Tabel 4.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto GDP Konstan Atas Dasar Harga Tahun 2000 Periode 1999:1 – 2006:4
Tahun GDP Milyar Tahun GDPMilyar
1999:1 329.334,7 2003:1 386.743,9
1999:2 326.857,0 2003:2 394.620,5
1999:3 339.291,4 2003:3 405.607,6
1999:4 330.342,5 2003:4 390.199,3
2000:1 342.852,4 2004:1 402.597,3
2000:2 340.865,2 2004:2 411.935,5
2000:3 355.289,5 2004:3 423.852,3
2000:4 350.762,8 2004:4 418.131,7
2001:1 356.114,9 2005:1 427.003,0
2001:2 360.553,0 2005:2 436.110,0
2001:3 367.517,4 2005:3 448.492,5
2001:4 356.240,4 2005:4 439.050,6
2002:1 368.650,4 2006:1 448.276,8
2002:2 375.720,9 2006:2 457.724,7
2002:3 387.919,6 2006:3 474.797,5
2002:4 372.925,5 2006:4 465.855,9
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik BPS
4.3.3 Suku Bunga
Dari tabel 4.4 ditunjukkan bahwa suku bunga deposito 3 bulan sebagai instrumen moneter mengalami penurunan pada tahun 2006 yaitu sebesar 9,71 persen
Wahid Sulaiman : Analisis Permintaan Uang di Indonesia Dengan Pendekatan Stok Penyangga, 2008 USU e-Repository © 2008
dibandingkan tahun 2005 sebesar 11,75 persen. Untuk tahun 2003 sebesar 7,14 persen dan tahun 2004 sebesar 6,71persen.
Selama krisis suku bunga yang lebih tinggi banyak dipengaruhi oleh kalangan likuiditas yang dialami oleh bank-bank yang kurang sehat atau tidak sehat yang
secara structural mengandalkan sumber dana pada pasar uang antar bank. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sektor perbankan telah mengidap
berbagai kelemahan tercermin pada besarnya jumlah kredit macet pada sejumlah bank dengan terjadinya krisis yang telah mengakibatkan pemerintah mengambil
kebijkan ketat, disamping serbuan rush berulang-ulang sector perbankan menjadi semakin terpuruk karena disintermediasi perbankan sudah terjadi sejak akhir 1997
dan kualitas aktiva produktif juga semakin buruk.
4.3.4 Inflasi
Perkembangan harga-harga barang dan jasa di tingkat konsumen selama 2006 relatif masih terkendali dan mengalami kecenderungan menurun bila dibandingkan
tahun 2005. Dari tabel 4.5 ditunjukkan bahwa inflasi pada tahun 2006 sebesar 6,60 persen lebih rendah bila dibandingkan dengan inflasi tahun 2005 sebesar 17,11 persen.
Namun inflasi tahun 2006 lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun 2003 dan 2004 yang sebesar 5,06 persen dan 6,40 persen.
Wahid Sulaiman : Analisis Permintaan Uang di Indonesia Dengan Pendekatan Stok Penyangga, 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.4. Perkembangan Suku Bunga Deposito 3 bulan Periode 1999:1 – 2006:4 Tahun INR
Persen Tahun INR
Persen 1999:1 34,85
2003:1 12,90 1999:2 27,39
2003:2 11,55 1999:3 15,88
2003:3 8,58 1999:4 12,95
2003:4 7,14 2000:1 12,40
2004:1 6,11 2000:2 11,69
2004:2 6,31 2000:3 12,84
2004:3 6,61 2000:4 13,24
2004:4 6,71 2001:1 14,86
2005:1 6,93 2001:2 15,00
2005:2 7,19 2001:3 16,16
2005:3 8,51 2001:4 17,24
2005:4 11,75 2002:1 17,02
2006:1 11,61 2002:2 15,85
2006:2 11,34 2002:3 14,36
2006:3 11,05 2002:4 13,63
2006:4 9,71
Sumber: Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik BPS
Wahid Sulaiman : Analisis Permintaan Uang di Indonesia Dengan Pendekatan Stok Penyangga, 2008 USU e-Repository © 2008
Tabel 4.5. Perkembangan Inflasi Periode 1999:1 – 2006:4 Tahun INF
Persen Tahun INF
Persen 1999:1 4.17
2003:1 0,77 1999:2 2.27
2003:2 1,23 1999:3 -0,04
2003:3 2,48 1999:4 2,01
2003:4 5,06 2000:1 0,93
2004:1 0,92 2000:2 2,86
2004:2 3,29 2000:3 4,65
2004:3 3,80 2000:4 9,35
2004:4 6,40 2001:1 2,11
2005:1 3,19 2001:2 5,46
2005:2 4,28 2001:3 8,16
2005:3 6,39 2001:4 12,55
2005:4 17,11 2002:1 3,50
2006:1 1,98 2002:2 4,46
2006:2 2,87 2002:3 6,17
2006:3 4,06 2002:4 10,03
2006:4 6,60
Sumber: Badan Pusat Statistik BPS
4.3.5 Hasil Uji Akar-Akar Unit dan Derajat Integrasi