PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 3 BAYAT KABUPATEN KLATEN

(1)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN

KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 3 BAYAT KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

MEYLINDA WIDYANINGRUM

X 1207040

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN

KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 3 BAYAT KABUPATEN KLATEN

Oleh :

Meylinda Widyaningrum NIM X1207040

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

(4)

(5)

commit to user ABSTRAK

Meylinda Widyaningrum. X1207040. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 3 Bayat Klaten”. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis puisi yaitu keaktifan siswa saat apersepsi, keaktifan dan perhatian siswa saat mengikuti pelajaran, serta minat dan motivasi siswa saat kegiatan pembelajaran; dan (2) kualitas hasil pembelajaran menulis puisi melalui penguasaan ide, pemilihan kata, rima, dan penguasaan bahasa kias melalui penerapan model pembelajaran kooperatifteknik kancing gemerincing.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas, dan melibatkan partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP N 3 Bayat Tahun Ajaran 2010/2011, yang berjumlah 40 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan: (a) observasi, (b) analisis dokumen, (c) wawancara, dan (d) angket. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan interpretasi, dan (d) analisis dan refleksi.

Tahap perencanaan, meliputi: (1) membuat skenario pembelajaran, (2) mempersiapkan sarana pembelajaran, (3) mempersiapkan instrumen penelitian, dan (4) mengadakan simulasi penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing pada pembelajaran menulis puisi. Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing. Tahap observasi dilakukan dengan peneliti mengamati dan menginterpretasikan penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing pada pembelajaran menulis puisi. Tahap analisis dan refleksi dilakukan dengan menganalisis data hasil observasi dan interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian yang sudah mencapai tujuan dan yang perlu diperbaiki.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran menulis puisi siswa. Peningkatan proses pembelajaran ditandai dengan meningkatnya: (a) jumlah siswa yang aktif selama apersepsi, (b) jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan dan perhatian saat mengikuti pelajaran, (c) jumlah siswa yang berminat dan memiliki motivasi saat kegiatan pembelajaran. Peningkatan hasil pembelajaran menulis puisi ditandai dengan meningkatnya jumlah siswa yang mencapai nilai batas tuntas pembelajaran menulis puisi, yaitu: (a) siklus I (25 siswa atau 62,5 %), (b) siklus II (30 siswa atau 70 %), (c) siklus III (35 siswa atau 87,5 %).


(6)

commit to user ABSTRACT

Meylinda Widyaningrum. X1207040. The Application of Cooperative Learning Model of “Kancing Gemerincing” Technic to Improve the Quality of Poetry Writing of Class VIII B of SMP N 3 Bayat Klaten. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University.

The objective of research is to improve: (1) the quality of poetry writing learning process is activation students when apperception, activation and attention students in the learning class, and interest and motivation students in the learning class, and (2) quality of poetry writing learning product by dominate idea, diction, ritm, and analogy language througt the application of cooperative learning model kancing gemerincing technic.

This study belongs to a classroom action research. This research was taken place in the collaboration between the author, class teachers, and by involving the student participation. The subject of research was the VIII B graders of SMP N 3 Bayat Klaten in the school year of 2010/2011, consisting of 40 students. Techniques of collecting data used were: (a) observation, (b) interview, (c) documentation, (d) questionnaire, and (e) test. The research procedure included: (a) planning, (b) acting, (c) observing and interpreting, and (d) analyzing and reflecting.

Planning, are: (1) compile learning, (2) prepare of media learning, (3) prepare research instrument, and (4) to create application simulation of cooperative learning model kancing gemerincing technic. Acting, teacher do poetry writing learning with application of cooperative learning model kancing gemerincing technic. Observation is researcher to inspect and interpretation application of cooperative learning model kancing gemerincing technic in the poetry writing learning. Analyzing and reflection doing analyzing product of observation and interpretation data . So that get the conclution part who achieve direction and who need repaired.

Considering the result of research, it can be concluded that the application of cooperative learning model kancing gemerincing technic can improve the process and product quality of poetry writing learning. The improve quality process is improve: (a) quantity activity students when apperception, (b) quantity activity and attention students when process learning, (c) quantity students who interest and motivation when activity learning. Improved poetry writing product learning is improved limited score poetry writing learning, are: (a) cycle I (25 students or 62, 5 %), (b) cycle II (30 students or 70 %), (c) cycle III (35 students or 87,5 %).


(7)

commit to user MOTTO

Orang yang selalu mendekatkan diri pada Tuhan, tidak akan mudah merasa hidupnya tertekan (Aa Gym)

Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil. Kita baru yakin kalau telah berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill)

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar (Khalifah ‘Umar)


(8)

commit to user PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini sebagai wujud syukur, cinta dan terima kasihku kepada: 1. Ibundaku dan Ayahandaku atas curahan,

dukungan, semangat, keringat, dan air mata dalam doanya yang selalu peneliti rasakan dalam setiap perjuangan penyusunan skripsi ini;

2. Adikku yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan serta perhatiannya dalam setiap usaha;

3. Retno, Ika, Nonik, Priska, dan Puput yang telah mengemas persahabatan dalam ikatan persaudaraan;

4. Saudara-saudaraku kos Fortuna yang selalu menemani hari-hari dalam kehangatan persaudaraan;

5. Teman-teman Bastind ’07, atas dukungan dan kebersamannya selama ini, senang telah tergabung dalam ikatan keluarga besar Bastind ’07;


(9)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Selama pembuatan skripsi ini, peneliti mengalami berbagai hambatan dan kesulitan, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan dan kesulitan yang timbul dapat diatasi. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi;

2. Dr. Muh Rohmadi, S.S., M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penulisan skripsi kepada peneliti;

3. Dr. Andayani, M.Pd., selaku Ketua Program pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penyusunan skripsi;

4. Drs. Swandono, M.Hum., selaku Pembimbing I dan Dr. Muh Rohmadi, S.S., M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan, dan dorongan kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

5. Drs. Edy Suryanto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS;

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan masukan kepada peneliti;

7. C. Anjar Nawangsih, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 3 Bayat Klaten yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian;


(10)

commit to user

8. Sri Nuryati, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia kelas VIII B SMP Negeri 3 Bayat Klaten yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian;

9. Siswa-siswi kelas VIII B SMP Negeri 3 Bayat Klaten yang telah membantu hingga terselesaikannya penelitian ini;

10.Berbagai pihak yang telah membantu peneliti yang tidak mungkin peneiti sebutkan satu per satu.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dengan penuh ketulusan tersebut memperoleh balasan dari Allah SWT. Akhirnya, peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Surakarta, Juni 2011


(11)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR………viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL…. ………...xiii

DAFTAR GAMBAR………...xiv

DAFTAR LAMPIRAN………xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 6

A. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Model Pembelajaran Kooperatif ... 6

2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif ... 7

3. Teknik-teknik Model Pembelajaran Kooperatif ... 8

4. Model Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing ... 10

5. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam Pembelajaran Menulis Puisi ... 11

6. Kurikulum dalam Pembelajaran ... 13

7. Menulis Kreatif Puisi ... 14

a. Pengertian Puisi ... 14


(12)

commit to user

8. Hakikat Pembelajaran Menulis Puisi ... 19

a. Pengertian Pembelajaran ... 19

b. Pembelajaran Menulis Puisi di SMP ... 21

9. Penilaian dalam Pembelajaran Menulis Puisi ... 24

a. Penilaian Proses Pembelajaran ... 25

b. Penilaian Hasil Pembelajaran ... 28

B. Penelitian yang Relevan ... 30

C. Kerangka Berpikir ... 32

D. Hipotesis Tindakan ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Subjek Penelitian... 35

C. Pendekatan Penelitian ... 35

D. Sumber Data ... 35

1. Informan ... 35

2. Dokumen ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Uji Validitas Data... 36

G. Teknik Analisis Data ... 36

H. Indikator Keberhasilan ... 36

I. Prosedur Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Kondisi Awal ... 43

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

1. Siklus Pertama ... 46

a. Perencanaan Tindakan ... 46

b. Pelaksanaan Tindakan ... 48

c. Observasi dan Interpretasi ... 53

d. Analisis dan refleksi ... 60

2. Siklus Kedua ... 63

a. Perencanaan Tindakan ... 63


(13)

commit to user

c. Observasi dan Interpretasi ... 69

d. Analisis dan refleksi ... 77

3. Siklus Ketiga ... 80

a. Perencanaan Tindakan ... 80

b. Pelaksanaan Tindakan ... 83

c. Observasi dan Interpretasi ... 86

d. Analisis dan refleksi ... 95

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……… 108

A. Simpulan………... 108

B. Implikasi………109

C. Saran………. 111

DAFTAR PUSTAKA……….. 112 LAMPlRAN


(14)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rubrik Penilaian Proses ... 26

