Kadar Glukosa Darah Pengendalian Kadar Glukosa Darah

menjaga keseimbangan diantara jumlah glukosa yang masuk dan glukosa yang hilang Leslie, 1991. Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi kronik, maka untuk dapat mencegah komplikasi-komplikasi yang timbul tersebut diperlukan pengendalian kadar gula darah yang baik. Diabetes Melitus terkendali dapat dilihat dari glukosa darah, kadar lipid, tekanan darah dan HbA1C seperti tercantum: Tabel 2.1: Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus Baik Sedang Buruk Glukosa darah puasa plasma vena , mg dL 80-109 110-125 126 Glukosa darah 2 jam pp plasma vena , mg dL 80-144 145-179 180 HbA1c 6,5 6,5 - 8 8 Kolesterol total mg dL 200 200 - 239 240 Kolesterol LDL mg dL 100 100 - 129 130 Kolesterol HDL mg dL 45 Trigliserida mg dL 150 150 - 199 200 IMT kg m2 18,5 – 22,9 23 - 25 25 Tekanan darah mmHg 130 80 130 80 - 140 90 140 90 Yullizar Darwis, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus ; 2005

2. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar

Glukosa Darah

a. Faktor Internal

1 Penyakit dan Stres Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah Tandra, 2008. Adapun menurut Leslie 1999, kadar gula darah dipengaruhi oleh stress seseorang Leslie, 1999 dalam Iswanto, 2004. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Stres muncul ketika ada ketidakcocokan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki, Selye, dalam Potter Perry, 2005. Diabetesi yang mengalami stres dapat merubah pola makan, latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi diabetesi dan hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia Smeltzer Bare, 2002. Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan stress ditandai dengan peningkatan kadar gula darah, yang secara umum sebanding dengan beratnya stress Souba dan Wilmore, 1996 dalam Hariani, 2002. Selain itu, stres memicu terjadinya reaksi biokimia dalam tubuh melalui 2 jalur, yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stres adalah terjadinya sekresi sistem saraf