Hubungan antara Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber

0,743 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Hal ini tidak sejalan dengan teori Lawrence green 1980 yang dikutip oleh Notoatmodjo 2005 bahwa salah satu faktor yang berpengaruh dalam perilaku adalah faktor pemungkin enabling factor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang. Dalam hal ini yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana yang digunakan adalah informasi. Dengan adanya kemudahan dalam memperoleh informasi mengenai pentingnya mengendalikan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat memfasilitasi terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Dengan hasil penelitian yang belum menunjukan adanya cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, kemungkinan disebabkan karena adanya motivasi yang tinggi dalam diri pasien untuk melakukan pengendalian kadar gula darahnya, walaupun minimnya informasi kesehatan terutama mengenai pengendalian kadar gula darah yang didapat, pasien tetap berupaya untuk mengendalikan kadar gula darahnya. Hal ini berdasarkan teori Claydon Efron 1994 yang menyatakan bahwa, diperlukan adanya motivasi dan penghargaan baik dalam diri seseorang ataupun praktisi kesehatan sehingga dapat meningkatkan perilaku kesehatan pasien. Hal lain juga dapat berpengaruh, misalnya informasi ataupun instruksi yang diberikan oleh tim medis dapat ditelah atau dicerna dengan baik dan jelas oleh pasien. Sehingga, mekipun informasi yang diperoleh sangat minim namun dapat diterapkan dengan baik oleh pasien dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya mengendalikan kadar gula darah.

F. Hubungan antara AsupanKebisaan Makan dengan Terkendalinya

kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya keseimbangan diet. Mempertahankaan kadar gula darah agar mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan asupan makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan Sukardji, 2002. Menurut penelitian diberbagai tempat di Indonesia terjadi peningkatan prevalensi Diabetes Melitus yang cukup tinggi disebabkan karena adanya pola hidup dan pola makan yang berlebih sehingga menyebabkan gangguan metabolisme Depkes RI, 2000. Asupan kalori maupun karbohidrat yang tidak berlebih pada sebagian pasien, kemungkinan dapat disebabkan karena pasien masih mengikuti anjuran diet DM yang diberikan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value 0,05 yaitu sebesar 0,903 maka dapat disimpulkan bahwa, secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara asupankebiasaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti untuk menyatakan hubungan antara asupankebisaan makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut peneliti kemungkinan disebabkan oleh karena asupankebiasaan makan bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh dan memegang peranan penting dalam melakukan pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, melainkan masih banyak faktor lain yang mendukung untuk tercapainya status kesehatan yang optimal terkendalinya kadar gula darah bagi pasien diabetes, seperti: melakukan aktivitas atau olahraga yang rutin dan teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuia dengan instruksi dari tim medis Slamet Suyono, 2002. Dukungan keluarga juga tidak kalah penting untuk ikut berperan dalam pengendalian kadar gula darah pasien diabetes, misalnya: untuk melakukan olahraga teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai jadwal dan jumlah yang di instruksikan oleh dokter. Karena dengan adanya dukungan dari keluarga, pasien termotivasi untuk melakukan pengontrolan kadar gula darahnya. Hal ini sejalan dengan teori Green 1980 dalam Notoatmodjo 2005 yang menyebutkan dukungan keluarga