Tabel 2. Penilaian Menulis Puisi ... 29

Tabel 3. Pedoman Penskoran Menulis Puisi ... 29

Tabel 4. Rincian Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

Tabel 5. Rincian Indikator Keberhasilan Penelitian ... 37

Tabel 6. Perbandingan Hasil Pembelajaran Pratindakan dan Siklus I ... 60

Tabel 7. Perbandingan Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 76

Tabel 8. Perbandingan Hasil Pembelajaran Siklus I, Siklus II, dan Siklus III. ... 94

Tabel 9. Persentase Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran……….102

Tabel 10. Deskripsi Hasil Penelitian………102


(15)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 2. Siswa Melakukan Diskusi Kelompok ... 50

Gambar 3. Guru Keliling Kelas Memantau Diskusi Siswa ... 51

Gambar 4. Guru Menempelkan Bintang di Papan Penilaian ... 51

Gambar 5. Guru Membagikan Gambar Pemandangan... 53

Gambar 6. Guru Melakukan Apersepsi ... 55

Gambar 7. Siswa Antusias dengan Mengangkat Tangan ... 55

Gambar 8. Guru Membagikan Kancing ... 56

Gambar 9. Siswa Menempelkan Bintang di Papan Penghargaan ... 57

Gambar 10. Peneliti Melakukan Wawancara Tindakan Siklus I ... 57

Gambar 11. Grafik Perbandingan Hasil Pembelajaran Pratindakan dan Siklus I ... 60

Gambar 12. Siswa Melakukan Kerja Kelompok ... 71

Gambar 13. Siswa Maju Menyampaikan Pendapatnya ... 71

Gambar 14. Guru Menuliskan Tugas Individu di Papan Tulis ... 72

Gambar 15. Guru Membawa Bunga ke Dalam Kelas ... 72

Gambar 16. Guru Memberikan Bunga sebagai Penghargaan ... 73

Gambar 17. Peneliti Melakukan Wawancara Setelah Tindakan Siklus II ... 74

Gambar 18. Grafik Perbandingan Hasil Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ... 77

Gambar 19. Kegiatan Apersepsi ... 88

Gambar 20. Siswa Bekerja Kelompok dan Guru Memantau Siswa ... 88

Gambar 21. Siswa Menempelkan Bintang di Papan Penghargaan ... 89

Gambar 22. Siswa Melakukan Pengamatan di Luar Kelas ... 90

Gambar 23. Guru Menyarankan Siswa untuk Tidak Hanya di Sekitar Kelas ... 91

Gambar 24. Guru Mengamati Hasil Pekerjaan Siswa ... 91

Gambar 25. Peneliti Melakukan Wawancara Siklus III ... 92

Gambar 26. Grafik Perbandingan Hasil Pembelajaran Siklus I, II, dan III ... 94


(16)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus………... 115

Lampiran 2. SK dan KD………... 123

Lampiran 3. Pedoman Penilaian Hasil Menulis Puisi……….. 125

Lampiran 4. Daftar Penilaian Menulis Puisi………... 127

Lampiran 5. Lembar Observasi Kegiatan Siswa………... 129

Lampiran 6. Lembar Penilaian Guru saat Mengajar………. 130

Lampiran 7. Pedoman Wawancara dengan Guru………. 133

Lampiran 8. Pedoman Wawancara dengan Siswa………... 135

Lampiran 9. RPP Guru saat Pratindakan………... 137

Lampiran 10. Catatan Lapangan Survai Awal………... 140

Lampiran 11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa (Pratindakan)……….. 144

Lampiran 12. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Guru (Pratindakan)………… 151

Lampiran 13. Angket Pratindakan……….. 155

Lampiran 14. Refleksi Angket Pratindakan………... 161

Lampiran 15. Tabel Hasil Pengisian Angket Pratindakan……….. 162

Lampiran 16. Hasil Karya Puisi Siswa saat Pratindakan……… 165

Lampiran 17. Daftar Nilai Hasil Pretes Menulis Puisi………... 168

Lampiran 18. Foto Suasana Pembelajaran (Pratindakan)……….. 170

Lampiran 19. Foto Wawancara Siswa saat Pratindakan………. 172

Lampiran 20. Daftar Hadir Siswa Siklus I……….. 173

Lampiran 21. RPP Siklus I………... 175

Lampiran 22. Catatan Lapangan Siklus I………... 189

Lampiran 23. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Siklus I……… 193

Lampiran 24. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus I………. 199

Lampiran 25. Lembar Penilaian Guru saat mengajar Siklus I……… 200

Lampiran 26. Hasil Pekerjaan Puisi Siswa saat Siklus I………... 203

Lampiran 27. Rubrik Penilaian Proses Pembelajaran Siklus I………... 210

Lampiran 28. Daftar Penilaian Proses Siklus I………... 212

Lampiran 29. Rubrik Penilaian Hasil Pembelajaran Siklus I……… 214

Lampiran 30. Daftar Hasil Menulis Puisi Siklus I………. 216

Lampiran 31. Foto Suasana Pembelajaran siklus I……… 218


(17)

commit to user

Lampiran 33. Daftar Hadir siswa Siklus II……… 222

Lampiran 34. RPP Siklus II………... 224

Lampiran 35. Catatan Lapngan Siklus II……… 236

Lampiran 36. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Siswa Siklus II………... 240

Lampiran 37. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus II……… 246

Lampiran 38. Lembar Penilaian Guru saat Mengajar Siklus II………... 247

Lampiran 39. Hasil Karya Puisi Siswa Siklus II………. 250

Lampiran 40. Rubrik Penilaian Proses Pembelajaran Siklus II………... 257

Lampiran 41. Daftar Penilaian Proses Siklus II………. 259

Lampiran 42. Rubrik Penilaian Hasil Pembelajaran Siklus II……… 261

Lampiran 43. Daftar Nilai Hasil Menulis Puisi Siklus II……… 263

Lampiran 44. Foto Suasana Pembelajaran Siklus II………... 265

Lampiran 45. Foto Wawancara Siswa Siklus II……….. 269

Lampiran 46. Daftar Hadir Siswa Siklus III………... 270

Lampiran 47. RPP Siklus III……….. 272

Lampiran 48. Catatan Lapangan Siklus III……… 285

Lampiran 49. Catatan Lapangan Wawancara Siswa Siklus III……….. 288

Lampiran 50. Lembar Observasi Kegiatan Siswa Siklus III………... 292

Lampiran 51. Lembar Penilaian Guru saat Mengajar Siklus III………. 293

Lampiran 52. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus III……….. 296

Lampiran 53. Rubrik Penilaian Proses Pembelajaran Siklus III………. 299

Lampiran 53. Daftar Penilaian Proses Siklus III……… 301

Lampiran 54. Rubrik Penilaian Hasil Pembelajaran Siklus III……….. 303

Lampiran 55. Daftar Nilai Hasil Menulis Puisi Siklus III……….. 305

Lampiran 56. Foto Suasana Pembelajaran Siklus III……….. 307

Lampiran 57. Foto Wawancara Siswa Siklus III……… 312

Lampiran 58. Angket Pascatindakan yang Telah Diisi Siswa………... 313

Lampiran 59. Refleksi Pengisian Angket Pascatindakan………... 317

Lampiran 60. Tabel Pengisian Angket Pascatindakan……… 318

Lampiran 61. Hasil Wawancara Pascatindakan dengan Siswa……….. 319

Lampiran 62. Hasil Wawancara Pascatindakan dengan Guru……… 323

Lampiran 63. Foto Wawancara dengan Siswa (Pascatindakan)………... 326


(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menulis merupakan satu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan penguasaan keterampilan menulis, diharapkan siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang dimilikinya setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi (Nurgiyantoro, 2002: 309). Asumsinya, pengungkapan tersebut merupakan manifestasi peresapan, pemahaman, dan tanggapan siswa terhadap berbagai hal yang diperolehnya dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, segala informasi, ilmu pengetahuan, dan berbagai kecakapan yang diperoleh siswa dalam pembelajaran tidak akan hanya menjadi hafalan yang mudah dilupakan sesaat setelah siswa menjalani tes.

Menulis puisi sebagai salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut menulis puisi menjadi wadah seseorang dalam menuangkan gagasan ataupun perasaan. Melalui puisi, seseorang dapat menyampaikan pikirannya menjadi sebuah karya sastra. Ketertarikan menggali puisi lebih dalam lagi perlu diterapkan sedini mungkin. Namun selama ini asumsi masyarakat terhadap pembelajaran puisi masih kurang, sedikit sekali siswa yang tertarik untuk memelajarinya.

