Mutu dan Keamanan Pangan

19 Selama kurun waktu 1995-1998, kelompok padi-padian menyumbang energi sebesar 62-66 persen, dan protein sebesar 56-61 persen Tabel 5. Kacang- kacangan sebagai kontributor protein kedua setelah beras menyumbang 19 persen dari total ketersediaan protein. Ketersediaan protein dari pangan hewani menunjukkan angka yang relatif tetap yaitu sekitar 10-11 g org hr. Angka tersebut belum memenuhi anjuran ketersediaan protein dari pangan hewani sebesar 15 g org hr yang komposisinya terdiri atas 9 g protein ikan dan 6 g protein ternak. Tabel 5. Komposisi Ketersediaan Pangan berdasarkan Kontribusi Energi dan Protein Kelompok Pangan 1995-1998 Kelompok Bahan Makanan Kontribusi Energi Kontribusi Protein 1995 1996 1997 1998 1995 1996 1997 1998 Padi-padian 62.46 63.7 66.15 64.83 56.45 58.07 58.58 60.82 Makanan berpati 6.33 6.8 7.25 6.86 2.51 2.68 2.74 2.78 Gula 5.2 5.39 5.77 4.19 0.06 0.06 0.06 0.05 Buah biji berminyak kacang-kacangan 7.59 7.3 7.12 6.24 21.37 20.77 18.73 16.10 Buah-buahan 2.1 1.6 1.83 1.73 1.09 0.84 0.93 0.89 Sayur-sayuran 1.58 1.28 1.14 1.35 3.54 2.96 2.49 3.09 Daging 1.26 1.28 1.31 0.97 3.61 2.93 3.84 3.17 Telur 0.42 0.47 0.48 0.35 1.52 1.6 1.65 1.16 Susu 0.36 0.28 0.31 0.24 0.87 0.7 0.69 0.59 I kan 1.1 1.1 1.28 1.25 8.87 9.3 10.29 11.28 Minyak dan lemak 1.62 10.8 7.36 11.99 0.11 0.08 0.01 0.06 Jumlah 100,0 100,0 100,0 100.00 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber: Deptan diolah Oleh PSKPG I PB dan Kantor Meneg Pangan dan Hortikult ura 1999 Ketersediaan Energi dan protein per kapita per hari menurut propinsi tahun 1998 dapat dilihat pada Lampiran Tabel Ketersediaan Energi dan Ketersediaan Protein.

B. Mutu dan Keamanan Pangan

Gambaran keadaan mutu dan keamanan pangan selama beberapa tahun terakhir masih menunjukkan adanya permasalahan yang diindikasikan oleh: 1. Masih adanya peredaran produk pangan yang tidak memenuhi persyaratan, khususnya dalam penggunaan bahan tambahan makanan seperti pewarna berbahaya rhodamin B, methanil yellow dan amaranth, pemanis buatan yang digunakan untuk makanan jajanan siklamat dan sakarin, formalin dan boraks untuk mengawetkan beberapa produk pangan. 20 2. Dalam hal label dan iklan, hasil survei Ditjen POM Departemen Kesehatan tahun 1998 1999 menemukan sebanyak 22.5 persen dari contoh produk pangan yang diperiksa tidak memenuhi persyaratan label. Sedangkan survei pada tahun 1999 2000 menemukan sebanyak 13.70 persen produk pangan tidak memenuhi persyaratan dan informasi label kurang lengkap. Disamping label yang tidak memenuhi syarat, di pasaran masih cukup banyak ditemukan beredarnya produk pangan yang telah kedaluwarsa. 3. Masih banyak dijumpai kasus keracunan makanan. Pada tahun 1995 dilaporkan sejumlah 1.795 kasus dengan 37 korban yang meninggal. Selanjutnya pada tahun 1998 dilaporkan 1.078 kasus keracunan dengan 9 kasus yang meninggal Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Kasus Keracunan dan Kematian karena Ketidakamanan Pangan Tahun Jumlah kasus keracunan Jumlah kematian 1995 1996 1997 1998 1.795 2.308 3.919 1.078 37 31 6 9 Sumber: Profil Kesehatan I ndonesia, Depkes 1996-1999 4. Masih rendahnya tanggungjawab dan kesadaran produsen serta distributor tentang keamanan pangan yang diproduksi diperdagangkannya, yang diindikasikan oleh masih rendahnya penerapan cara bertani yang baik , cara penanganan pangan yang baik dan cara pengolahan pangan yang baik dan pengendalian titik kritis dan analisis bahaya , dan pendistribusian yang baik. Pemeriksaan terhadap sarana produksi makanan minuman dari 506 unit skala rumahtangga, 1818 menengah dan besar pada tahun 1999 2000 menemukan sejumlah masing-masing 44,9 dan 60,5 sarana tidak memenuhi persyaratan higiene dan sanitasi. Pemeriksaan terhadap sarana distribusi produk pangan dalam hal sanitasi, bangunan dan fasilitas yang digunakan, serta produk yang dijual tahun 1999 2000 menemukan sebanyak 18,33 sarana yang tidak memenuhi syarat sebagai distributor makanan. 5. Masih kurangnya kepedulian dan pengetahuan konsumen terhadap keamanan pangan yang dicerminkan dari sedikitnya konsumen yang menuntut produsen untuk menghasilkan produk pangan dan bermutu serta klaim konsumen jika produk pangan yang dibeli tidak sesuai dengan informasi yang tercantum pada label maupun iklan. 21

C. Konsumsi Pangan