mengamati, mengucapkan kalimat yang tersusun atas kata. Membaca yang dimaksud dalam pengertian ini ialah bagaimana seorang siswa mengamati,
mengucapkan huruf-huruf hijaiyah, baik yang berdiri sendiri maupun yang digabung gandeng dengan huruf-huruf yang lain yang terdapat di dalam
Al- Qur’an. Dasar penguasaan oleh siswa yang ditanamkan adalah dengan
mengenali huruf-huruf Al- Qur’an yang tertuang.
Al- Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan”, berasal dari kata “qara‟a”
yang artinya membaca. Adapun pengertian Al-Q ur’an menurut istilah antara
lain yaitu : a.
Kitab yang hanya berisi firman Allah semata. Tidak ada didalamnya perkataan siapapun. Seperti dalam surat An Nisaa ayat 82:
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur‟an? kalau kiranya Al-Q
ur‟an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati pertentangan yang banyak di dalamnya.
” QS. An-Nisaa: 82.
5
b. Kitab yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril dengan bahasa Arab. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Asy- Syu’ara ayat 192-195:
“Sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin Jibril. Ke
dalam hatimu Muhammad agar kamu menjadi salah seorang diantara orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang
jelas.” QS.As-Syu‟ara: 192-195.
6
5
Departemen Agama RI, Al-Q ur‟an dan Terjemahnya …, h. 132
6
Departemen Agama RI, Al-Q ur‟an dan Terjemahnya …, h. 192-195
c. Kitab yang diturunkan sebagai pedoman hidup untuk seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Sebagaimana firman Allah dalam surat Az
Zumar ayat 41:
“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab Al-Qur‟an untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk
maka petunjuk itu untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat kerugian dirinya sendiri, dan
kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap
mereka”. QS. Az-Zumar: 41
7
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Quran adalah kitab yang hanya berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada
nabi Muhammad melalui malaikata Jibril dengan menggunakan bahasa Arab dan dijadikan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia.
Qara ‟a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, sedangkan
qira ‟ah ialah menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain
dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Al-Q ur’an dikhususkan sebagai nama
bagi kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sehingga Al- Qur
’an menjadi nama khas kitab itu sebagai nama diri dan secara keseluruhan mencakup penamaan ayat-ayatnya. Sebagaimana disebutkan
dalam firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 17-18:
“Sesungguhnya atas tanggunga Kami-lah mengumpulkannya di dadamu dan membuatmu pandai membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu 18”.QS. Al-
Qiyamah: 17-18
8
7
Departemen Agama RI, Al-Q ur‟an dan Terjemahnya …, h. 751
8
Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya …, h. 999
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran membaca Al-Q
ur’an adalah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan melibatkan beberapa unsur diantaranya yaitu
pendidik, peserta didik, alat pendidikan, bahanmateri dan sebagainya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Membaca,
mempelajari, memahami serta mengajarkan Al- Qur’an adalah ibadah yang
sangat tinggi nilainya.
2. Guru yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam dimensi
dunia pendidikan, guru adalah sosok manusia yang mempunyai tanggung jawab besar yaitu membawa siswanya pada satu taraf kematangan tertentu.
Guru adalah salah satu variabel terpenting dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Profil guru sangat menentukan bagi keberhasilan proses
belajar mengajar dalam sebuah aktifitas pendidikan. Karena itulah peran guru selalu dilirik dan dicermati dalam rangka mengembangkan sumber
daya manusia anak didik di sebuah lembaga pendidikan. Menurut Syaiful Bahri dalam bukunya Guru dan Anak Didik
“guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”.
9
Sedangkan Mohammad Uzer Usman mendefinisikan istilah “guru sebagai
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus”.
10
Dalam konsep Islam guru adalah “sumber ilmu dan moral.Ia merupakan
tokoh identifikasi dalam hal keluasan ilmu dan keluhuran akhlaknya, sehingga siswanya berupaya untuk mengikuti langkah-langkahnya.
