Hubungan antara Pengetahuan dengan Terkendalinya kadar gula

keterampilan dan sikap untuk dapat menyesuaikan diri dengan penatalaksanaan DM sehari-hari sugondo, 1997. Tingkat pengetahuan yang baik tentang Diabetes Melitus akan dimungkinkan mempunyai persepsi yang benar terhadap resiko komplikasi pada diabetesi dan selanjutnya berpengaruh pada tindakan yang akan dilakukan untuk upaya pencegahan. Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar yakni 74 pasien Diabetes Melitus yang menjalani pengobatan dipoliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati, memiliki pengetahuan yang baik. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value 0,05 yaitu 2,571 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Meskipun pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan sesuatu hal, pada penelitian ini tidak sepenuhnya terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diebetes Melitus harus didahului oleh pengetahuan yang baik. Hal ini sejalan dengan teori model keyakinan kesehatan dimana perilaku kesehatan akan tumbuh dari keinginan individu untuk menghindari suatu penyakit dan kepercayaan bahwa tindakan kesehatan yang tersedia akan mencegah suatu penyakit Glanz, 2002. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswanto 2004 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, kemungkinan karena peneliti tidak mambagi responden berdasarkan waktu lamanya menderita Diabetes Melitus, menurut Cameron 1995 yang dikutip dari Haynes 1976 yang menyebutkan lamanya pengobatan jangka panjang yang memaksa untuk merubah kebiasaan-kebiasaan atau perubahan gaya hidup dapat memberi kesan atau sikap negatif sehingga dapat mempengaruhi perilaku pasien DM dalam mengendalikan kadar gula darahnya. Berbeda dengan teori menurut Notoatmodjo 2005 yang menyebutkan pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk terbentuknya perilaku seseorang dalam bertindak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mira Musaira 2003 yang menyatakan bahwa pasien yang patuh terhadap program pengobatan presentasenya lebih besar pada pasien yang berpengetahuan baik dari pada yang pasien yang pengetahuannya kurang. Bagi pasien Diabetes Melitus, pengetahuan dan pemahaman tentang diabetes serta pengobatannya penting guna terkendalinya kadar gula darah agar tetap stabil dalam batas normal. Bagi pasien yang memiliki tingkat pengetahuan baik akan lebih terbantu dan mudah dalam mengikuti anjuran pengobatan, tetapi sebaliknya bagi pasien yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, sulit untuk mengikuti pengobatan diabetes. Pengetahuan juga akan berpengaruh pada prilaku pasien diabetes yang pada akhirnya melakukan pengendalian kadar gula darah. Dengan hasil penelitian yang menunjukkan belum adanya cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut peneliti kemungkinan disebabkan karena kurangnya kemampuan untuk mengendalikan keinginan pasien DM untuk patuh dalam melukukan penatalaksanaan atau pengobatan Diabetes dengan teratur. Kepatuhan berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dari individu untuk mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasihat, aturan yang ditetapkan, mengikuti jadwal. Kepatuhan adalah tingkat perilaku dalam mengambil suatu tindakan untuk pengobatan, seperti: melakukan diet, kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat Niven, 2002.

D. Hubungan antara Pendidikan dengan Terkendalinya kadar gula

darah pada pasien Diabetes Melitus Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan kesehatannya Notoatmodjo, 2005. Pendidikan mempunyai kaitan yang tinggi terhadap perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatannya. Pendidikan bagi pasien Diabetes Melitus berhubungan dengan perilaku pasien dalam mengendalikan kadar gula darahnya agar tetap stabil dalam batas normal. Pada penelitian ini diketahui bahwa, sebagian besar pasien Diabetes Melitus yang menjalani pengobatan di poliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati berpendidikan SMA dan perguruan tinggi, yaitu 18 orang 24,0 yang berpendidikan SMA dan 35 orang 46,7 yang berpendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus belum ada cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara keduanya. Pasien yang berpendidikan SMP memiliki potensi 2,143 kali untuk terkontrolnya kadar gula darahnya dibandingkan dengan pasien yang berpendidikaan SD, pasien yang berpendidikan SMA memiliki potensi 1,114 kali untuk terkontrolnya kadar gula darahnya dibandingkan dengan pasien yang berpendidikaan SD, sementara pada pasien Diabetes Melitus yang berpendidikan perguruan tinggi menurunkan resiko untuk tidak terkendalinya kadar gula darahnya sebesar 0,935 dibandingkan dengan pasien yang berpendidikaan SD, namun tidak signifikan secara statistik. Dari hasil uji chi square didapat hubungan yang tidak bermakna dengan nilai P 0,05 yaitu sebesar 0,612. Keadaan tersebut mencerminkan bahwa kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus bisa tinggi pada berbagai tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mira 2003, namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukaan oleh