15
Analisis situasi pangan dan gizi yang dipaparkan dalam dokumen ini meliputi empat bidang yaitu: Produksi dan ketersediaan pangan, Konsumsi pangan, Mutu
dan keamanan pangan dan Gizi masyarakat. Data yang digunakan dalam mengkaji situasi pangan dan gizi ini didasarkan
pada data laporan sektor terkait baik yang dari hasil pemantauan berkala maupun dari hasil survei atau studi terserak yang direview dari berbagai lembaga penelitian.
A. Produksi dan Ketersediaan Pangan
Secara umum selama periode 1995-1998 produksi pangan nasional cenderung menurun kecuali untuk komoditas jagung, ubi kayu dan ikan yang
cenderung meningkat Tabel 1. Permasalahan produksi pangan yang serius tampak pada komoditas pangan yang selama tahun 1995-1998 tidak mampu
mencapai laju produksi 2,0 , yang berarti laju peningkatan produksi dibawah 2.0 tidak mampu mengimbangi laju peningkatan permintaan penduduk terhadap
komoditas pangan yang terus berkembang.
Produksi komoditas pangan yang dianggap menjadi ancaman bagi perbaikan konsumsi pangan sekaligus juga ancaman bagi pembangunan ekonomi nasional
adalah kacang-kacangan terutama kedele, sayur, buah, daging, telur dan susu Tabel 1. Penyebab utama penurunan produksi pangan tersebut adalah lemahnya
kebijakan makroekonomi yang kurang berpihak pada pembangunan pangan dan pertanian.
III. ANALISIS SITUASI PANGAN DAN GIZI
16
Tabel 1. Produksi Pangan Tahun 1995 – 1998
Jenis Pangan Produksi 000 Ton
1995 1996
1997 1998
Laju 1. Padi
49.744 51.102
49.377 49.237
-0,2 2. Palawija
a. Jagung
b. Ubi kayu
c. Ubi jalar
d. Kedelai
e. Kacang hijau
f. Kacang tanah
8.246 15.441
2.171 1.680
325 760
9.307 17.002
2.018 1.517
301 738
8.771 15.134
1.847 1.357
262 688
10.169 14.696
1.935 1.306
306 692
7,6 4,9
- 3,7 - 7,9
-0,8 -3,8
3. Sayur dan Buah a.
Sayuran b.
Buah-buahan 9.595
10.922 8.925
8.292 7.117
8.175 7.825
7.257 -6,1
-12,2 4. Daging
a. Daging ternak
b. Daging unggas
632 876
654 947
656 899
605 621
-1,3 -9,1
5. Telur dan Susu a.
Telur b.
Susu 736
433 780
441 765
424 530
375 -9,0
-4,5 6. I kan
a. I kan laut
b. I kan darat
3.293 970
3.384 1.069
3.561 989
3.616 1.149
3,2 10.2
Sumber: Deptan 1997 dan BPS 1999
Penurunan produksi beras cukup tajam terjadi pada tahun 1997 49.4 juta ton dan 1998 49.2 juta ton sebagai akibat penurunan luas panen dari 11,57 juta
ha pada tahun 1996 menjadi 11,14 juta ha pada tahun 1997 dan penurunan produktivitas dari 4,42 ton ha tahun 1996 menjadi 4,20 ton pada tahun 1998.
Terjadinya penurunan luas panen dan produktivitas ini khususnya disebabkan oleh: 1 mundurnya musim tanam akibat musim kemarau panjang
pada triwulan I I tahun 1997 dan 2 meningkatnya harga sarana produksi secara tajam pada saat krisis ekonomi 1997 98 yang mengakibat kan turunnya daya beli
petani terhadap sarana produksi pupuk, obat -obatan dan pestisida, serta benih.
17
Berbagai upaya untuk meningkatkan produksi pangan dan menanggulangi kekeringan telah dilaksanakan, antara lain melalui rehabilitasi irigasi desa,
perluasan areal tanam di daerah transmigrasi, lahan perkebunan, lahan pasang surut serta melalui penekanan kehilangan pasca panen, peningkatan penyediaan
sarana produksi dan kemudahan dalam memperoleh modal melalui kredit usaha tani KUT.
Produksi pangan hewani hasil ternak daging ternak dan unggas, serta telur dan susu menunjukkan kecenderungan menurun selama lima tahun terakhir Tabel
1. Menurunnya produksi daging, telur dan susu disebabkan oleh meningkatnya harga pakan dan obat -obatan sebagai akibat krisis moneter, yang mengakibatkan
bangkrutnya usaha peternakan kecil dan menengah.
Sejalan dengan penurunan produksi berbagai jenis pangan utama seperti yang disajikan pada Tabel 1, impor berbagai jenis pangan juga cenderung bertahan
bahkan meningkat selama kurun waktu 1995-1998. I mpor pangan yang cukup siknifikan dalam konteks pengurasan devisa adalah impor gandum terigu, beras,
kedele, daging, sayur dan buah Tabel 2. Total nilai impor pangan tersebut pada tahun 1998 adalah sekitar 131 juta US dollar atau sekitar 1.2 triliyun rupiah yang
setara dengan anggaran belanja Departemen Kesehatan 1999 2000 dari APBN. Situasi ketergantungan pada impor pangan ini dalam jangka panjang akan
meningkatkan kerentanan pada masalah pangan dan gizi.
Pada level ketersediaan, ketersediaan pangan nasional perkapita pertahun dalam kurun waktu 1995-1998 cenderung menurun untuk komoditas beras,
kedele, daging, telur dan susu. Sebaliknya ketersediaan jagung, ubi kayu dan ikan relatif tetap Tabel 3.