Dalam pembelajaran menulis puisi, siswa masih mengalami banyak kesulitan, permasalahan itu pula yang timbul pada siswa kelas VIII B SMP N 3 Bayat. Hal ini tampak dari hasil karangan puisi siswa yang masih banyak terdapat kesalahan. Siswa masih mengalami kesulitan dalam hal pemilihan kata dan penerapan bahasa kias. Dari pengamatan yang peneliti lakukan, 66% siswa kurang suka menulis puisi dan 34% siswa suka menulis puisi. Hal tersebut berarti bahwa dari 40 jumlah keseluruhan siswa, hanya 13 siswa yang mampu menulis puisi dengan baik sedangkan 27 siswa kurang dalam penulisan puisi. Siswa yang kurang suka dengan pembelajaran menulis puisi tersebut otomatis berpengaruh pada kemampuan serta kualitas puisi yang dihasilkan siswa.


(19)

commit to user

Untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran menulis puisi, peneliti melakukan penyebaran angket kepada siswa kelas VIII B sebagai subjek penelitian. Berdasarkan hasil angket kepada siswa diperoleh kenyataan bahwa materi menulis puisi menjadi materi pembelajaran sastra yang dirasa paling sulit dibandingkan dengan pembelajaran sastra yang lainnya. Pada kenyataannya semua siswa di kelas VIII B sudah pernah menulis puisi, sebagian besar siswa kesulitan dalam memahami bahasa puisi yang diajarkan. Kesulitan yang paling sering muncul adalah memilih kata-kata yang sesuai. Hal-hal tersebut memberikan indikasi bahwa kemampuan menulis puisi siswa rendah.

Rendahnya kemampuan menulis puisi siswa menjadi petunjuk adanya kelemahan sekaligus kesulitan belajar. Berdasarkan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII B diperoleh fakta bahwa selama ini siswa hanya menulis puisi tanpa mengetahui kualitas puisinya. Siswa hanya memenuhi tugas guru untuk menulis puisi tanpa menerapkan langkah-langkah menulis puisi secara runtut. Dari hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa selama ini guru mengajar secara ceramah, siswa diterangkan lalu disuruh untuk membuat puisi. Cara pengajaran yang seperti itu kurang disukai oleh siswa. Hal tersebut menimbulkan suasana pembelajaran yang membosankan.

Guru menjelaskan bahwa siswa juga mengalami kesulitan dalam menyusun puisi yang koheren. Proses pembelajaran menulis puisi yang selama ini dilakukan guru adalah sebagai berikut: (1) memberi sebuah tema yang ditulis di papan tulis, (2) meminta siswa membuat judul sesuai dengan tema, (3) meminta siswa menulis puisi dengan batas waktu yang telah ditentukan, (4) guru memberi nilai, dan (5) mengembalikan puisi karya siswa. Pembelajaran tersebut lebih diorientasikan pada produk yaitu tulisan puisi siswa dan belum mengarah pada proses cara menulis puisi.

Berdasarkan kurikulum SMP kelas VIII standar kompetensi menulis puisi adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas, sedangkan kompetensi dasarnya adalah menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai. Sesuai kurikulum tersebut, pembelajaran menulis untuk kelas VIII adalah menulis puisi bebas. Maka kemampuan menulis puisi dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi bebas.


(20)

commit to user

Untuk mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran, diperlukan model serta media pembelajaran yang menunjang. Melihat permasalahan tersebut, peneliti mencoba memperkenalkan model pembelajaran yang menunjang untuk pembelajaran puisi khususnya menulis puisi. Model pembelajaran yang peneliti perkenalkan adalah tipe model pembelajaran kooperatif yaitu teknik kancing gemerincing. Teknik pembelajaran jenis ini merupakan teknik pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Maksud dari model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing adalah pelaksanaan pembelajaran secara berkelompok dengan memanfaatkan media kancing dan benda sejenisnya sebagai tanda giliran aktivitas kegiatan kelompok pada setiap anggota selama melakukan diskusi.

Model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. Model pembelajaran tipe ini memberi kesempatan siswa untuk dapat aktif dalam kelas secara merata. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang secara berkelompok untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi menulis puisi. Keterampilan menulis puisi merupakan suatu keterampilan yang membutuhkan adanya imajinasi tinggi. Langkah awal yang diterapkan dalam pembelajaran secara berkelompok adalah menjalin keaktifan serta antusias siswa untuk membuat puisi yang runtut dan sistematis. Kancing gemerincing memberi kesempatan semua siswa secara merata untuk aktif dan paham tentang proses menulis puisi, sehingga dapat menghasilkan puisi yang baik pula. Melalui media kancing, peneliti bermaksud memeratakan kesempatan setiap siswa untuk dapat menulis puisi yang koheren dengan pemilihan kata yang baik pula. Pengenalan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh baik pada kemampuan menulis puisi siswa kelas VIII pada khususnya atau bagi siswa SMP pada umumnya.

Berdasarkan permasalahan yang ada serta alternatif tindakan yang peneliti berikan tersebut, peneliti melakukan penelitian berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menulis Puisi pada Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 3 Bayat Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”.


(21)

commit to user B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas diperoleh beberapa masalah yang dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Bayat?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Bayat?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diperoleh tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk menjelaskan.

1. Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Bayat.

2. Keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dalam meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII B SMP Negeri 3 Bayat.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Secara teoretis, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan dalam hal pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di tingkat SMP. Khususnya memberikan pengaruh pada pembelajaran menulis puisi bagi siswa SMP. Selain itu juga sebagai perantara memperkenalkan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing dalam dunia pembelajaran.


(22)

commit to user

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut.

a. Bagi siswa, pemanfaatan model pembelajaran kooperatif teknik

kancing gemerincing dalam pengajaran menulis puisi

memungkinkan siswa melakukan kegiatan menulis puisi dengan benar. Hal ini juga dapat menambah pengetahuan siswa lainnya tentang pembelajaran menulis puisi.

b. Bagi guru, penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing terhadap pembelajaran menulis puisi merupakan hal yang belum banyak dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, hasil pelaksanaan penelitian ini dapat memberikan pengalaman pada guru-guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran yang lebih efektif dan mendorong mereka untuk meninggalkan penggunaan model pembelajaran yang kurang produktif.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan dorongan kepada guru-guru lain untuk menggunakan inovasi model pembelajaran yang membawa siswa ke arah kemajuan.


(23)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivistis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Model pembelajaran kooperatif sangat membantu siswa memahami konsep yang sulit tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Isjoni (2009: 13) dalam pembelajaran kooperatif berpendapat bahwa siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas sehingga dapat memotivasi siswa meningkatkan prestasi belajarnya.

Model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga menjadi tutor bagi teman sebayanya. Dalam pembelajaran kooperatif guru berusaha menanamkan dan membina sikap berdemokrasi diantara para siswa.

Lenore (2006: 254) menyebutkan bahwa cooperative learning strategies are different from traditional classroom approaches in that they require students to apply their knowledge. Students' roles are elevated to one of generating, making sense of, and interpreting meaningful real-world data. With cooperative learning research experiences, students are active and accountable participants in their own education. Pendekatan koperatif berbeda dari pendekatan tradisional, pendekatan koperatif mengajak siswa menerapkan pengetahuan mereka. Siswa menjadi lebih aktif, imajinatif dalam mengembangkan data yang berasal dari


(24)

commit to user

dunia nyata. Berdasarkan pengalaman yang dimiliki, siswa menjadi aktif dan bertanggung jawab dalam pendidikan mereka sendiri.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diketahui bahwa tujuan penting dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Dari hasil pembelajaran, siswa tidak hanya memiliki keterampilan sosial yang memiliki sikap tanggap saja, akan tetapi sikap tersebut direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari yang akhirnya akan menjadi warga negara yang baik.

2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif

Bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran kooperatif menawarkan beberapa keunggulan. Dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

Sebagai model pembelajaran, pembelajaran kooperatif memiliki kekurangan dan kelebihan. Jarolimek dan Parker (1993 dalam Isjoni, 2009: 24) mengatakan keunggulan dari pembelajaran kooperatif adalah: a) saling ketergantungan yang positif, b) adanya pengakuan dalam merespon individu, c) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, d) suasana kelas yang menyenangkan, e) terjalinnya hubungan yang bersahabat antara siswa dengan guru, f) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman yang menyenangkan.

Kekurangan model pembelajaran kooperatif yaitu: 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan meluasnya


(25)

commit to user

topik permasalahan yang sedang dibahas, sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Dalam model pembelajaran kooperatif diperoleh kesimpulan bahwa model ini dapat membuka cakrawala siswa dengan suasana yang bersahabat antara siswa satu dengan siswa yang lainnya saat proses belajar mengajar. Siswa dilibatkan secara langsung sehingga timbul respon-respon siswa yang beragam. Keberagaman respon ini diharapkan mampu mengembangkan pola pikir siswa menjadi lebih maju, sedangkan kekurangan dari model ini diketahui bahwa diperlukan adanya fasilitas pembelajaran yang memadai selain itu dari model ini dapat menimbulkan adanya siswa yang lebih aktif dibandingkan dengan siswa yang lainnya (ketidakmerataan keaktifan siswa).

