendekkan dengan membuang kata- kata sambung yang tidak penting, 6 cari kata kalimat yang intensitas
keindahannya dan maknanya kurang kuat dan dengan kata-kata yang lebih indah konotatif dan imajinatif, 7 cermati terus menerus tap kalimat kata dengan
memperhatikan keindahan bunyi dan penggunaan gaya bahasa bila memungkinkan.
5. Penilaian Menulis Puisi