Patofisiologi Diabetes Melitus Diabetes Melitus

regulasi glukosa darah. Salah satu komponen utama yang memberikan rangsangan pada sel beta untuk memproduksi insulin karena adanya peningkatan kadar glukosa darah Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006. a. Diabetes Melitus tipe-1 Terjadi defisiensi insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas, karena adanya reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan pada sel beta insulitis. Hal ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta yang disebut ICA Islet Cel Antibody. Reaksi antigen sel beta dengan antibodi ICA yang ditimbulkan dapat menyebabakan hancurnya sel beta. Insulitis dapat disebabakan oleh beberapa hal, diantaranya: virus, seperti virus rubella, herpes dan lain- lain. b. Diabetes Melitus tipe-2 Pada Diabetes Melitus tipe 2 sel beta pankreas tetap memproduksi insulin bahkan lebih dari kadar normal, tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang berkurang. Hal ini dapat menyebabkan glukosa yang masuk kedalam sel akan berkurang, sehingga sel akan kekurangan bahan bakarglukosa dan glukosa didalam pembuluh darah akan meningkat Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006. Secara lengkap dapat digambarkan pada bagan di bawah ini : Defisiensi Insulin glukagon penurunan pemakaian glukosa oleh sel glukoneogenesis hiperglikemia lemak protein glycosuria ketogenesis BUN Osmotic Diuresis ketonemia Nitrogen urine Dehidrasi pH Hemokonsentrasi Asidosis Trombosis Aterosklerosis Diagram 2.1 : Pathoflow Diabetes Melitus Makrovaskuler Mikrovaskuler Mual muntah Resti Ggn Nutrisi Kurang dari kebutuhan Koma Kematian Retina Ginjal Jantung Serebral Ekstremitas Miokard Infark Stroke Gangren Retinopati diabetik Ggn. Penglihatan Gagal Ginjal Resiko Injury Nefropati Ggn Integritas Kulit Kekurangan volume cairan Asdie, 2000 5. Manifestasi klinis Adanya penyakit Diabetes Melitus pada awalnya sering tidak dirasakan dan tidak disadari oleh pasien. Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian bagi pasien Diabetes Melitus adalah Slamet Suyono, 2002: a. Keluhan klasik 1. Poliuri Jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan dikeluarkan melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang belebih maka klien sering berkemih dalam jumlah yang banyak. 2. Polidipsi Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui air kemih. Untuk menghilangkan rasa haus tersebut klien banyak minum. 3. Penurunan berat badan dan rasa lemah Penurunan berat badan berlangsung dalam waktu yang relative singkat. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih. Juga disebabkan karena glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya, klien kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. 4. Polifagi Pasien sering kali merasa lapar yang luar biasa karena kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, serta akibat dari sejumlah besar kalori telah hilang kedalam air kemih. Untuk mengkompensasikan hal ini, pasien banyak makan. b. Gejalakeluhan lain 1. gangguan saraf tepi kesemutan Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur. 2. Ganguan penglihatan Gangguan penglihatan pada pasien Diabetes Melitus sering dijumpai pada fase awal. 3. Gatal atau bisul Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. 4. Gangguan ereksi 5. Keputihan 6. Pusing 7. Mual dan berkurangnya ketahanan tubuh

6. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dalam perannya untuk mendukung pengelolaan Diabetes Melitus dapat berfungsi sebagai penyaring penyakit screening, diagnostik dan pemantauan pengendalian. a. Pemeriksaan Penyaring Pemeriksaan penyaring untuk Diabetes Melitus dianjurkan dilakukan kepada klien bersamaan dengan pemeriksaan penyaring penyakit lain. Pemeriksaan penyaring ini berguna untuk menjaring pasien Diabetes Melitus, TGT toleransi glukosa terganggu dan GDPT glukosa darah puasa terganggu. Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah. Untuk kelompok dengan faktor risiko yang hasil pemeriksaan penyaring negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan setiap tahun. Sedangkan bagi pasien yang berusia 45 tahun tanpa faktor risiko lain, pemeriksaan penyaring dilakukan setiap tiga bulan Yullizar Darwis, 2005. b. Pemeriksaan diagnostik Diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan adanya keluhangejala klinis khas Diabetes Melitus berupa poliura, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang dikemukakan oleh pasien adalah lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, dan gangguan fungsi ereksi serta pruritus vulvae. Jika ditemukan keluhangejala klinis khas, maka diagnosis Diabetes Melitus dapat ditegakkan pada pasien dengan hasil positif pemeriksaan glukosa darah puasa konsentrasi glukosa darah 126 mg dL atau glukosa darah sewaktu konsentrasi glukosa darah 200 mg dL. Pasien tanpa keluhangejala klinis Diabetes Melitus yang khas, maka diagnosis Diabetes Melitus hanya dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa darah puasa 126 mg dL atau glukosa darah sewaktu 200 mg dL, serta didapatkan hasil yang serupa pada pemeriksaan ulangan pada hari yang lain, yaitu dengan konsentrasi glukosa darah puasa 126 mg dL dan atau glukosa darah sewaktu 200 mg dL, atau hasil pemeriksaan HbA1C 8 Yullizar Darwis, 2005.