3. Teknik-teknik Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatifterdapat beberapa teknik yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas.

1. Teknik Mencari Pasangan (Make a Mach), salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa.

2. Teknik Bertukar Pasangan, teknik ini memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia siswa.

3. Teknik Berpikir Berpasangan Berempat (Think Pair Share), teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa.

4. Berkirim Salam dan Soal, teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka.


(26)

commit to user

5. Kepala Bernomor (Numbered Heads), teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangkan jawaban yang paling tepat.

6. Kepala Bernomor Terstruktur, teknik ini modifikasi dari Teknik Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan teknik ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya.

7. Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray), teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain.

8. Keliling Kelompok, dalam teknik ini masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.

9. Kancing Gemerincing, kancing memberikan kesempatan pada masing-masing anggota kelompok untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran orang lain.

10.Keliling Kelas, teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja orang lain.

11.Lingkaran Kecil Lingkaran Besar (Inside Outside Circle), dikembangkan Spencer Kagan untuk memberikan kepada siswa agar saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan.

12.Tari Bambu, teknik ini memberikan modifikasi Lingkaran Kecil Lingkaran Besar karena keterbatasan ruang kelas.

13.Bercerita Berpasangan (Paired Storytelling), dalam teknik ini guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata itu agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi sehingga siswa terdorong untuk belajar.


(27)

commit to user

4. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Teknik kancing gemerincing bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk anak didik semua tingkatan usia. Dalam kegiatan kancing gemerincing memberikan kesempatan semua siswa untuk aktif memberikan kontribusi dan memberikan pandangan serta pemikiran anggota yang lain. Teknik ini dapat digunakan untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering ada dalam setiap kerja kelompok.

Dalam kerja kelompok, sering kita jumpai adanya anak yang terlalu dominan sedangkan anak yang lainnya pasif. Dalam situasi tersebut, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anak yang pasif terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik ini memastikan setiap siswa mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu dengan pemerataan keaktifan siswa. Semua siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta dalam proses pembelajaran.

Menurut Lie (2010: 64) langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing adalah.

a. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga benda-benda kecil lainnya seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim dan sebagainya.

b. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).

c. Setiap kali siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancing dan meletakkannya di tengah-tengah kelompoknya.

d. Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.

e. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.


(28)

commit to user

f. Guru menyiapkan sebuah papan penilaian, gunanya apabila salah satu anak ada yang menjawab pertanyaan dengan benar, mendapatkan penghargaan sebuah bintang, akhir pembelajaran guru dengan siswa menghitung perolehan skor (bintang). Bagi kelompok yang anggotanya paling banyak menjawab maka kelomok tersebut dinobatkan sebagai kelompok terbaik dan mendapat penghargaan bintang emas.

Dari penjelasan langkah-langkah pembelajaran tersebut terlihat jelas bahwa model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk tampil aktif. Selain itu keaktifan siswa tersebut mendapatkan penghargaan dari guru dan teman yang lainnya yaitu berupa bintang emas untuk kelompok yang terbaik. Penghargaan tersebut dapat memacu siswa untuk lebih aktif lagi dan mengurangi rasa jenuh yang timbul saat proses pembelajaran. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dapat menumbuhkan antusias belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe ini memang dalam bentuk kelompok, tapi keaktifan siswa bukan hanya dalam bentuk kelompok saja melainkan setiap individu juga dituntut untuk aktif.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing dalam Pembelajaran Menulis Puisi

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatifteknik kancing gemerincing.

a. Sebelum pembelajaran dimulai, guru menyampaikan dan mengenalkan topik pembelajaran yaitu menulis puisi.

b. Guru menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau bisa juga berupa sendok es krim, atau potongan-potongan sedotan.

c. Siswa dibagi menjadi 10 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 4 orang.

d. Siswa berkumpul pada masing-masing kelompok.

e. Guru membagikan kancing kepada siswa, masing-masing siswa mendapat dua kancing.


(29)

commit to user

f. Guru membagikan teks puisi rumpang pada setiap kelompok yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

g. Guru meminta siswa mencermati teks puisi, kemudian melengkapi puisi rumpang menjadi puisi utuh.

h. Siswa menentukan judul puisi yang tepat sesuai dengan tema.

i. Siswa mulai berdiskusi melengkapi teks puisi rumpang, siswa bertukar pendapat dengan teman sekelompoknya dalam memilih kata yang tepat sehingga membentuk puisi yang koheren.

j. Guru menulis satu baris puisi di papan tulis.

k. Setiap siswa diberi kesempatan untuk melanjutkan menulis hasil puisinya. Siswa yang maju dan menuliskan hasil puisinya harus menyerahkan satu buah kancing yang telah diberikannya tadi. Kancing diletakkan di meja guru.

l. Guru menyiapkan papan penilaian yang berfungsi untuk memberikan nilai berupa simbol bintang yang ditempel pada nama kelompok yang telah menuliskan hasil puisinya.

m. Bagi siswa yang sudah menuliskan puisinya dan kancing yang dimilikinya telah habis, maka siswa tersebut tidak boleh menuliskan hasil puisinya di papan tulis lagi. Siswa lain yang masih memiliki kancing memiliki kesempatan yang sama untuk menuliskan puisi di papan tulis.

n. Setelah puisi tersusun menjadi beberapa bait, guru meminta siswa mencermati puisi yang di papan tulis sudah koheren apa belum. Pada kesempatan ini, siswa yang tadi belum menuliskan puisinya diberi kesempatan untuk mengubah atau memperbaiki puisi yang ada sehingga menghasilkan puisi yang koheren.

o. Siswa-siswa yang telah menuliskan puisinya, mendapatkan skor berupa simbol bintang pada kolom kelompoknya. Kelompok yang paling banyak mendapatkan bintang dinobatkan sebagai kelompok terbaik dan penghargaan berupa simbol bintang emas.


(30)

commit to user

6. Kurikulum dalam Pembelajaran

Idi (2007: 217) berpendapat bahwa kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis, mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan (peserta didik). Dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab di dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja tetapi juga pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa serta bagaimana mengorganisasi pengalaman itu sendiri (Sanjaya, 2009: 10).

Berdasarkan pendapat kedua ahli tersebut diperoleh kesimpulan bahwa kurikulum merupakan program pembelajaran yang telah direncanakan secara sistematis dan memiliki peranan yang sangat penting. Dalam kurikulum terdapat rencana tertulis yang terdapat ide-ide dan gagasan-gagasan yang dirumuskan oleh pengembang kurikulum. Rencana tertulis dalam kurikulum menjadi dokumen kurikulum yang membentuk suatu sistem kurikulum yang terdiri atas komponen yang saling berkaitan memengaruhi satu sama lain. Komponen yang membentuk sistem kurikulum selanjutnya melahirkan sistem pengajaran, dan sistem pengajaran itulah yang menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar di dalam kelas.

Guru sebagai pembelajar mengetahui kondisi, situasi, dan bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain guru juga harus bertanggung jawab dan berperan optimal dalam pengembangan kurikulum. Alfiah dan Yunarko B. S (2009: 21) berpendapat bahwa pengembangan kurikulum terwujud dalam kegiatan: (a) perumusan khusus tujuan pengajaran, (2) perencanaan kegiatan pembelajaran yang efektif, (c) pelaksanaan program pembelajaran dalam pembelajaran sesungguhnya, (d) pengevaluasian proses belajar dan hasil belajar siswa, dan (e) pengevaluasian interaksi antara komponen-komponen kurikulum yang diimplementasikan.

Tentang kurikulum, SMP N 3 Bayat telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam silabus kelas terdapat salah satu materi tentang pembelajaran menulis puisi. Ada pun standar kompetensi,


(31)

commit to user

kompetensi dasar, dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut.

a. Standar Kompetensi dalam materi menulis puisi adalah mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam puisi bebas.

b. Kompetensi Dasar dalam materi menulis puisi adalah menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai.

c. Tujuan pembelajaran yang dicapai adalah peserta didik dapat menulis puisi dengan menggunakan pilihan kata yang sesuai, dan peserta didik dapat menyunting sendiri pilihan kata puisi yang ditulis.

7. Menulis Kreatif Puisi a. Pengertian Puisi

Menurut Waluyo (2003: 1) hakikat puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif), sedangkan menurut Hudson (dalam Kasnadi 2008: 2) puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai medium penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Dengan demikian, sebenarnya puisi merupakan ungkapan batin dan pikiran penyair dalam menciptakan sebuah dunia berdasarkan pengalaman batin yang digelutinya.

Dari definisi para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi adalah karya sastra paling tua yang memiliki ciri-ciri khas. Puisi menjadi sarana seseorang untuk menuangkan gagasan yang sedang ia pikirkan. Selain itu, puisi juga dapat menjadi sarana komunikasi dengan orang banyak. Puisi dapat menjadi tuangan hati baik dalam suasana senang maupun sedih. Dalam puisi, bahasa yang digunakan bersifat konotatif yang ditandai dengan kata konkret lewat pengimajian, pelambangan, dan pengiasan, ataupun menggunakan bahasa figuratif.


