Desain Evaluasi Evaluasi Program

dipakai untuk menilai manfaat dan besarnya program apakah akan diperlukan atau tidak. 33 a. Desain dalam evaluasi sumatif. Biasanya desain dihubungkan dengan evaluasi sumatif, evaluator sumatif diharapkan membuat kesimpulan umum, menyingkat dan membuat laporan tentang keberhasilan program. Karena laporan tersebut dapat mempengaruhi keputusan tentang masa depan program atau nasib orang lain, maka evaluator perlu mendukung penemuannya dengan data yang cukup terpercaya. Biasanya desain dibuat sebagai metode untuk melakukan eksperimen ilmiah, metode dimana orang dapat membuat dampak secara logika pada hasil sesuatu perlakuan yang dibuatnya, misalnya evaluasi pendidikan dan perlakuannya. Evaluasi sumatif sebaiknya memakai eksperimen apabila meneliti program yang akan di evaluasi dengan hasil evaluasinya. b. Desain dalam evaluasi formatif. Menggunakan desain formatif dalam program berarti karyawan program akan berkesempatan melihat dengan seksama keefektifan program dan komponen yang ada didalamnya. Hal ini memungkinkan evaluator menjalankan fungsinya yang utama, menganjurkan orang-orang program mengamati terus-menerus dengan cermat kegiatan-kegiatan dalam program. 33 Ibid., h. 64. Dalam hal ini saya menggunakan desain evaluasi sumatif pada analisis program layanan kesehatan rumah bersalin gratiis untuk menilai keberhasilan program apakah keluaran dan hasil bisa terealisasikan dan dapat dipertanggungjawabkan.

5. Indikator Evaluasi

Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas. Indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukkan suatu keadaan. 34 Terdapat empat indikator yang digunakan untuk mengevaluasi suatu kegiatan, yaitu: 35 a. Indikator ketersediaan. Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada, misalnya dalam suatu program pembangunan sosial yang menyatakan bahwa diperlukan suatu tenaga kader lokal yang terlatih untuk menangani 10 rumah tangga. Maka perlu dicek dilihat, apakah tenaga kader yang terlatih tersebut benar-benar ada. b. Indikator relevansi. Indikator ini menunjukkan seberapa relevan ataupun tepatnya sesuatu yang teknologi atau layanan yang ditawarkan, misalnya pada suatu program pemberdayaan perempuan pedesaan dimana diperkenalkan kompor teknologi yang biasa 34 Suharto, Membangun Masyarakat, h. 126. 35 New Life Options: Evaluasi Program, h. 73. mereka gunakan. Berdasarkan keadaan tersebut maka teknologi yang lebih baru ini dapat dikatakan kurang untuk diperkenalkan, bila dibandingkan dengan kompor biasa mereka gunakan. c. Indikator efisiensi. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna efisien, atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan, misalnya suatu layanan yang dijalankan dengan baik hanya memanfaatkan 4 tenaga lapangan, tidak perlu dipaksakan untuk memperkerjakan 10 tenaga lapangan dengan alasan untuk menghindari terjadinya pengangguran. Bila hal ini yang dilakukan, maka yang akan terjadi adalah under employment pengangguran terselubung. d. Indikator keterjangkauan. Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan, misalnya apakah puskesmas yang didirikan untuk melayani suatu masyarakat desa berada pada posisi yang strategis, dimana sebagian warga desa mudah datang ke puskesmas. Dari penjelasan di atas saya simpulkan bahwa dalam mengevaluasi program harus memilih pendekatandesain untuk melakukan penilaian secara sistematis dan objektif terhadap pelaksanaan program.