Foto SEM Edible Film Pati – Gliserol – 0,4 g MCC

4.1.4.5 Analisis Permukaan dengan Mikroskop Pemindai Elektron SEM

Gambar 4.15 berikut menunjukkan hasil analisis SEM dari edible film pati – gliserol dan edible film pati – gliserol – 0,4 g MCC. a b Gambar 4.16 a. Foto SEM Edible Film Pati – Gliserol

b. Foto SEM Edible Film Pati – Gliserol – 0,4 g MCC

Universitas Sumatera Utara Dari gambar 4.16 a terlihat adanya titik – titik putih yang terdapat di dalam film pati-gliserol yang merupakan granula – granula dari pati yang tidak tergelatinasi secara sempurna pada permukaan film pati – gliserol. Sehingga diperlukan adanya modifikasi fisik untuk memperbaiki proses gelatinasi dari molekul – molekul pati dalam film. Akan tetapi, penampakan berbeda terlihat pada gambar 4.16 b yang menunjukkan bahwa MCC yang ditambahkan terlihat jelas melekat pada permukaan pati yang mengindikasikan adanya interaksi molekuler antara MCC dengan matriks pati – gliserol.

4.1.4.6 Pengukuran Laju Transmisi Uap Air WVTR

Adapun hasil uji WVTR edible film pati – gliserol – MCC dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut : Tabel 4. 5 Hasil Pengukuran WVTR Edible Film Pati – Gliserol – MCC dengan Metode Cawan N o Sampel Massa Sampel gram Massa cawan + sampel awal gram Massa cawan + sampel akhir gram Selisih Massa uap air gram Periode Penimbang an jam Luas Permukaan Film cm² WVTR gcm 2 .jam 1 Pati kontrol 10.50 31.06 31.16 0.10 24 12.56 0.008 2 Pati + 0.1 g MCC 10.50 32.18 32.30 0.12 24 12.56 0.010 3 Pati + 0.2 g MCC 10.50 33.12 33.24 0.12 24 12.56 0.010 4 Pati + 0.3 g MCC 10.50 31.83 31.98 0.15 24 12.56 0.012 5 Pati + 0.4 g MCC 10.50 31.04 31.16 0.12 24 12.56 0.010 6 Pati + 0.5 g MCC 10.50 32.31 32.44 0.13 24 12.56 0.010 Universitas Sumatera Utara Laju transmisi uap air menunjukkan kecepatan menembusnya uap air per gram per detik per satuan luas edible film atau kemampuan edible film untuk menghambat transmisi uap air, maka permeabilitasnya terhadap uap air harus serendah mungkin Gontard et al, 1993 dan Hasdar et al, 2011. Dari hasil pengukuran WVTR, terlihat bahwa massa cawan + sampel uji mengalami penambahan massa dan tidak adanya perubahan yang berarti pada laju transmisi uap air yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya kebocoran pada sampel uji yang mengakibatkan uap air lepas ke udara bebas. Penambahan massa pada cawan menunjukkan bahwa uap air dari larutan NaCl jenuh tertahan oleh film uji yang berfungsi sebagai water vapour barrier penahan uap air. Gambar 4.17 Nilai Laju Transmisi Uap Air Edible Film Pati – Gliserol Variasi Massa MCC 10 : 0 10 : 0.1 10 : 0.2 10 : 0.3 10 : 0.4 10 : 0.5 0.000 0.002 0.004 0.006 0.008 0.010 0.012 La ju Tr ans m is i U ap A ir g c m 2 .ja m Pati : MCC gram 0.008 0.010 0.010 0.012 0.010 0.010 Universitas Sumatera Utara Pada penelitian ini laju transmisi uap air terbaik pada edible film pati –gliserol tanpa MCC. Sedangkan edible film pati – gliserol – MCC variasi massa 0,1 g; 0,2 g; 0,4 g; dan 0,5 g memiliki nilai laju transmisi uap air yang sedikit lebih tinggi dibandingkan edible film pati – gliserol tanpa MCC. Hal ini disebabkan karena pada film pati – gliserol tanpa MCC jumlah gugus hidroksil O-H tidak banyak jika dibandingkan dengan film pati – gliserol – MCC yang diakibatkan oleh penambahan MCC. Penambahan MCC yang mengandung komposisi gugus hidroksil O-H di dalam film pati, mempengaruhi laju transmisi uap air karena memiliki sifat hidrofilik. Sifat hidrofilik dari gugus O-H menurunkan interaksi molekuler dan meningkatkan mobilitas molekul sehingga migrasi molekul uap air semakin mudah. Laju transmisi uap air WVTR menunjukkan kecepatan menembusnya uap air per gram per detik per satuan luas edible film atau kemampuan film untuk menghambat transmisi air, maka permeabilitasnya terhadap uap air harus serendah mungkin Gontard et al, 1993 dan Hasdar et al, 2011. Penambahan MCC dalam matriks pati mendukung struktur kristalin dari film pati dan memperkecil laju transmisi uap air Hasdar et al, 2011. Nilai laju transmisi uap air yang tertinggi berada pada edible film pati – gliserol – 0,3 g MCC, yang disebabkan oleh ikatan hidrofilik antara komponen penyusun film tersebut yang tidak mampu bersatu dalam edible film, sehingga mempengaruhi struktur air dalam edible film yang membuat sifat fisik menjadi menurun. Namun terjadi penurunan nilai transmisi uap air pada penambahan 0,4 – 0,5 g MCC. Dari analisis uji tarik dan kemuluran terjadi perbaikan struktur mekanik pada edible film pati-gliserol-0,4 g MCC yang menghasilkan nilai uji tarik dan kemuluran yang optimum sehingga laju transmisi uap air mulai rendah Hasdar et al, 2011. Hal ini Universitas Sumatera Utara disebabkan oleh peningkatan ikatan hidrogen polimer yang didukung oleh data analisis gugus fungsi dengan FT-IR. Polimer dengan polaritas yang tinggi polisakarida dan protein umumnya menghasilkan nilai transmisi uap air yang tinggi. Hal ini disebabkan polimer tersebut mempunyai ikatan hidrogen yang besar sehingga tidak efektif menahan uap air Yamada, 1995 dan Chandra, 2009.

4.1.4.7 Uji Toksisitas Edible Film Pati – Gliserol – MCC dengan Bakteri

Hasil uji toksisitas edible film pati – gliserol tanpa MCC terhadap E.coli, Salmonella, dan Salmonella thyphii dapat dilihat pada gambar 4.18 berikut ini : a b c Gambar 4. 18 Foto Uji Toksisitas Edible Film Pati – Gliserol tanpa MCC a. Dengan bakteri E. coli

b. Dengan bakteri Salmonella c. Dengan bakteri Salmonella thyphii