(32)

commit to user b.Teori dan Teknik Kreatif Penulisan Puisi

Mengimajinasikan atau mengembangkan fakta empirik merupakan awal proses kreatif. Permasalahan dalam menulis kreatif yang kemudian muncul adalah bagaimana cara dalam melanjutkan proses kreatif hingga menghasilkan sebuah puisi. Untuk memenuhi cara dalam menulis kreatif tersebut, terlebih dahulu harus memahami unsur pembangun puisi. Secara umum orang mengatakan bahwa sebuah puisi dibangun oleh dua unsur penting, yakni bentuk dan isi (Jabrohim dkk, 2003: 33).

Unsur-unsur pembangun puisi. 1. Diksi

Diksi adalah bentuk serapan dari kata diction yang oleh Hornby diartikan sebagai choise and use of words. Keraf menyimpulkan dua kesimpulan penting tentang diksi. Pertama, diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Kedua, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan sesuai yang hanya dimungkinkan oleh penguasa sejumlah besar kosa kata tata bahasa itu. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, mengetahui cara memperluas dan mengaktifkan kosa kata, mampu memilih kata yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi yang dihadapi, dan mengenali dengan baik macam corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan penulisan.

2. Pengimajian

Bagi penyair, imaji berperan untuk mengintensifkan, menjernihkan, dan memperkaya pikiran. Imaji yang tepat akan lebih hidup, lebih segar terasakan, lebih ekonomis, dan dekat dengan kehidupan masyarakat luas sehingga diharapkan pembaca atau pendengar dapat merasakan langsung dalam pengalaman penyair. Menurut Alternbernd dan Lewie (dalam Jabrohim dkk, 2003: 36-37) citraan dapat dihasilkan dengan jalan menampilkan nama-nama, deskripsi-deskripsi, irama-irama, asosiasi intelektual, atau beberapa cara di atas tampil bersama-sama.


(33)

commit to user

3. Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Dalam hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.

4. Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif dapat membuat puisi menjadi memancarkan banyak makna atau kaya makna. Pada dasarnya, bahasa figuratif adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif baik dari segi makna maupun rangkaian kata, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu.

5. Versifikasi

Versifikasi meliputi ritma, rima, dan retrum. Secara umum, ritma dikenal sebagai irama yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa yang teratur. Rima merupakan pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi, pada akhir puisi, atau keseluruhan baris dan bait puisi, sedangkan metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh jumlah suku kata yang tetap, tekanan yang tetap, dan alun suara naik atau turun yang tetap.

6. Tipografi

Tipografi merupakan pembeda yang paling awal dan dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi dan drama. Dalam prosa fiksi maupun nonfiksi baris-baris kata atau kalimat membentuk sebuah periodisitet. Namun dalam puisi tidak seperti penguraian tersebut, baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitet yang disebut bait. Baris-baris puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan. Tepi sebelah kiri maupun kanan sebuah baris puisi tidak harus dipenuhi oleh tulisan.

7. Sarana Retorika

Sarana retorika adalah bahasa yang tersusun untuk mengajak pembaca berpikir. Sarana retorika berbeda dengan bahasa kiasan atau bahasa figuratif dan citraan. Bahasa figuratif dan citraan bertujuan memperjelas gambaran dan menciptakan perspektif yang baru melalui perbandingan, sedangkan sarana


(34)

commit to user

retorika adalah alat untuk mengajak pembaca berpikir supaya lebih menghayati gagasan yang dikemukakan.

Dalam menulis puisi sebenarnya ada banyak teknik untuk lebih kreatif dan berani. Keberanian, pemahaman puisi, luwes, penguasaan stile, serta kemampuan empati merupakan teknik dasar yang harus dikuasai dalam menulis kreatif puisi. Selain teknik secara umum tersebut Kasnadi (2008: 113) menyatakan bahwa terdapat 14 teknik kreatif menulis puisi sebagai berikut.

1. Teknik Peta Pasang Kata

Teknik ini merupakan teknik termudah yang dapat dilakukan. Teknik peta pasang konsep berpusat pada keberanian dalam memasang-masangkan kata secara bebas tetapi imajinatif.

2. Teknik Epigonal

Teknik epigonal adalah teknik pengekoran terhadap puisi-puisi yang telah ada. Teknik ini membutuhkan kemampuan membaca puisi secara intensif sehingga memberi inspirasi atas kemenarikan puisi tersebut.

3. Teknik Lengkapi Puisi

Teknik ini merupakan latihan mendasar dari mengawali puisi, mengisi puisi, sampai bagaimana mengakhiri puisi yang menarik. Secara sederhana teknik ini menyarankan pada penulis untuk mengisi bagian-bagian yang dikosongkan.

4. Teknik Bercinta

Teknik bercinta ini dilandasi filosofi dasar bahwa yang menggerakkan kehidupan ini adalah cinta. Dalam pembelajaran sastra, teknik ini cocok di terapkan pada remaja karena secara psikologis cocok dengan kehidupan mereka.

5. Teknik Refleksi (Empatif)

Teknik ini sangat ditentukan oleh kemampuan empati dan impresi seseorang. Empati adalah perasaan terlibat secara emosional terhadap sesuatu, sedangkan impresi adalah proses terkesan terhadap sesuatu.


(35)

commit to user

6. Teknik Panggil Pengalaman

Teknik panggil pengalaman ini berupa pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi merupakan hal yang menjadi fokusnya sehingga diharapkan seseorang dapat mencermati perjalanan pribadinya sebagai investasi kehidpuan untuk diolah menjadi karya sastra.

7. Teknik Ubah Diary

Teknik ini sebenarnya merupakan perpaduan dari teknik refleksi dan teknik panggil pengalaman. Perbedaannya adalah teknik ubah diary dilandasi pemikiran bahwa banyak sastrawan mengawali buku harian sebagai ide penulisan puisi. Karena itu bisa berupa pengalaman pribadi maupun hasil empati dan impresi atas fenomena sosial yang ditemui.

8. Teknik Ubah Cerita

Teknik ini pada dasarnya mirip dengan teknik ubah diary, hanya perbedaannya pada teknik ini menggunakan cerita (cerpen) sebagai landasan dalam manulis puisi. Dari teknik ini menarik untuk berlatih menulis puisi. Dalam cerita merupakan potret atau tiruan pengalaman kehidupan manusia. 9. Teknik Aforisme

Aforisme merupakan kata-kata bijak, teknik ini pada hakikatnya adalah sebuah puisi di satu sisi dan sisi lainnya menggunakan ungkapan filosofis yang menggerakkan. Semakin banyak koleksi aforisme seseorang maka akan semakin inspirasional pula untuk penulisan sebuah puisi.

10.Teknik Kaguman

Teknik kaguman pada hakikatnya dilandasi oleh logika penting bahwa setiap orang memiliki kekaguman atas tokoh yang diidolakan. Dari mengidolakan seseorang dapat melahirkan bayangan ideal atas sosok tertentu untuk dijadikan panutan, yang perlu diperhatikan dalam teknik ini adalah bagaimana kemampuan seeorang untuk mengeksploitasi karakteristik tertentu dari tokoh yang diidolakan.

11.Teknik Foto Berita

Teknik ini didasarkan pada realita bahwa dalam media massa banyak menyuguhkan berita yang memiliki nilai human interest tinggi.


(36)

Kejadian-commit to user

kejadian yang menyedihkan, memilukan, atau menegangkan dapat dimanfaatkan untuk materi menulis puisi.

12.Teknik Musikal

Berbeda dengan teknik-teknik sebelumnya, teknik ini dilandasi pemikiran bahwa musik mampu memancing imajinasi seseorang untuk menulis puisi. Dalam teori psikologis ditemukan bahwa kecenderungan seseorang atas suatu jenis musik merupakan cermin kepribadiannya. Maka kepribadian seseorang dapat dengan mudah ditebak dari jenis musik yang disukainya. 13.Teknik Outbond

Teknik outbond ini mengajak penulis untuk terlibat langsung dengan objek. Oleh karena itu penulisan puisi dengan teknik ini cocok dilakukan di alam terbuka. Teknik ini akan mengandung imaji yang fresh karena langsung dengan situasi lingkungan.

14.Teknik Hipnosis (Relaksasi)

Teknik ini berawal dari paradigma bahwa menulis beroperasi pada bawah sadar sementara proses hipnosis juga demikian, hipnosis berkaitan dengan kondisi rileks dan menyenangkan yang potensial untuk membangkitkan imajinasi, relaksasi mampu memaksimalkan citraan seseorang dan ini potensial untuk pengembangan penulisan.

