TUJUAN DAN SASARAN Sasaran

28

A. Tujuan umum

Menjamin ketahanan pangan tingkat keluarga, mencegah, dan menurunkan masalah gizi, untuk mewujudkan hidup sehat dan status gizi optimal.

B. Tujuan khusus

1. Meningkatkan ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, kualitas yang memadai dan tersedia sepanjang waktu, melalui peningkatan produksi, produktivitas dan penganekaragaman serta pengembangan produk olahan. 2. Meningkatkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumahtangga. 3. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik dengan menurunkan prevalensi gizi-kurang dan gizi-lebih. 4. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi untuk mencapai hidup sehat.

C. Sasaran

Untuk mencapai tujuan tersebut, ditetapkan sasaran nasional pembangunan di bidang pangan dan gizi tahun 2001-2005. Sedangkan sasaran di tingkat daerah harus direncanakan sesuai dengan potensi daerah dan status gizi yang akan dicapai. Sasaran di tingkat nasional adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya produksi padi sebesar 2.21 persen per tahun dari 50,07 juta ton tahun 2000 menjadi 55,85 juta ton tahun 2005 secara berkelanjutan untuk memantapkan ketahanan pangan nasional. 2. Meningkatnya produksi pangan sumber karbohidrat alternatif non-beras yang berakar pada sumberdaya dan budaya lokal : 1 jagung sebesar 7,19 persen per tahun dari 9,17 juta ton menjadi 12,87 juta ton;

IV. TUJUAN DAN SASARAN

29 2 ubikayu sebesar 2,84 persen per tahun, dari 15,53 juta ton menjadi 17,86 juta ton; 3 ubijalar sebesar 6,21 persen per tahun, dari 1,51 juta ton menjadi 2,01 juta ton 3. Meningkatnya produksi pangan sumber protein, vitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. 1 Protein nabati a kedelai sebesar 9,70 persen per tahun, dari 1,20 juta ton menjadi 1,85 juta ton; b kacang tanah sebesar 3,63 persen per tahun, dari 649,0 ribu ton menj adi 771,7 ribu ton; c kacang hijau sebesar 3,65 persen per tahun, dari 262,8 ribu ton menjadi 311,9 ribu ton 2 Protein hewani a daging sebesar 2,03 persen per tahun, dari 1,25 juta ton menjadi 1,56 juta ton; b telur sebesar 1,93 persen per tahun, dari 537,1 ribu ton menjadi 664,2 ribu ton; c susu sebesar 0,97 persen per tahun, dari 390,0 ribu ton menjadi 429,2 ribu ton 3 Vitamin dan mineral a sayuran meningkat sebesar 11,87 persen per tahun, dari 626,1 ribu ton; b buah-buahan meningkat sebesar 18,52 persen per tahun, dari 622,8 ribu ton 4. Tercapainya konsumsi gizi seimbang dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 2.200 kkal per kapita per hari dan protein 50 gram per kapita per hari 5. Meningkatnya ketersediaan aneka ragam pangan di tingkat wilayah dengan volume yang sesuai kebutuhan gizi masyarakat di wilayah yang bersangkutan. 6. Meningkatnya ketersediaan aneka ragam pangan di tingkat rumahtangga sesuai dengan kebutuhan pangan dan gizinya 7. Meningkatnya keanekaragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat 8. Menurunnya prevalensi gizi-kurang pada anak balita dari 26,4 1999 menjadi 20 2005 dan gizi buruk dari 8,1 1999 menjadi 5 2005. 30 9. Menurunnya prevalensi GAKY berdasarkan TGR menjadi setinggi-tingginya 5 dan eliminasi kretin baru. 10. Menurunnya anemia gizi pada ibu hamil menjadi 40 dan kurang energi kronis KEK ibu hamil menjadi 20 11. Tidak ditemukan KVA pada balita dan ibu hamil. 12. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi-lebih pada anak balita dan dewasa menjadi setinggi-tingginya 3 dan 10 13. Menurunnya prevalensi bayi berat lahir rendah BBLR menjadi setinggi- tingginya 7 . 14. Meningkatnya jumlah rumahtangga yang mengkonsumsi garam beryodium menjadi 90 15. Meningkatnya pemberian ASI eksklusif menjadi 80 16. Meningkatnya pemberian MP-ASI yang baik mulai usia bayi 4 bulan 17. Sekurang-kurangnya 80 keluarga telah mandiri sadar gizi 18. Meningkatnya mutu dan keamanan pangan 31 Mengingat penyebab langsung maupun penyebab tidak langsung masalah gizi yang sangat kompleks, seperti terilhat pada bagan 1, maka kebijakan pangan dan gizi harus mencakup berbagai faktor dan menjangkau berbagai faktor dan menjangkau berbagai sektor yang komprehensif. Rancangan program yang tepat akan memberi kontribusi langsung pada percepatan penurunan masalah gizi, meningkatkan dampak intervensi dan meningkatkan efektivitas pendayagunaan sumberdaya. Sebagai contoh, pengalaman sektor pertanian skala kecil dengan pemberdayaan perempuan dalam kepemilikan tanah dan perolehan pendapatan disertai akses pada air bersih, pendidikan dan pelayanan kesehatan yang bermutu secara nyata telah memberikan dampak positif pada gizi masyarakat. Disamping itu program kesejahteraan sosial yang terarah pada kelompok miskin dan kelompok rawan dan peraturan perundangan yang kondusif bagi sektor swasta yang berperan serta dalam menangani masalah gizi bahkan akan meningkatkan investasi sumberdaya untuk menanggulangi masalah pangan dan gizi.

A. KEBIJAKAN