”
11
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa guru adalah sosok manusia mulia yang memiliki tugas sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan
9
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 30
10
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional …, h. 5
11
Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1998, Cet.I, h. 167
pemberi informasi kepada peserta didik. Ia juga perencana, pembimbing, pelatih, pengelola kelas dan sebagai motivator dalam mengembangkan
kepribadian anak didik, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Untuk menjadi seorang guru diperlukan adanya syarat-syarat dan
keahlian khusus, demikian pula seorang guru Al-Q ur’an, ia harus benar-
benar menguasai seluk-beluk pendidikan khususnya dalam pengajaran Al- Q
ur’an dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui pendidikan. Kedudukan seorang guru yang
mengajarkan membaca Al-Q ur’an adalah mulia. Sebagaimana sabda
Rasululullah SAW:
ل ق ، ع ها ضر فع ب ثع عو :
يّع ها َّص ها لوسر ل ق مَّسو
: َّعو أرقلا مَّعت م مكريخ
ير خبلا اور
“Dari Utsman bin Affan ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan
Al-Q ur‟an.” HR. Bukhari
12
Menurut beberapa pendapat tokoh Muslim terdahulu di antaranya yaitu Imam Al-Ghazaly, Al-Nahlawy, Al-Abrasy menyatakan bahwa:
Seorang guru yang professional harus mempelajari kehidupan psikis tabiat, minat, kemampuan dan sebagainya anak didik selaras dengan
masa perkembangannya, menguasai bidang yang diajarkan serta berusaha mendalami dan mengembangkannya, mempunyai kemampuan mengajar,
tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan kehidupan yang dapat mempengaruhi tingkah laku peserta didik serta mampu
memberikan solusinya secara Islami.
13
Mendidik atau mengajar adalah tugas guru yang sangat luhur. Sehingga sebagai pendidik seorang guru harus mempunyai kesenangan bekerjasama
dengan orang lain khususnya dengan peserta didik dan memiliki sifat sosial yang besar. Diantara tugas guru yang lain, menurut Mahmud Yunus ialah:
12
Abu Abdillah Muhammad, Shahih Bukhori, juz III, Beirut: Dar al-Fikr, 1995, Khoirukum man Ta‟allam Al-Qur‟an wa „Allamahu, no. 5.027, h. 244
13
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Rosdakarya, 2004, Cet.3, h. 116
Mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki masyarakat. Gurulah salah satu sosok yang dapat menanamkan adat istiadat yang baik
dalam jiwa anak didik dan memasukkan pendidikan akhlak dan keagamaan dalam hati sanubari anak-anak. Sekolah adalah sumber untuk
tiap-tiap perbaikan dan guru yang ikhlas dapat mengangkat derajat umat.
”
14
Imam Al-Ghazali melukiskan “betapa penting kepribadian bagi seorang
guru dalam mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya, jangan membohongi perbuatannya karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati
sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala.
15
Dari statemen di atas dapat dilihat bahwa amal perbuatan, perilaku, akhlak dan kepribadian seorang guru, khususnya guru yang mengajarkan
Al-Q ur’an adalah sangat penting, mungkin lebih penting daripada ilmu
pengetahuan yang dimilikinya karena kepribadian seorang pendidik yang mengajarkan Al-Q
ur’an akan diteladani dan ditiru oleh anak didiknya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
M. Jawad Ridha mengemukakan tentang beberapa prinsip dasar kode etik seorang guru antara lain yaitu:
a. Keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalannya
b. Menyayangi anak didiknya
c. Menghindarkan diri dari ketamakan dan komersialisasi ilmu, yakni tidak
menjadikan ilmunya itu sebagai sarana mencapai tujuan dunia semata. d.
Bersikap toleran dan pemaaf. e.
Bersikap adil, selalu memiliki kesadaran dan rasa empati. f.
Bersikap jujur dan tulus dalam menghadapi suatu persoalan.
16
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai seorang guru, maka mereka juga dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip keguruan yang nantinya akan
memudahkan mereka untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Diantara prinsip keguruannya ialah:
14
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara,
1991, Cet.1, h. 53
15
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali …, h. 56
16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. III, h. 124-125