Penatalaksanaan Diabetes Melitus Diabetes Melitus

utama dalam pengelolaan diabetes mellitus menurut Konsensus Nasional 1998 PERKENI, 1998 adalah: perencanaan makan, latihan jasmani, penyuluhan, dan obat berkhasiat hipoglikemik. a. Perencanaan makan Prinsip perencanan makan adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada status gizi Diabetes Melitus dan melakukan modifikasi diet dengan memperhatikan gaya hidup, pola kebiasaan makan, status ekonomi dan lingkungan. Diabetesi harus dapat melakukan perubahan pola makan secara konsisten. Salah satu manfaat pengaturan makan adalah untuk meningkatkan sensitifitas reseptor insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah, Soebardi Yunir dalam Sudoyo, 2006. b. Latihan jasmani Latihan jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur 3-5 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE continous, rhythmical, interval, progressive, endurancetraining. Latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot meningkat dan resistensi insulin berkurang Ilyasa dalam Soegondo, 2007, Pasien dengan kadar glukosa darah 250 mgdL, tidak dianjurkan untuk latihan jasmani karena akan meningkatkan kadar glukosa darah dan benda keton, Soebardi Yunir dalam Sudoyo,2006. Tahap-tahap dalam melakukan latihan jasmani: 1. Peregangan stretching Dilakukan peregangan pada semua otot tubuh selama lebih kurang 5 menit, untuk mencegah cedera otot. 2. Pemanasan warming up Dilakukan dalam gerakan lambat selama 5-10 menit, sehingga kecepatan jantung meningkat secara bertahap. 3. Latihan inti dengan kecepatan penuh full speed Dilakukan dengan irama lebih cepat selama 20-30 menit, bertujuan untuk meningkatkan kerja jantungdan paru-paru. 4. Pendinginan cooling down Dilakukan dalam tempo lambat selama 5-10 menit, untuk mencegah nyeri atau cedera. c. Penyuluhan edukasi diabetes Bila dilihat dari empat pilar pengelolaan Diabetes Melitus, tingkat kepatuhan diabetesi dalam mengatur perencanaan makan, pengobatan dan latihan jasmani, intinya adalah bagaimana diabetesi memahami, menyadari, dan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualitas. Untuk mengatasi hal tersebut, sangatlah penting seorang edukator dalam pengelolaan Diabetes Melitus. Pada intinya seorang edukator memberikan penyuluhan dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap, mengubah perilaku, meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup klien diabetes melitus Soewondo P, 2002. d. Obat berkhasiat hipoglikemik Pada dasarnya pengelolaan Diabetes Melitus tanpa dekompensasi metabolik dimulai dengan pengaturan makan, disertai dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu. Bila setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar sasaran metabolik yang diinginkan, pasien diberikan obat hipoglikemi oral OHO atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi PERKENI, 1998. Obat anti hipoglikemi umumnya hanya digunakan untuk mengobati beberapa individu dengan Diabetes Melitus tipe-2. Obat- obatan ini menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta pankreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer Soewondo P, 2002.

B. Pengendalian Kadar Glukosa Darah

Pengendalian kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk menyatakan kadar glukosa darah yang terkontol, tidak hanya tergantung pada hilangnya gejala Diabetes Melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah. Diabetes melitus yang terkendali baik, tidak hanya kadar glukosa darahnya saja yang baik, tetapi meliputi pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid maupun HbA1C Soewondo, 2002.

1. Kadar Glukosa Darah

Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah Soeryodibroto, 1998. Kadar glukosa darah pada orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang baik Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon epinefrin, hormon glukokortikoid, dan hormon pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan glukagon Soeryodibroto, 1998. Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan homeostatis dalam tubuh melalui 2 cara yaitu, bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa akan disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati, sebaliknya bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan dibawa ke hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi glukogen otot Suyono, 1995; dalam Mira Musaira, 2003. Pasien Diabetes Melitus harus berusaha menjaga kadar glukosa darah dalam batas normal, dan untuk melakukan hal ini mereka perlu