Penerapan Material Bekas pada Bangunan

45 dibutuhkan misalnya pipa besi 1m panjang membeli 1 batang Keberlanjutan Tergantung ada tidaknya bongkaran bangunan Tergantung proses produksi oleh pabrikan Sumber: Ervianto dkk dalam Jurnal Teknik Sipil. Vol. 12, No.1 2012: 18-27.

2.2.3. Penerapan Material Bekas pada Bangunan

Pada pembongkaran bangunan dan renovasi bangunan, komponen bangunan yang masih mempunyai nilai dapat digunakan kembali pada proyek tersebut, atau disimpan dan digunakan kembali pada proyek lain, atau dijual untuk tetap digunakan sesuai fungsinya maupun beralih fungsi lain. Menurut Mediastika 2013 dalam bukunya yang berjudul Hemat Energi Lestari Lingkungan Melalui Bangunan, penggunaan material bekas untuk konstruksi bangunan dan pengolahan lahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Material bekas bangunan atau sisa-sisa material bangunan untuk material bangunan. 2. Material bekas selain dari bangunan untuk material bangunan. Mediastika 2013 menjelaskan bahwa pada jenis yang pertama dapat diambil contoh pemakaian kayu bekas, besi bekas, genteng bekas, atau sisapecahan lantai keramik dari renovasi rumah yang tidak terpakai, kemudian digunakan oleh para pekerja konstruksi untuk membangun atau memperbaiki rumahnya sendiri. Contoh pemanfaatan material bekas lainnya adalah sebuah bengkel kerja karya dan milik Paulus Mintarga di Colomadu, Karanganyar, Solo, Jawa Tengah. Beng kel atau studio ini dinamai “Rempah” kependekan dari remukan sampah karena memang didirikan dengan 90 material bekas, baik itu sisapotongan besi kanal, sisa kayu, kulit kayu, anyaman bambu, dan sebagainya. Tabel 2.8, sambungan Universitas Sumatera Utara 46 Gambar 2.8. Bengkel kerja “Rempah” Sumber:httpunik.kompasiana.com Sementara pada jenis yang kedua adalah pemanfaatan material non- bangunan untuk konstruksi bangunan, seperti botol, kaleng, dan sebagainya. Botol dan kaleng bekas dapat digunakan pada tata lanskap, misalnya sebagai pembatas antara area tanaman taman dengan area perkerasan. Botol dan tutupnya baik tutup aluminium, plastik, maupun gabus juga dapat digunakan untuk memberikan keunikan pada perkerasan ruang luar. Gambar 2.9. Dinding dari botol Sumber: www.gmtproperty.com Universitas Sumatera Utara 47 Salah satu contoh penerapan material bekas sebagai elemen interior bangunan terdapat pada Rumah Heinz Frick yang akan dijelaskan sebagai berikut: - Rumah „Tropis‟ Heinz Frick Rumah ini terletak di atas bukit Simongan dekat sebuah kawasan industri di sisi selatan Semarang. Bukit ini memiliki jenis tanah yang kurang subur sehingga ideal menjadi tempat tinggal bagi Dr.Heinz Frick, karena tidak mengurangi lahan produktif pertanian. Bukit ini telah terpapras sebagian untuk reklamasi pantai Semarang dan kondisi ini mengancam kelangsungan komunitas yang tinggal di bukit tersebut. Maka dari itu, rumah ini dibangun untuk melakukan advokasi untuk komunitas tersebut dalam mempertahankan lingkungan. Rumah karya Dr. Heinz Frick yang terletak di Jalan Srinindito, Simongan, Semarang menerapkan prinsip desain ramah lingkungan sekaligus tetap terjangkau. Rumah yang memiliki luas 140 meter persegi luas bangunan 88 m 2 dan luas teras 43.6 m 2 yang terletak di atas lahan seluas 350 meter persegi ini telah menjadi perhatian publik karena desainnya yang ramah lingkungan dan unik serta menerapkan material bekas yang dimanfaatkan kembali sebagai bahan material pada bangunannya. Bangunan ini berdiri sejak tahun 1999, biaya pembangunan rumah mencapai Rp. 150 juta. Hal ini menunjukkan bahwa desain rumah yang ramah lingkungan dan terjangkau menjadi jawaban bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas merupakan masyarakat menengah ke bawah. Tanuwidjaja, 2012. Universitas Sumatera Utara 48 Gambar 2.10. Rumah Heinz Frick Sumber: Jurnal Tesa Arsitektur, 11 1. pp. 44-63. ISSN 1410-6094 Desain rumah menggunakan tenaga lokal dan material lokal sesuai dengan sub-aspek material bangunan yang berkelanjutan seperti material batako, batu alam, kayu daur ulang, atap genteng serta baja. Selain itu, limbah daur ulang berupa ubin bekas, limbah kertas, limbah kayu, dan besi beton juga digunakan. Gambar 2.11. Pagar teras dari kayu bekas dan dinding pecahan keramik bekas Sumber: Jurnal Tesa Arsitektur, 11 1. pp. 44-63. ISSN 1410-6094 Pagar dari kayu bekas Dinding pecahan keramik bekas Universitas Sumatera Utara 49 Kayu bekisting yang digunakan dalam pengecoran rumah ini berasal dari Kalimantan. Sementara, kayu usuk Bangkirai 5x7cm dari sumber yang sama dimanfaatkan untuk konstruksi rangka langit-langit dan pagar teras. Pecahan keramik dari UNIKA digunakan ulang secara kreatif untuk finishing dinding dan lantai kamar mandi tamu. Plafon pada rumah ini didesain dengan banyak material bekas. 1 Papan- papan akustik dari vermikulit yang dibongkar oleh Pelatihan Industri Kayu Atas PIKA dari tempat lain, dimanfaatkan sebagai langit-langit di dapur, teras, ruang makan, dan ruang keluarga. 2 Papan bekas peti kemas uang digunakan untuk langit-langit selasar. 3 Kayu-kayu bekas PIKA yang juga digunakan untuk membuat lubang penghawaan pada langit-langit dapur. Gambar 2.12. Plafon dari papan akustik bekas Sumber: Jurnal Tesa Arsitektur, 11 1. pp. 44-63. ISSN 1410-6094 Universitas Sumatera Utara 50 Gambar 2.13. Plafon dari kayu peti kemas bekas Sumber: Jurnal Tesa Arsitektur, 11 1. pp. 44-63. ISSN 1410-6094 Tangga pada teras barat rumah ini, yang menuju ke tangki air atas, dibangun meggunakan tiang lstrik bekas sebagai balok tangga, lempengan besi sebagai anak tangganya, dicor dengan beton dan di finishing dengan batu alam. Gambar 2.14. Tangga dari bahan tiang listrik bekas Sumber: Jurnal Tesa Arsitektur, 11 1. pp. 44-63. ISSN 1410-6094 Desain rumah karya Dr.Heinz Frick, Semarang merupakan rumah tropis yang ideal dan memiliki fitur-fitur desain yang ramah lingkungan sekaligus tetap terjangkau karena memanfaatkan kembali material bekas maupun lokal sebagai elemen arsitekturnya. Universitas Sumatera Utara 51

2.3. Terminologi Kafe