Tinjauan Elemen Interior Kafe Resep Nenek Moyangku

93

4.1.1.1 Tinjauan Elemen Interior Kafe Resep Nenek Moyangku

a. Elemen horizontal bawah Material yang digunakan sebagai lantai pada bangunan kafe Resep Nenek Moyangku terdiri dari dua jenis material, yaitu kayu dan keramik. - Kayu Material yang digunakan pada bidang alas interior bangunan lantai dasar didominasi oleh papan kayu bekas bongkaran bangunan yang dibeli dari toko material bekas di sekitar jalan Brigjend Katamso. Adapun jenis kayu pada lantai dasar merupakan jenis kayu yang beragam, diantaranya kayu merbau, kayu mahoni, kayu jati, dan kayu damar dengan masing-masing lebar 18cm istilah pasar: kayu 1‟8 membentuk 22 baris kayu pada lantai. Kayu bekas tetap mempertahankan keasliannya untuk memberikan kesan antik pada kafe. Gambar 4.9. Material kayu bekas pada lantai dasar Sumber: Peneliti 2015 Berdasarkan teori Frick 1998 terkait dengan ilmu bahan bangunan, bahwa material kayu termasuk dalam kategori bahan bangunan yang dapat B C A D Keterangan pada gambar: A: Kayu Merbau B: Kayu Mahoni C: Kayu Jati D: Kayu Damar Universitas Sumatera Utara 94 dibudidayakan kembali regeneratif. Walaupun sifatnya regeneratif, namun penggunaannya tetap harus dijaga agar tidak melebihi kemampuannya beregenerasi secara alami. Berdasarkan asalnya, material ini merupakan demolition waste yaitu sisa material yang timbul dari hasil pembongkaran atau penghancuran bangunan lama. - Keramik Material lantai pada lantai dua mempertahankan ubin bangunan lama dengan perpaduan keramik 30 x 30 cm dan tegel 20 x 20 cm yang saat ini sulit diperoleh dan produsennya tinggal sedikit serta harga baru yang tentu lebih mahal. Gambar 4.10. Lantai dengan material keramik pada lantai dua Sumber: Peneliti 2015 Penerapan keramik bekas pada lantai juga diaplikasikan sebagai lantai pada kamar mandi yang berada di lantai dasar, yaitu dengan memanfaatkan kembali pecahan-pecahan keramik dari bongkaran bangunan lama. Kualitas keramik terutama untuk pemasangan di area KMWC mutlak diutamakan karena B A Keterangan pada gambar: A: Keramik 30 x 30 licin dan mengkilat B: Tegel 20 x 20 Universitas Sumatera Utara 95 keramik di area ini akan sangat sering berkontaminasi dengan zat pembersih kimiawi yang dapat mengikis lapisan glasur pada permukaan keramik. Gambar 4.11. Pecahan keramik bekas sebagai lantai kamar mandi Sumber: Peneliti 2015 b. Elemen horizontal atas - Kayu Material yang digunakan sebagai plafon lantai dasar adalah panel kayu lambersering dengan finishing kayu meranti, termasuk kayu dengan kelas awet III, IV dan kelas kuat II, IV. Jarak dari lantai ke plafon bervariasi antara 2,4 - 3,5 m. Gambar 4.12. Papan kayu bekas sebagai plafon lantai dasar Sumber: Peneliti 2015 Universitas Sumatera Utara 96 - Multipleks Plafon di area smoking room dari multipleks bekas dengan ketebalan 9mm. Tampak pada Gambar 4.13 cat pada multipleks yang sudah terkelupas. Gambar 4.13. Multipleks bekas sebagai plafon smoking room Sumber: Peneliti 2015 c. Elemen vertikal Elemen vertikal pada interior bangunan kafe terdiri dari dinding yang berfungsi sebagai proteksi dan privasi pada ruang interior yang dibentuknya. - Material bekas yang berasal dari bangunan Dinding pada lantai dasar didominasi oleh panel kayu dari jendela-jendela bekas yang diperoleh di toko material bekas di sekitar Jl. Brigjend Katamso. Jendela bekas dibiarkan keasliannya tanpa finishing ulang agar semakin memberikan kesan antik sesuai dengan tema kafe. Jendela-jendela bekas sebagai elemen dinding memiliki warna yang beragam sehingga menarik perhatian pengunjung kafe dan sebagai salah satu spot yang menarik untuk berfoto. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik toko material bekas, kisaran harga untuk jendela-jendela bekas relatif tergantung jenis dan ukurannya dengan kisaran harga Rp.350.000-Rp.650.000. Universitas Sumatera Utara 97 Gambar 4.14. Panel kayu dari jendela bekas sebagai elemen dinding pada kafe Sumber: Peneliti 2015 Pada area smoking room di lantai dua, dinding bekas bangunan lama masih tetap dipertahankan tanpa renovasi. Sementara pengecatan sudah dilakukan 3x agar memberikan suasana yang berbeda dan tidak monoton, yaitu warna merah, merah-biru, dan biru. Bekas pemisah warna antar cat pun masih terlihat di dinding area smoking room. Adapun berdasarkan karakteristik warna menurut Akmal 2005 bahwa biru memberikan kedamaian, ketenangan dan menyejukkan. Gambar 4.15. Dinding bekas salon yang masih dipertahankan\ Sumber: Peneliti 2015 Universitas Sumatera Utara 98 - Material bekas selain dari bangunan Elemen dinding pada lantai dasar di bagian kiri-depan merupakan material dengan kumpulan kaleng-kaleng bekas. Mr.Rusly mengumpulkan kaleng-kaleng bekas bersama tim nya dengan memanfaatkan kaleng biskuit yang