6 Gliserol 6. 1 Pemanfaatan Gliserol sebagai Zat Plastisiser dalam Edible Film

konsentrasi molcm 3 di seluruh membran dengan ketebalan l cm. D menunjukan kecepatan dimana zat-zat terdifusi kedalam polimer. Ketika mekanisme difusi berada dalam kondisi tetap, kesetimbangan dalam konsentrasi gas c dan tekanan parsial gas p, mematuhi hukum Henry. Ketika ada suatu gas, untuk mengukur tekanan uap p atm, maka Δc dapat diganti dengan SΔp dimana S molcm 3 .atm adalah koefisien kelarutan sejumlah zat yang terserap dalam polimer, dan Δp adalah perbedaan tekanan di seluruh film sehingga mekanisme difusi dapat dilihat melalui persamaan 1 dibawah ini: � = −� � S ∆� � � Ketikan dinding pemisah dipindahkan, dua fase akan mengadakan kontak, dan pergerakan molekular acak akan berkurang dan pada akhirnya menghilangkan perbedaan konsentrasi antara dua larutan Siracusa, 2012.

2. 6 Gliserol

Salah satu alkil trihidrat yang penting adalah gliserol propa-1,2,3-triol. Senyawa ini kebanyakan ditemui hampir di semua lemak hewani dan nabati sebagai ester gliserin dari asam palmitat dan oleat. Gliserol adalah senyawa yang netral dengan rasa manis dan tidak berwarna, cairan kental dengan titik didih yang tinggi yaitu 290ºC, gliserol dapat larut sempurna dalam air dan alkohol, tetapi tidak dalam minyak. Sebaliknya banyak zat dapat lebih mudah larut dalam gliserol dibanding dalam air maupun alkohol. Oleh karena itu gliserol merupakan pelarut yang baik Anonimous, 2006. Struktur kimia gliserol dapat dilihat pada Gambar 2. 7 Universitas Sumatera Utara Gambar 2. 7 Struktur Gliserol Dewasa ini sumber utama gliserol komersil diperoleh dari pengolahan minyak nabati, sebagai produk samping industri oleokimia dan juga dari industri petrokimia. Gliserol umumnya digunakan pada pembuatan bahan peledak, sebagai bahan anti pembeku, bahan pembasah atau pengemulsi produk kosmetika. Secara umum senyawa poliol polihidroksi termasuk gliserol dari berbagai sumber banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri seperti halnya ester poliol dari senyawa sakarida dengan asam lemak yang digunakan sebagai bahan surfaktan dalam formulasi bahan makanan, kosmetika maupun obat-obatan. Demikian juga dalam industri polimer, senyawa poliol banyak digunakan sebagai plastisiser maupun pemantap Goudung, 2004.

2. 6. 1 Pemanfaatan Gliserol sebagai Zat Plastisiser dalam Edible Film

Pembuatan film layak makan berbahan pati starch memerlukan campuran bahan aditif untuk mendapatkan sifat mekanis yang lunak, ulet dan kuat. Untuk itu perlu ditambahkan suatu zat cairpadat agar meningkatkan sifat plastisitasnya. Proses ini dikenal sebagai plastisasi, sedang zat yang ditambahkan disebut pemlastis. Selain dapat meningkatkan elastisitas bahan, zat pemlastis juga membuat plastik menjadi tahan beku dan menurunkan suhu alir, sehingga pemlastis kadang – kadang disebut juga dengan ekastikator antibeku atau pelembut. Jelaslah bahwa plastisasi akan mempengaruhi semua sifat fisik dan mekanis film seperti kekuatan tarik, elastisitas, kekerasan, sifat listrik, suhu alir, suhu transisi kaca dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Adapun zat pemlastis atau plastisiser yang digunakan adalah gliserol, karena gliserol merupakan bahan yang murah, sumbernya mudah diperoleh, dapat diperbaharui dan juga ramah lingkungan karena mudah terdegradasi di alam. Penggabungan antara polimer dengan polimer lainnya dapat dicapai melalui proses blending pencampuran, laminating, atau coating pelapisan dengan sifat – sifat yang diinginkan. Blending adalah prosedur yang lebih mudah dan cara yang lebih efektif untuk membuat bahan polimer multifase. Hasil penelitian Zhong dan Xia, 2007 membuktikan bahwa film kitosan yang dicampur blending dengan pati ubi kayu, gelatin dan gliserol menghasilkan film yang transparan, homogen, tipis dan fleksibel. Secara visual, film yang dicampur memberikan penampilan warna kuning yang tipis. Karena konsentrasi kitosan dan gelatin bertambah pada larutan pembentuk film, warna dari film menjadi lebih kuning. Ketebalan dari film kitosan tersebut berkisar 0,100 ± 0,017mm Zhong dan Xia, 2007. Indri Juliyarsi et al, 2011 melalui penelitiannya tentang pengaruh penambahan gliserol sebagai plastisiser terhadap kualitas edible film berbahan whey milk. Hasilnya ada kecenderungan penurunan aktivitas air dari edible film whey milk yang sebanding dengan penambahan gliserol sebagai pemlastis.yang diakibatkan oleh karakteristik hidrofilik dari gliserol sehingga gliserol mampu terikat dengan air. Penambahan gliserol yang berlebihan akan menurunkan aktivitas air dari edible film yang diperoleh Juliyarsi et al, 2011.

2. 6. 2 Plastisasi Bahan Polimer