Investasi Gizi dan Pembangunan Ekonomi

12 iimunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, penyuluhan kesehatan dan gizi, serta sarana kesehatan yang baik seperti posyandu, puskemas, praktek bidan atau dokter, rumah sakit, dan persediaan air bersih. Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan karena jauh dan atau tidak mampu membayar, kurangnya pendidikan dan pengetahuan, merupakan kendala masyarakat dan keluarga memanfaatkan secara baik pelayanan kesehatan yang tersedia Hal ini dapat berdampak juga pada status gizi anak.. Berbagai faktor langsung dan tidak langsung diatas, berkaitan dengan pokok masalah yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat nasional. Pokok masalah di masyarakat antara lain berupa ketidak berdayaan masyarakat dan keluarga mengatasi masalah kerawanan ketahanan pangan keluarga, ketidak tahuan pengasuhan anak yang baik, serta ketidak mampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Meningkatnya jumlah anak yang bergizi buruk sampai 1,7 juta anak di I ndonesia, dan prevalensi gizi buruk di daerah pengungsian di NTT sebanyak 24 persen pada tahun 1998 1999 sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga miskin akibat krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang melanda I ndonesia sejak tahun 1997, seperti digambarkan pada bagan yang diuraikan diatas.

B. Investasi Gizi dan Pembangunan Ekonomi

5 Kebanyakan para ahli ekonomi berpendapat bahwa investasi ekonomi merupakan salah satu cara untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat . Pendapat tersebut didasarkan atas adanya kaitan antara masalah gizi-kurang dengan kemiskinan seperti telah disinggung diatas. Namun demikian, perkembangan iptek gizi pada dasawarsa terakhir memungkinkan perbaikan gizi dengan lebih cepat tanpa harus menunggu perbaikan ekonomi. Beberapa negara dengan PDB Product Domestic Bruto yang sama ternyata mempunyai angka prevalensi gizi-kurang pada anak balita yang berbeda-beda. Zimbabwe misalnya, PDBnya lebih rendah dari Namibia, tetapi status gizi anak balitanya lebih baik. Cina, PDBnya lebih rendah dibanding negara-negara ASI A lainnya tetapi prevalensi balita gizi-kurangnya paling rendah. Perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu investasi pembangunan ekonomi. Sampai tahun 1980-an banyak ahli ekonomi dan ahli perencanaan pembangunan, termasuk Bank Dunia, mengartikan investasi dalam arti sempit. I nvestasi pembangunan ekonomi artinya penanaman modal untuk membangun industri barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja. Titik berat investasi adalah untuk membangun prasarana ekonomi seperti jalan, j embatan dan transportasi. Pada waktu itu jarang sekali para perencana regional dan daerah 5 Disarikan dari Soekirman 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga di Masyarakat dalam pencetakan 13 memasukkan perbaikan gizi, kesehatan dan pendidikan sebagai bagian suatu investasi ekonomi. Memasuki era tahun 1990-an, keadaan ini mulai berubah. Bank Dunia misalnya, dalam tahun 1992 menyatakan bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu prioritas dalam memberikan pinjaman kepada negara berkembang sebagai suatu investasi pembangunan. Dinyatakan oleh Bank Dunia bahwa: Sumber daya yang dialokasikan untuk perbaikan gizi adalah suatu investasi dengan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang yang nyata. Hasil investasi di bidang gizi mendukung kebijakan pinjaman Bank Dunia yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi Adanya keterkaitan upaya perbaikan gizi dengan pembangunan ekonomi juga dikemukakan oleh Sekretaris Jendral PBB Kofi Annan. Dalam salah satu pidatonya dikatakan bahwa Gizi yang baik dapat merubah kehidupan anak, meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, melindungi kesehatannya, dan meletakkan fondasi untuk masa depan produktivitas anak. Perubahan kebijakan pinjaman Bank Dunia dan perhatian PBB terhadap pembangunan perbaikan gizi dibuktikan dengan meningkatnya alokasi pinjaman Bank Dunia untuk proyek-proyek perbaikan gizi di negara berkembang yang meningkat 18 kali lipat dari hanya US50 juta tahun 1980-an menjadi US900 juta tahun 1990-an. Sejalan dengan beberapa badan PBB yang dipelopori oleh UNI CEF dalam berbagai konperensi internasional dalam tahun 1990-an merokemendasikan agar 20 persen anggaran pembangunan dari PBB global, nasional, regional dan lokal, serta 20 persen dana negara donor, dialokasikan untuk pembangunani sektor sosial, termasuk gizi dan kesehatan. Saran alokasi anggaran pembangunan untuk sektor sosial atau pembangunan SDM ini dikenal dengan saran alokasi twenty- twenty 20 20. Kebijakan baru Bank Dunia dan pernyataan Sekjen PBB pada hakekatnya memperkuat hasil riset para pakar gizi dan kesehatan mengenai adanya hubungan antara pangan, gizi, kesehatan dan pembangunan ekonomi. Mekanisme hubungan tersebut digambarkan secara sederhana oleh Martorell 1996, seorang pakar gizi dari Amerika Serikat, dalam bagan sebagai berikut: 14 Peningkatan Kualitas SDM Peningkatan Produktivitas Perbaikan Gizi, tumbuh kembang fisik mental anak I nvestasi Sektor Sosial Gizi, Kes, Pendidikan Kemiskinan Kurang Ekonomi Meningkat Bagan 2 Faktor yang berkaitan dengan upaya peningkatan sumber daya manusia Dalam bagan tersebut nampak bahwa investasi di sektor sosial gizi, kesehatan, pendidikan akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat yang merupakan salah satu faktor penentu untuk meningkatnya kualitas SDM. Dengan meningkatnya kualitas SDM, akan meningkatan produktivitas kerja, yang selanjutnya akan meningkatkan keadaan ekonomi. Dengan terjadinya perbaikan ekonomi maka akan mengurangi kemiskinan dan selanjutnya akan meningkatkan keadaan gizi, meningkatkan kualitas SDM, meningkatkan produktivitas dan seterusnya. 15 Analisis situasi pangan dan gizi yang dipaparkan dalam dokumen ini meliputi empat bidang yaitu: Produksi dan ketersediaan pangan, Konsumsi pangan, Mutu dan keamanan pangan dan Gizi masyarakat. Data yang digunakan dalam mengkaji situasi pangan dan gizi ini didasarkan pada data laporan sektor terkait baik yang dari hasil pemantauan berkala maupun dari hasil survei atau studi terserak yang direview dari berbagai lembaga penelitian.

A. Produksi dan Ketersediaan Pangan