Dari sekian banyak teknik menulis puisi di atas menunjukkan bahwa dalam proses menulis puisi kita dibebaskan untuk lebih kreatif memanfaatkan teknik yang ada agar tercipta puisi yang berkualitas.

8. Hakikat Pembelajaran Menulis Puisi a. Pengertian Pembelajaran

Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika si belajar secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu


(37)

commit to user

ruangan dengan guru yang sedang mengajar. Pekerjaan mengajar tidak selalu harus diartikan sebagai kegiatan menyajikan materi pelajaran. Meskipun penyajian materi pelajaran memang merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran, tetapi bukanlah satu-satunya.

Hamalik (2001: 57), berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Oleh karenanya, dalam pembelajaran seorang guru senantiasa berupaya untuk membuat siswa belajar dengan cara mengaktifkan faktor intern dan ekstern sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya dengan cara mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern. Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki siswa baik kemampuan dasar, motivasi, latar belakang sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Dalam pembelajaran, kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya pembelajaran.

Dalam proses pembelajaran melibatkan berbagai komponen-komponen pendukung. Komponen-komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.

1) Guru

Guru merupakan seorang pendidik yang bertindak sebagai pendidik dalam proses belajar mengajar. Hamalik (2001: 9) mengungkapkan bahwa guru merupakan salah satu komponen yang penting dalam kegiatan pendidikan, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Lebih lanjut diuraikan bahwa sebagai tenaga profesional yang memiliki kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan adalah sebagai fasilitator, pembimbing, evaluator, dan inovator.


(38)

commit to user

2) Siswa

Siswa adalah sesorang yang bertindak sebagai penerima, pencari, dan pelaksana pembelajaran. Siswa dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran bukan hanya menerima dan menurut terhadap materi yang diberikan guru.

3) Materi

Materi adalah bahan pembelajaran yang dipelajari oleh siswa saat proses pembelajaran. Materi pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia anak dan diharapkan mampu mengarahkan perkembangan jiwa sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai.

4) Metode

Metode adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Metode merupakan cara yang dalam fungsinya adalah alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Makin baik metode maka makin efektif pula pencapaian tujuannya.

5) Media

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Melalui media pembelajaran dapat menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dan pada akhirnya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar.

6) Evaluasi

Evaluasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan siswa. Dalam evaluasi, penilaian didasarkan pada tujuan yang hendak dicapai.

b. Pembelajaran Menulis Puisi di SMP

Puisi merupakan salah satu karya sastra yang diajarkan guru dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Hal ini berarti pembelajaran apresiasi puisi


(39)

commit to user

merupakan bagian dari pembelajaran apresiasi sastra yang diajarkan di sekolah. Dalam pembelajaran sastra, ada empat konsep yang harus diperhatikan keempat konsep tersebut adalah: (1) pembelajaran sastra bukan proses pembentukan penguasaan terhadap pengetahuan tentang sastra, melainkan pembinaan utnuk meningkatkan kemampuan apresiasi puisi; (2) pengajaran mengapresiasi dilaksanakan dengan memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya kepada murid untuk terlibat secara langsung dalam proses mengapresiasi karya sastra; (3) peranan guru bukanlah sebagai pemberitahu yang mendektekan catatan bagi anak didik, tetapi menciptakan situasi yang mendorong murid untuk mendapatkan kenikmatan dan kemanfaatan melalui membaca karya sastra; (4) pembelajaran puisi diarahkan untuk mengapresiasi karya sastra agar memperoleh pengalaman batin dan penghargaan terhadap nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Karya puisi anak memiliki karakter yang berbeda dengan karya puisi orang dewasa. Ciri yang menonjol dalam puisi anak berkaitan langsung dengan bahasa pantun (Alfiah, 2009: 26). Ciri-ciri kebahasaan puisi anak adalah sebagai berikut:

1) Unsur Ekstrinsik

a) Diksi atau dikenal dengan pilihan kata pada puisi anak masih termasuk mudah dipahami, belum begitu menggunakan makna kias.

b) Baris dan bait puisi anak biasanya tidak terlalu banyak, satu bait memiliki 3 sampai 4 baris dalam setiap puisi.

c) Interpolasi (penyisipan kata pada kalimat dalam sebuah puisi untuk memperjelas makna) pada puisi anak jarang digunakan. d) Kata nyata pada puisi anak sangat dominan, bentuk kata nyata itu

berupa kata konkret dan khusus, bukan kata abstrak.

e) Rima, sajak atau persamaan bunyi atau pengulangan bunyi merupakan ciri yang sangat dominan pada puisi anak.


(40)

commit to user

2) Unsur Instrinsik a) Tema puisi

Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Dalam sebuah pembelajaran siswa harus mampu menuliskan sebuah puisi dengan tema yang mudah.

b) Amanat atau tujuan

Amanat yaitu hal-hal yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca melalui puisi. Dalam puisi anak, tujuan atau amanat yang disampaikan adalah perasaan suka, duka, benci, amarah, kagum, dan kasih sayang.

c) Gagasan pokok

Gagasan pokok dalam penulisan puisi anak tidak berbeda jauh dalam setiap lirik pada baitnya. Anak menulis puisi setelah menentukan tema dilanjutkan menuliskan gagasan pokok. Dari hal itulah anak akan dapat membuat puisi sendiri setelah menemukan gagasan pokok.

d) Majas

Majas yaitu penggunaan gaya bahasa oleh penyair untuk melukiskan, mengeluarkan, dan mengungkapkan perasaan maupun pikiran dalam menulis puisi. Pada puisi anak, gaya bahasa yang digunakan tidak terlalu sulit karena penggunaan gaya bahasa lebih sedikit sedangkan penerapan kata pada puisi dalam setiap barisnya lebih pada makna denotasi.

e) Bahasa puisi

Bahasa puisi yang digunakan dalam puisi anak masih termasuk lugu dan kebanyakan bermakna denotasi, belum berani menggunakan makna kias.

Dalam pembelajaran menulis puisi peran guru bahasa sangat besar. Namun dalam usaha mengajarkan bagaimana cara menikmati puisi, dijumpai dua macam hambatan yang cukup membantu. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Rahmanto (1988: 44) berpendapat bahwa dalam


(41)

commit to user

pembelajaran puisi terdapat dua hambatan yaitu: (1) adanya anggapan bahwa secara praktis puisi sudah tidak ada gunanya lagi, (2) adanya pandangan yang disertai prasangka bahwa mempelajari puisi sering tersandung pada pengalaman pahit.

Selain itu, pemilihan puisi untuk anak juga harus diperhatikan dengan baik. Puisi merupakan bentuk karya sastra dengan bahasa yang terpilih dan tersusun dengan perhatian penuh dan keterampilan khusus. Puisi merupakan bahasa yang padat dan penuh arti. Jadi, apabila bahasa dan pokok persoalan dalam puisi itu mempunyai keselarasan maka siswa akan merasa dirinya menghadapi sesuatu yang mengesankan dan memerlukan perhatian khusus dalam praktik belajar bahasa.

Guru sebaiknya memilih bahan berdasarkan tingkat kemampuan siswa. Hal terpenting dalam pengajaran puisi di kelas adalah menjaga agar suasana tetap santai. Jangan sampai guru atau siswa merasakan awal pelajaran sebagai sesuatu yang menegangkan atau terlalu kaku. Dalam mengajak para siswa untuk memahami dan menikmati puisi, hendaknya guru tidak terlalu tergesa-gesa membebani para siswa dengan istilah teknik seperti gaya bahasa metafora, hiperbola, personifikasi, dan lain sebagainya. Istilah-istilah tersebut hanya akan dihafalkan dan justru akan melelahkan ingatan.

9. Penilaian dalam Pembelajaran Menulis Puisi

Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan diantaranya adalah teknik penilaian unjuk kerja dan portofolio. Untuk mengetahui unjuk kerja siswa adalah dengan menggunakan instrumen skala penilaian. Skala penilaian tersebut terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna, misalnya: 1 = cukup baik; 2 = baik; dan 3 = sangat baik. Dalam menentukan bobot penilaian hendaknya guru memperhatikan kriteria penilaian yang digunakan


(42)

commit to user

serta tujuan yang akan dicapai sehingga penilaian tersebut benar-benar dapat mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran baik proses maupun hasil.

Penilaian pembelajaran, tidak hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai tidaknya perubahan tingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalam penilaian pembelajaran, perlu dilihat sejauh mana keefektifan proses pembelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat dari proses pembelajaran yang ditempuhnya (pengalaman belajarnya). a. Penilaian Proses Pembelajaran

Menurut Sudjana (2008: 3) penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa saat proses pembelajaran, siswa perlu diberikan penilaian yang berkaitan dengan materi pelajaran. Hal tersebut perlu diterapkan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang aktif, inovatif, dan kreatif.

