Analisis Difraksi Sinar – X XRD Analisis Permukaan dengan Mikroskop Pemindai Elektron SEM

Gambar 4.2 Spektrum Hasil Analisis FT – IR dari MCC

4.1.2.2. Analisis Difraksi Sinar – X XRD

Hasil analisis difraksi Sinar – X dari mikrokristalin selulosa memberikan puncak yang tajam dari difraktogram yang dapat dilihat pada Gambar. 4.3 dibawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 4. 3 Difraktogram Sinar – X dari Mikrokristalin Selulosa Dari gambar difraktogram diatas diperoleh tiga peak yang tajam berada pada angle ø2é : 12,200 d-value: à1 = 7,2489 dan à2 = 7,2668; 19,880 d–value: à1 = 4,4625 dan à2 = 4,4735 dan 21,935 d-value: à1 = 4, 0488 dan à2 = 4, 0588. Hal ini menyimpulkan bahwa mikrokristalin selulosa memang berbentuk kristal dengan dua peak maksimum yang tajam yang berada pada sudut ø2é = 19,880 d–value: à1 = 4,4625 dan à2 = 4,4735 dan 21,935 d-value: à1 = 4, 0488 dan à2 = 4, 0588. Hasil ini dapat dibandingkan dengan hasil penelitian dari Ardizzone et al, 1999 yang meneliti struktur mikrokristalin selulosa MCC komersial AVICEL PH 102 dan AVICEL PH 101. Dan dapat dilihat pada Gambar 4.4 dengan d-value = 4,63 dan angle ø2é sekitar 21. Universitas Sumatera Utara Gambar 4. 4 Difraktogram Sinar – X Sampel MCC Ardizzone et al, 1999

4.1.2.3. Analisis Permukaan dengan Mikroskop Pemindai Elektron SEM

Hasil analisis SEM dari mikrokristal selulosa dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini : a b Universitas Sumatera Utara c Gambar 4. 5 a. Foto SEM dari MCC Limbah Tandan Kelapa Muda Perbesaran 1000x b. Foto SEM dari MCC Limbah Tandan Kelapa Muda Perbesaran 5000x c. Foto SEM dari MCC Ardizzone et al, 1999 Dari foto SEM gambar 4.5 a dan b diperoleh hasil bahwa mikrokristal selulosa berbentuk kristal. Namun dalam penelitian ini bentuk partikel mikrokristal selulosa limbah tandan kelapa muda belum merata berbentuk bulat spherical. Ardizzone et al, 1999 pada gambar 4.5 c melaporkan bahwa bentuk kristal partikel mikrokristal selulosa adalah berbentuk bulat spherical dengan diameter 340 μm Ardizzone et al, 1999. Universitas Sumatera Utara 4.1.3. Pembuatan Film Pati Tapioka – Gliserol dan Film Pati Tapioka – Gliserol – Mikrokristal Selulosa MCC Penampilan edible film pati – gliserol tanpa MCC ditunjukkan pada Gambar 4. 6 berikut : Gambar 4. 6. Edible Film Pati – Gliserol tanpa MCC Tampak dalam Gambar 4.6 bahwa edible film yang dihasilkan dari Pati Tapioka dengan 1,5 gram Gliserol tanpa MCC sedikit transparan dan fleksibel karena menggunakan gliserol sebagai plastisiser. Gliserol merupakan salah satu plastisiser yang banyak digunakan karena cukup efektif mengurangi ikatan hidrogen internal sehingga akan meningkatkan jarak intermolekuler. Secara teoritis plastisiser dapat menurunkan gaya internal diantara rantai polimer sehingga akan menurunkan tingkat kegetasan dan meningkatkan permeabilitas terhadap uap air Gontard et al, 1993 dan Adi Krisna, 2011. Rodriguez et al, 2006 menambahkan bahwa gliserol merupakan plastisiser yang bersifat hidrofilik, sehingga cocok untuk bahan pembentuk film yang bersifat hidrofilik seperti pati. Molekul plastisiser akan mengganggu kekompakan pati, menurunkan interaksi intermolekuler dan meningkatkan mobilitas polimer. Selanjutnya mengakibatkan peningkatan elongation dan penurunan tensil strength seiring dengan peningkatan konsentrasi gliserol. Penurunan interaksi Universitas Sumatera Utara intermolekuler dan peningkatan mobilitas molekul, akan memfasilitasi migrasi molekul uap air Rodriguez et al, 2006 dan Adi Krisna, 2011. Kemudian hasil edible film pati-tapioka-MCC variasi massa 0,1 g, 0,2 g, 0,3 g, 0,4 g dan 0,5 gram dihasilkan edible film yang penampilannya hampir sama dengan edible film pati – gliserol tanpa MCC yang sedikit transparan tetapi kurang fleksibel dibandingkan edible film pati tanpa MCC, hal ini disebabkan karena penambahan MCC dari 0,1 gram sampai 0,5 gram sebagai bahan pengisi dalam film pati menyebabkan MCC membentuk lapisan antar-muka yang kuat di sepanjang matriks pati Yakubu et al, 2011. Penampilan edible film pati – gliserol - MCC 0,1 g tampak seperti Gambar 4.7 dibawah ini : Gambar 4.7 Edible Film Pati – Gliserol – 0,1 g MCC Gambar 4.8 Edible Film Pati Tapioka – Gliserol – 0,2 g MCC Universitas Sumatera Utara Pada gambar 4.8 yaitu edible film pati – gliserol – 0,2 g MCC pada permukaannya masih terlihat sedikit fleksibel dan kurang transparan karena penambahan MCC yang tersebar di permukaan film pati dan terlihat adanya titik – titik putih yang disebabkan oleh adanya gelembung udara yang terperangkap di dalam gel pati. Diperlukan adanya modifikasi fisik untuk menghilangkan gelembung udara tersebut. Gambar 4.9 Edible Film Pati Tapioka – Gliserol – 0,3 g MCC Pada gambar 4.9 penampilan edible film pati – gliserol – 0,3 g MCC yang dihasilkan masih sedikit fleksibel dan kurang transparan dan gelembung udara yang terlihat titik – titik putih sedikit. Gambar 4.10. Edible FilmPati Tapioka – Gliserol – 0,4 g MCC Universitas Sumatera Utara Pada gambar 4.10 edible film pati – gliserol – 0,4 g MCC yang dihasilkan masih sedikit fleksibel dan kurang transparan, namun gelembung udara yang terperangkap di permukaan film terlihat semakin sedikit dibandingkan edible film pati – gliserol – 0,3 g MCC. Gambar 4.11. Edible Film Pati Tapioka – Gliserol – 0,5 g MCC Pada gambar 4.11 edible film pati – gliserol – 0,5 g MCC yang dihasilkan masih kurang transparan dan sedikit fleksibel namun gelembung udara yang terperangkap masih ada. Diperlukan modifikasi khusus untuk menghilangkan gelembung udara yang terperangkap dalam matriks film pati agar dihasilkan edible film yang transparan dan mengkilat. Universitas Sumatera Utara

4.1.4. Karakteristik Edible Film Pati – Gliserol – Mikrokristalin Selulosa MCC