Konsumsi Pangan Rencana aksi pangan dan gizi nasional 2001-2005 - [BUKU]

21

C. Konsumsi Pangan

I nformasi konsumsi pangan tingkat rumahtangga diperoleh dari hasil kajian pemantauan konsumsi gizi PKG yang dilakukan setiap tahun oleh Direktorat Gizi Masyarakat. Kajian konsumsi energi dan protein juga dilakukan berdasarkan data Susenas tahun 1996 dan 1999 yang disajikan menurut Propinsi. Menurut hasil PKG ditemukan secara umum rata-rata konsumsi energi dan protein dari tahun 1995 sampai dengan 1998 tidak mengalami perubahan yang nyata dan berkisar antara 2.150 KKal dan 46,2 gram protein Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata dan tingkat kecukupan konsumsi Energi dan Protein per kapita per hari PKG 1995-1998 Tahun Energi Protein Rata2 AKG Rata2 AKG 1995 1999 93,0 46,0 99,6 1996 1969 91,6 49,5 106,5 1997 2050 95,3 49,9 108,0 1998 1990 92,6 49,1 106,3 Ketahanan pangan tingkat rumahtangga terlihat bermasalah setelah dihitung jumlah rumahtangga yang mengkonsumsi energi kurang dari 1500 Kkal atau kurang dari 32 gram protein per kapita per hari 70 dari Angka Kecukupan Gizi. Pada tahun 1995 terdeteksi 49 rumahtangga di wilayah perkotaan dan 53 di wilayah pedesaan mengalami defisit energi. Ada tendensi pengurangan prevalensi tahun 1996, akan tetapi rumahtangga dengan defisit energi ini meningkat lagi dari tahun 1997 ke tahun 1998. Dampak krisis terlihat pada beberapa wilayah Propinsi dari meningkatnya prevalensi rumahtangga dengan defisit eenrgi dari tahun 1997 ke tahun 1998. Masalah ketahanan pangan tingkat rumahtangga ini semakin jelas terutama pada keluarga dengan anggota rumahtangga 8 atau lebih. Pola yang sama terjadi pada defisit protein, dimana masalah ketahanan pangan sudah muncul dengan tingginya prevalensi rumahtangga defisit protein pada tahun 1995, berkurang pada tahun 1996 dan mulai meningkat lagi pada tahun 1997 dan 1998. Pola pangan penduduk I ndonesia masih di warnai dengan tingginya kontribusi karbohidrat terhadap total energi yang dikonsumsi sehari-hari, dengan tendensi yang tidak berubah semenjak tahun 1995. Kontribusi protein terhadap total energi masih sekitar 9-10 semenjak tahun 1995, dengan kontribusi lemak yang cenderung cukup semenjak tahun 1995 12-17 . 22 Untuk zat gizi mikro, penilaian dilakukan dengan melihat gambaran umum asupan vitamin: A, B1, dan C; serta asupan mineral: Kalsium, Fosfor dan Zat Besi. Disimpulkan asupan rata-rata vitamin A sudah melebihi ketentuan Angka Kecukupan Gizi AKG, sementara asupan Vitamin B1 hanya 50 AKG dan asupan vitamin C mendekati AKG. Sedangkan asupan mineral sangat bermasalah untuk Kalsium dan Zat besi. Asupan kalsium kurang dari 50 AKG sedangkan zat besi berkisar antara 70 AKG. Walaupun secara umum asupan rata-rata energi maupun protein tidak terpengaruh dari krisis, akan tetapi masalah ketahanan pangan tingkat rumahtangga masih cukup serius. Dari dampak krisis, terlihat adanya gejala perubahan pola pangan yang cenderung mengkonsumsi lebih banyak jenis padi- padian dan berkurangnya pangan hewani dan buah-buahan. Adanya kecenderungan kurangnya asupan Vitamin B1, Kalsium dan Zat besi dari sebelum dan selama krisis, dibutuhkan intervensi segera untuk ketiga jenis zat gizi mikro tersebut. Hasil kajian terhadap data Susenas menunjukkan bahwa secara nasional rata-rata tingkat konsumsi pada tahun 1996 berturut -turut sebesar 91,8 AKG untuk energy dan 109,0 AKG untuk protein, sedangkan pada tahun 1999 sebesar 84,0 AKG untuk energi dan 97,4 AKG untuk protein. Data tingkat nasional ini menunjukkan adanya penurunan tingkat konsumsi untuk energi dan protein yang cukup bermakna Lihat Lampiran Tabel Konsumsi Energi dan Protein Per Kapita per hari menurut Propinsi tahun 1996-1999. Hal ini sejalan dengan temuan kajian data PKG tingkat rumahtangga yang menunjukkan penurunan rata-rata konsumsi energi dan meningkatnya jumlah rumahtangga defisit energi. Pembandingan hasil PKG 1995 dan Susenas 1996 dan PKG 1998 dengan Susenas 1999 di atas masih dimungkinan karena pelaksanaan pengumpulan data kedua jenis survei tersebut terpaut 2-3 bulan. PKG biasanya dilakukan pada bulan- bulan September-Oktober, dan Susenas dilakukan pada bulan-bulan Januari- Februari. 23

D. Status Gizi Masyarakat