Berdasarkan pedoman penilaian kelas oleh Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, objek yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Sikap terhadap materi pelajaran

Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran. Sikap positif dalam diri siswa akan menumbuhkan minat belajar sehingga akan lebih mudah diberi motivasi dan tentunya akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

2) Sikap terhadap guru/ pengajar

Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Siswa yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal diajarkan sehingga siswa memiliki sikap negatif terhadap guru/ pengajar.

3) Sikap terhadap proses pembelajaran

Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses pembelajaran. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi dan


(43)

commit to user

teknik pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

4) Sikap berkaitan dengan nilai/ norma yang berhubungan dengan materi pelajaran

Siswa juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus tertentu, misalnya masalah lingkungan hidup.

Tabel 1. Rubrik penilaian proses saat berlangsungnya pembelajaran menulis puisi di kelas :

Nama Siswa Keaktifan siswa selama apersepsi Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

skor Nilai Keterangan

(Diadopsi dari Sarwiji S, 2009: 130) 1. Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria

berikut.

1 = sangat kurang 4 = baik

2 = kurang 5 = amat baik

3 = cukup

2. Menghitung nilai

͂hȖ̜h = Ŕk̊Ǵ u̜kŔhumu

15 × 100

3. Keterangan diisi dengan kriteria berikut. 1. Nilai = 10 - 29 (sangat kurang) 2. Nilai = 30 - 49 (kurang)

3. Nilai = 50 – 69 (cukup) 4. Nilai = 70 – 89 (baik)


(44)

commit to user Keterangan

a. Keaktifan siswa selama apersepsi

Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya (sangat aktif) selama apersepsi. Skor 4 : Jika siswa aktif selama apersepsi.

Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat apersepsi.

Skor 2 : Jika siswa kurang aktif pada saat kegiatan apersepsi. Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak aktif

b. Keaktifan dan perhatian siswa pada saat mengikuti pelajaran

Skor 5 : Jika siswa pada saat guru menyampaikan materi, sepenuhnya memperhatikan guru, sangat aktif bertanya, menjawab, menamai, memberikan tanggapan, serta mengerjakan tugas.

Skor 4 : Jika siswa memperhatikan guru menyampaikan materi, sesekali mau bertanya, menjawab, memberikan tanggapan, serta mengerjakan tugas.

Skor 3 : Jika siswa hanya memperhatikan saat menyampaikan materi, dan tidak mau bertanya, menjawab, memberikan tanggapan, serta mengerjakan tugas.

Skor 2 : Jika siswa kurang memperhatikan serta kurang fokus saat guru menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, menamai, serta memberikan tanggapan.

Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi, tapi justru sibuk berbicara sendiri dan membuat gaduh.

c. Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Skor 5 : Jika siswa bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya kesenangan dalam mengerjakan setiap tugas yang diberikan, antusias, senang serta bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.


(45)

commit to user

tampak bersemangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Skor 3 : Jika siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan tapi kurang bersemangat dan antusias dalam pembelajaran. Skor 2 : Jika siswa hanya sekadar mengerjakan tugas yang

diberikan dan terlihat tidak bersemangat dalam pembelajaran (meletakkan kepala di meja).

Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan dan sama sekali tidak bersemangat (tampak bosan, tertidur).

b. Penilaian Hasil Pembelajaran

Sudjana (2008: 3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Nurgiyantoro (2009: 331) menyatakan bahwa tes kesastraan (termasuk puisi) mencakup tes kognitif, tes afektif, dan tes psikomotorik. Tes kognitif berhubungan dengan kemampuan proses berpikir. Ranah afektif berhubungan dengan sikap, pandangan, dan nilai-nilai yang diyakini seseorang. Tes psikomotorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otot, fisik, atau gerakan anggota badan. Tes-tes yang disusun guru tersebut hendaklah disesuaikan dengan tujuan pengajaran kebahasaan dan kesastraan yang hendak dicapai.

Berdasarkan pendapat para ahli diperoleh kesimpulan bahwa dalam penilaian hasil belajar perlu digunakan untuk mengetahui hasil pencapaian belajar siswa, pada bidang kajian sastra penilaian hasil belajar mencakup 3 ranah yaitu afektif, kognitif, dan psikomotorik. Pada dasarnya, penilaian tersebut berfungsi sebagai alat ukur mengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran, umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar, serta sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.

Hal-hal yang menjadi indikator penilaian meliputi: pengungkapan gagasan/ide, pemilihan kata (diksi), rima (persajakan), dan bahasa kiasan.


(46)

commit to user

Keempat hal tersebut disesuaikan dengan makna puisi dan cara untuk mencapai keindahan karya sastra.

Tabel 2. Penilaian menulis puisi:

No Nama Siswa

Aspek yang Dinilai

Skor Nilai Pengungkapan

gagasan/ide Diksi Rima

Bahasa Kiasan

(Diadopsi dari Sarwiji S, 2009: 129) Tabel 3. Pedoman Penskoran

No Aspek yang dinilai Skor

1. Pengungkapan gagasan/ide Skor 1 – 4

a. Pengungkapan gagasan baik dan dapat dipahami 4 b. Pengungkapan gagasan cukup baik dan cukup dapat

dipahami

3

c. Pengungkapan gagasan kurang baik dan kurang dapat dipahami

2

d. Belum dapat mengungkapkan gagasan secara jelas (pengungkapan gagasan tidak jelas sama sekali)

1

2. Diksi Skor 1 – 4

a. Kata-kata yang digunakan padat, singkat, dan dapat mengekspresikan perasaan dengan baik

4

b. Kata-kata yang digunakan padat, singkat, dan cukup dapat mengekspresikan perasaan dengan baik

3

c. Kata-kata yang digunakan kurang mampu mengekspresikan perasaan

2

d. Kata-kata yang digunakan sama sekali tidak dapat mengekspresikan perasaan

1

3. Rima Skor 1 – 4


(47)

commit to user

menimbulkan efek keindahan dengan sangat baik

b. Terdapat beberapa perulangan bunyi sehingga efek keindahan sudah cukup terasa

3

c. Sedikit sekali perulangan bunyi yang digunakan sehingga efek keindahan kurang terasa

2

d. Tidak terdapat perulangan bunyi sehingga sama sekali tidak menimbulkan efek keindahan

1

4. Bahasa Kiasan Skor 1- 4

a. Bahasa kiasan yang digunakan sudah sesuai sehingga efek keindahan yang ditimbulkan terasa dengan baik

4

b. Bahasa kiasan yang digunakan cukup sesuai sehingga efek keindahan yang ditimbulkan sudah cukup terasa

3

c. Bahasa kiasan yang digunakan kurang sesuai sehingga efek keindahan yang ditimbulkan kurang terasa

2

d. Sama sekali tidak menggunakan bahasa kiasan sehingga efek keindahan tidak terasa

1

Skor maksimal 1, 2, 3, 4

Skor maksimum

16

͂hȖ̜h hŔ ̜= Ŕk̊Ǵ u̜kŔhumu ŔhŔ ̜

16 × 100

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan panduan dari penelitian terdahulu yaitu.

Skripsi dengan judul “Penerapan Metode Field Trip untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VII B SMP BHINEKA KARYA Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010” oleh Dwi Setyaningsih. Pada penelitian tersebut, siswa diajak berkunjung ke salah satu objek wisata di Boyolali yang lokasinya tidak jauh dari sekolah. Memanfaatkan alam sebagai media


(1)

commit to user

Berdasarkan kedua tabel di atas dapat dilihat adanya peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya. Selain itu, penjabaran dari masing-masing siklus juga dideskripsikan pada tebel deskripsi hasil penelitian yang berisi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, hasil, serta kelemahan dari tindakan masing-masing siklus.

Selain melihat ketercapaian indikator di atas, keberhasilan penggunaan teknik kancing gemerincing dapat dilihat dari hasil wawancara dan pengisian angket pascatindakan oleh siswa. Wawancara dilakukan pada hari Sabtu, 2 April 2011 di ruang kelas VIII B setelah pulang sekolah. Wawancara dilakukan dengan melibatkan enam siswa. Dari enam siswa yang diwawancarai, semua menyatakan senang dengan teknik kancing gemerincing pada pembelajaran menulis puisi. Mereka juga menyatakan lebih mudah menguasai aspek-aspek yang diperlukan menulis puisi dengan teknik kancing gemerincing. Selain itu, siswa juga merasa lebih percaya diri untuk berekspresi dalam menulis puisi maupun dalam menyampaikan pendapat saat pembelajaran berlangsung.

Peneliti juga menyebarkan angket pascatindakan agar lebih jelas mengetahui minta dan motivasi menulis puisi siswa. Angket berisi pernyataan-pernyataan berkaitan dengan penerapan teknik kancing gemerincing pada pembelajaran menulis puisi. Dalam angket pascatindakan terdapat kolom “ya” dan “tidak”, siswa memberi centang kolom “ya” jika setuju dengan pernyataan dan memberi tanda centang pada kolom “tidak” jika tidak setuju dengan pernyataan.