Tabel 2. Impor Komoditas Pangan Utama Tahun 1995-1998 000 Ton Jenis Pangan
1995 1996
1997 1998
1. Gandum
2. Beras
3. Jagung
4. Ubi kayu
5. Kedele
6. Daging
7. Telur
8. Susu
9. I kan kaleng
10. Tepung ikan
11. Sayur
12. Buah
4.252,3 1.807,9
969,1 486,9
22,1 0,7
66,1 10,9
128,9 101,2
113,6 4.207,1
2.149,1 616,9
743,5 29,0
0,2 51,8
10,1 126,8
126,3 90,7
3.669,1 1.098,0
349,7 800.0
33,2 0,2
48,8 12,5
116,7 107,4
175,5 3.499,7
2.899,7 297,5
800.0 16,2
0,1 32,7
5,5 115,2
163,5 46,6
Sumber: Deptan diolah Oleh PSKPG I PB dan Kantor Meneg Pangan dan Hortikultura 1999
18
Tabel 3. Ketersediaan kgkapth Beberapa Komoditas Pangan Tahun 1995-1998
Jenis Pangan 1995
1996 1997
1998 1.
Beras 2.
Jagung 3.
Ubi kayu
4. Kedele
5. Daging
6. Telur
7. Susu
8. I kan
152,1 34,2
57,8 11,0
5,6 3,3
7,0 16,3
159,8 35,1
61,9 11.1
5,8 3,6
5,7 15,9
149,1 34,4
60,2 9.0
5,5 3,5
5,3
16,4 147,2
35,8 56,9
6.8 4,2
2,3 4,1
17,1 Sumber: Deptan diolah Oleh PSKPG I PB dan Kantor Meneg Pangan dan Hortikult ura 1999
Seiring dengan fluktuasi ketersediaan pangan, ketersediaan energi dan protein selama lima tahun terakhir 1995-1998 juga berfluktuasi, meski secara
umum masih dapat memenuhi, bahkan melebihi angka kecukupan pangan yang dianjurkan menurut Widya Karya Pangan dan Gizi ke VI tahun 1998 sebesar 2550
Kalori kapita hari. Tabel 4.
Dari segi komposisi, secara umum ketersediaan pangan masih dapat dikatakan belum seimbang. Hal ini antara lain dicirikan oleh sangat tingginya
kontribusi pangan sumber karbohidrat, tidak hanya sebagai sumber energi tetapi juga sebagai sumber protein, serta rendahnya ketersediaan pangan sumber protein,
vitamin dan mineral kacang-kacangan, pangan hewani, sayuran dan buah- buahan.
Tabel 4. Ketersediaan dan Tingkat Ketersediaan Energi dan Protein Tahun 1995-1998
Tahun Energi
Protein Ketersediaan
kkal kap hr Tingkat
Ketersediaan a
Ketersediaan g kap hr
Tingkat Ketersediaan
a 1995
3098 121,5
69,8 126,9
1996 3193
125,2 71,8
130.6 1997
2899 113,7
66,7 121,3
1998 2890
113,3 62,7
114,0
Sumber: Deptan diolah Oleh PSKPG I PB dan Kantor Meneg Pangan dan Hortikult ura 1999 Keterangan : a terhadap angka kecukupan energi dan protein pada tingkat ketersediaan yaitu
2550 kkal kap hari unt uk energi dan 55 gr kap hari untuk protein
19
Selama kurun waktu 1995-1998, kelompok padi-padian menyumbang energi sebesar 62-66 persen, dan protein sebesar 56-61 persen Tabel 5. Kacang-
kacangan sebagai kontributor protein kedua setelah beras menyumbang 19 persen dari total ketersediaan protein. Ketersediaan protein dari pangan hewani
menunjukkan angka yang relatif tetap yaitu sekitar 10-11 g org hr. Angka tersebut belum memenuhi anjuran ketersediaan protein dari pangan hewani sebesar 15
g org hr yang komposisinya terdiri atas 9 g protein ikan dan 6 g protein ternak.
Tabel 5. Komposisi Ketersediaan Pangan berdasarkan Kontribusi Energi dan Protein Kelompok Pangan 1995-1998
Kelompok Bahan Makanan
Kontribusi Energi Kontribusi Protein
1995 1996
1997 1998
1995 1996
1997 1998
Padi-padian 62.46
63.7 66.15 64.83
56.45 58.07
58.58 60.82
Makanan berpati 6.33
6.8 7.25
6.86 2.51
2.68 2.74
2.78 Gula
5.2 5.39
5.77 4.19
0.06 0.06
0.06 0.05
Buah biji berminyak kacang-kacangan
7.59 7.3
7.12 6.24
21.37 20.77
18.73 16.10
Buah-buahan 2.1
1.6 1.83
1.73 1.09
0.84 0.93
0.89 Sayur-sayuran
1.58 1.28
1.14 1.35
3.54 2.96
2.49 3.09
Daging 1.26
1.28 1.31
0.97 3.61
2.93 3.84
3.17 Telur
0.42 0.47
0.48 0.35
1.52 1.6
1.65 1.16
Susu 0.36
0.28 0.31
0.24 0.87
0.7 0.69
0.59 I kan
1.1 1.1
1.28 1.25
8.87 9.3
10.29 11.28
Minyak dan lemak 1.62
10.8 7.36 11.99
0.11 0.08
0.01 0.06
Jumlah 100,0
100,0 100,0 100.00
100,0 100,0
100,0 100,0
Sumber: Deptan diolah Oleh PSKPG I PB dan Kantor Meneg Pangan dan Hortikult ura 1999
Ketersediaan Energi dan protein per kapita per hari menurut propinsi tahun 1998 dapat dilihat pada Lampiran Tabel Ketersediaan Energi dan Ketersediaan
Protein.
B. Mutu dan Keamanan Pangan