(2)

commit to user

Adapun hasil yang diperoleh dari pengisian angket pascatindakan menunjukkan keadaan sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil Angket Pascatindakan

NO. Daftar Pertanyaan YA

1. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam menulis

puisi. 87,5 %

2. Siswa menyatakan penjelasan materi puisi oleh ibu

guru cukup jelas. 82,5 %

3. Siswa lebih senang dan bersemangat mengikuti

pembelajaran dengan teknik kancing gemerincing. 85 %

4. Siswa merasa dengan teknik kancing gemerincing

kemampuan menulis puisi semakin meningkat 82,5 %

5. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam

pengungkapan ide 77,5 %

6. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam pemilihan

kata serta penggunaan bahasa kias 75 %

7. Siswa tidak mengalami kesulitan dalam penggunaan

rima puisi 77,5 %

8. Siswa menjadi senang dengan materi puisi 85 %

Berdasarkan hasil angket pascatindakan tersebut diinterpretasikan bahwa siswa menjadi tertarik dan senang dalam menulis puisi. Kesulitan yang dialami dalam hal pengungkapan ide, pemilihan kata, serta penggunaan bahasa kias dapat teratasi sehingga menghasilkan karya puisi yang indah. Teknik kancing

gemerincing membuat siswa lebih senang dan semangat mengikuti pembelajaran. Siswa menyatakan bahwa teknik kancing gemerincing merupakan teknik

pembelajaran yang menyenangkan sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.


(3)

commit to user BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di kelas VIII B SMP N 3 Bayat ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV terbukti bahwa.

1. Penerapan model cooperative learning teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis puisi siswa kelas VIII B SMP N 3 Bayat Kabupaten Klaten tahun ajaran 2010/2011. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Meningkatnya jumlah siswa yang aktif dan antusias selama apersepsi. Siswa mulai berani mengutarakan pendapatnya dan bertanya jika masih mengalami kesulitan. Hal tersebut terbukti dari penjelasan yang mengatakan bahwa siklus I siswa yang aktif saat apersepsi sebanyak 55 %, siklus II sebanyak 70 %, dan siklus III sebanyak 82,5 %.

b. Meningkatnya jumlah siswa yang aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pada saat pembelajaran kelompok siswa berani mengutarakan pendapatnya, sedangkan saat kegiatan menulis puisi siswa tidak takut bertanya apabila mengalami kesulitan. Peningkatan itu terlihat pada siklus I sebanyak 52,5 %, siklus II sebanyak 67,5 %, dan siklus III sebanyak 80 %.

c. Meningkatnya minat dan motivasi siswa saat kegiatan pembelajaran. Pada

saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa termotivasi untuk menghasilkan puisi yang indah. Selain itu, penghargaan berupa bintang saat kerja kelompok juga terbukti menumbuhkan minat siswa saat melakukan kegiatan menulis puisi secara individu. Peningkatan minat dan motivasi siswa saat kegiatan pembelajaran adalah siklus I sebanyak 50 %, siklus II sebanyak 70 %, dan siklus III sebanyak 85 %.

2. Penerapan model cooperative learning teknik kancing gemerincing dapat meningkatkan hasil pembelajaran menulis puisi. Hal tersebut ditandai dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam pengungkapan ide, pemilihan kata,


(4)

commit to user

penerapan rima, serta gaya bahasa atau bahasa kias dalam karya puisi siswa. Jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar pun meningkat pula. Pada siklus I sebanyak 25 siswa atau 62,5 % memperoleh nilai diatas 65. Pada siklus II sebanyak 30 siswa atau 75 % memperoleh nilai di atas batas tuntas (diatas 65), sedangkan pada siklus III siswa yang memperoleh nilai di atas 65 sebanyak 35 siswa atau 87,5 %.

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses dan hasil pembelajaran menulis puisi bergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, memilih teknik pembelajaran, memilih media pembelajaran, serta teknik guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung sehingga harus diupayakan agar semua faktor tersebut dapat terpenuhi. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana memadai, maka pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Selain faktor tersebut, pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mengefektifkan pembelajaran. Penyampaian materi dan penggunaan model yang tepat dapat diterima siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran akan berjalan lancar, kondusif, efektif, dan efisien.

Penelitian ini membuktikan bahwa dengan menerapkan model cooperative learning teknik kancing gemerincing dalam pembelajaran menulis puisi dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru yang ingin menerapkan teknik kancing gemerincing sebagai teknik pembelajaran menulis puisi. Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai teknik alternatif dalam melaksanakan pembelajaran menulis puisi yang efektif dan


(5)

commit to user

menarik minat siswa. Melalui teknik kancing gemerincing, rasa bosan, malas, malu, atau grogi, dan tidak percaya diri yang ada pada diri siswa saat pembelajaran dapat teratasi.

Penerapan teknik kancing gemerincing dalam pembelajaran menulis puisi dapat mengembangkan kemampuan menulis puisi siswa. Guru mengelompokkan siswa secara heterogen. Selanjutnya guru meminta siswa berdiskusi dalam kelompok tersebut, dalam diskusi ini melatih siswa untuk bekerjasama serta melatih siswa untuk dapat menulis puisi dengan baik. Kegiatan kerja kelompok ditujukan untuk melatih siswa memahami penerapan dalam pengungkapan ide, pemilihan kata, rima, serta penggunaan baha kias. Secara proses, siswa sulit memahami jika hanya disampaikan teorinya saja. Selain penyampaian teori, perlu diimbangi pula praktik secara langsung salah satunya dengan kerja kelompok tersebut. Guru memberi penghargaan setiap penampilan serta pekerjaan siswa sebagai motivasi siswa.

Pemberian tindakan pada siklus I, siklus II, dan siklus III memberikan deskripsi bahwa terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran menulis puisi berlangsung. Akan tetapi, kekurangan tersebut dapat teratasi pada pelaksanaan tindakan siklus berikutnya. Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapat peningkatan proses dan hasil pembelajaran menulis puisi. Dari segi proses, pembelajaran menulis puisi dengan model cooperative learning teknik kancing gemerincing dapat mengefektifkan waktu pembelajaran, memupuk kerja sama siswa, memotivasi siswa untuk berani mengutarakan pendapat, serta menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa dalam menulis puisi. Adapun dari segi hasil, terdapat peningkatan nilai unjuk kerja dari siklus I sampai siklus III. Hasil pekerjaan menulis puisi siswa menunjukkan kualitas karya yang lebih baik dibandingkan dengan karya siswa sebelum diberi tindakan. Hal tersebut terbukti dari keberagaman dalam pemilihan kata, pengungkapan ide, rima, serta bahasa kiasnya.


(6)

commit to user

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Siswa diharapkan dapat bekerja sama selama kegiatan diskusi.

b. Siswa lebih berlatih berani mengungkapkan pendapat, serta berani mengeksplor kosa kata baru dalam karya puisinya.

c. Siswa harus selalu aktif dan konsentrasi penuh ketika mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan teknik kancing gemerincing.

2. Bagi guru

a. Guru hendaknya memonitor dan membimbing siswa yang mengalami

kesulitan ketika menulis puisi.

b. Guru hendaknya memotivasi siswa untuk aktif selama proses

pembelajaran.

c. Guru mengarahkan siswa agar bekerja sama selama kegiatan diskusi.

d. Guru hendaknya berani memberikan penghargaan pada siswa yang

menghasilkan karya puisi terbaik.

3. Bagi Sekolah

a. Hendaknya pihak sekolah selalu memberi motivasi kepada guru, misalnya

dengan memberi penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja dengan baik.

b. Hendaknya sekolah berupaya untuk selalu menciptakan iklim kerja yang kondusif melalui suasana yang harmonis dan komunikasi terbuka.

4. Bagi Peneliti

a. Teknik kancing gemerincing dapat diterapkan di kelas lain maupun di sekolah lain, terutama di kelas dengan jumlah siswa yang banyak.

b. Bagi peneliti yang ingin menerapkan teknik kancing gemerincing dapat bekerja sama dan berkolaborasi dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran menulis puisi.


Dokumen yang terkait

Penerapan Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII-3 MTs Negeri Tangerang II Pamulang

0 4 263

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

6 102 237

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TEKANAN KELAS VIII SMP NEGERI 1 DOLOK BATU NANGGART.P 2011/2012.

0 1 18

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING DALAM Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Dalam Pembelajaran Ipa Kelas

0 0 17

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN MENULIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA.

0 4 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pilangsari 1 Sr

0 2 17

PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pilangsari 1 Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.

0 2 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pilangsari 1 Sragen Tah

0 2 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD Penerapan Model Pembelajaran Arias Terintegrasi Pada Pembelajaran Kooperatif Stad Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika (Ptk Pada Siswa Kelas Viii C Smp Negeri 3

0 1 17

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VII G SMP NEGERI 14 SURAKARTA.

0 0 21