tidak terpakai lagi yang berasal dari parcel-parcel event maupun hari raya. Proses pengumpulan kaleng bekas memakan waktu yang cukup lama. Elemen dinding yang unik ini merupakan ciri khas dari Kafe Resep Nenek Moyangku sesuai dengan konsep kafe yang menerapkan konsep daur ulang. Akan tetapi, material aluminium bekas dalam kadar yang tinggi dapat memberikan dampak yang negatif karena dapat menyebabkan racun bagi tubuh. Gambar 4.16. Kaleng bekas sebagai elemen dinding pada kafe Sumber: Peneliti 2015 Berdasarkan klasifikasi oleh Mediastika 2013 terhadap jenis material bekas, penerapan kaleng bekas pada dinding kafe merupakan material bekas selain dari bangunan untuk material bangunan. Berdasarkan teori Heinz Frick dalam buku Ilmu Bahan Bangunan 1999 yang menyatakan bahwa kaleng aluminium bekas memiliki ketinggian 130 mm, hampir sama dengan ketebalan dinding batu- bata sehingga dapat dimanfaatkan sebagai dinding bangunan. Universitas Sumatera Utara 99 Adapun berdasarkan analisa lapangan diidentifikasikan bahwa kaleng sebagai elemen dinding kafe ini masih memiliki kualitas yang sangat bagus, tanpa ada kerusakan fisik maupun korosi. d. Elemen pelengkap pembentuk ruang - Pintu Material pintu pada kafe ini masih memanfaatkan bekas bangunan salon. Pintu masuk berupa kaca dengan lebar 90 cm dan tinggi 2,4 m per kaca dengan jenis tempered yang memiliki kekuatan sangat tinggi dibandingkan dengan kaca biasa. Penggunaan kaca tempered terutama untuk bukaan-bukaan atau dinding kaca pada bangunan yang menuntut tingkat keamanan yang tinggi. Jenis kaca ini biasa dipakai untuk bukaan atau dinding kaca, pintu tanpa rangka, dan railing kaca pada tangga dan void. Gambar 4.17. Pintu kaca pada entrance bekas bangunan salon Sumber: Peneliti 2015 Adapun keseluruhan pintu yang ada di dalam bangunan merupakan pintu dengan bahan kayu. Jenis kayu pada pintu menuju ruang kantor berupa jenis kayu merbau dengan karakteristik kayu yang cukup keras dan memiliki tekstur serat garis terputus-putus. Warna kayu merbau biasanya di finishing dengan melamin Universitas Sumatera Utara 100 warna gelaptua. Sementara jenis pintu kayu lain adalah pintu menuju ruang smoking room dengan aplikasi kayu kamper yang memiliki serat kayu halus dan awet II, III serta kelas kuat II, I. Jenis kayu kamper pada umumnya menjadi pilihan dalam membuat pintu dan jendela. Gambar 4.18. Pintu kayu merbau menuju ruang kantor Sumber: Peneliti 2015 Gambar 4.19. Pintu kayu kamper menuju area smoking room Sumber: Peneliti 2015 - Jendela Aplikasi jendela masih memanfaatkan bangunan lama, hanya saja dilakukan penambahan kaca pada jendela. Pada lantai dasar terdapat satu buah jendela kaca dengan lebar 1,2 m dan tinggi 1,2 m. Di sekitarnya, terdapat kursi- Universitas Sumatera Utara 101 kursi bekas kafe yang rusak dan tidak berfungsi lagi sebagai pajangan untuk menambah nilai estetika ruang dan tema kafe yang terkesan antik. Pada lantai dua terdapat dua jendela yang memiliki dua bukaan dengan lebar 45 cm dan tinggi 1,1 m. Jendela bagian depan lantai dua memiliki lebar 60 cm dan tinggi 1,2 cm. Adapun jenis material pada jendela yaitu kayu kamper dan kaca jenis tempered . Gambar 4.20. Jenis jendela Resep Nenek Moyangku Sumber: Peneliti 2015 - Tangga Bangunan kafe Resep Nenek Moyangku merupakan building reuse , dengan elemen tangga yang masih mempertahankan bekas bangunan salon. Material pada anak tangga berupa kayu jati dengan karakter yang stabil, kuat, dan tahan lama. Termasuk kayu dengan kelas awet I, II, dan kelas kuat I, II. Jenis kayu B C A D Keterangan pada gambar: A: Penambahan kaca pada jendela C: Jendela dua bukaan B: Jendela kaca di lantai dasar D: Jendela depan lantai atas Universitas Sumatera Utara 102 pada tiang tangga adalah kayu damar laut dengan permukaan halus memiliki kelas awet I-II dan kelas kuat I-II. Adapun hand rail pada tangga menggunakan jenis kayu meranti dengan karakter yang kuat dan tahan lama. Gambar 4.21. Tangga bekas bangunan lama Sumber: Peneliti 2015 - Perabot Di setiap ruangan, material perabot yang digunakan sebagai konsep daur ulang adalah perabot lama yang dimanfaatkan kembali, baik itu beli di toko material bekas maupun milik pribadi owner . Pemanfaatan kembali perabot bekas pada kafe didominasi oleh material kayu. Adapun kursi dan meja yang terdapat di Kafe Resep Nenek Moyangku merupakan perabot bekas yang dulunya dimanfaatkan pada kafe milik Mr.Rusly di sebelah butik Etalase. Jenis kayu pada perabot interior kafe relatif beragam yaitu terdiri dari jenis kayu meranti, merbau, hingga triplek. Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan sehingga jenis material ini banyak digunakan sebagai bahan perabot. Akan tetapi, kualitas material kayu sebagai perabotan pada kafe sedikit menurun karena memakai perabotan bekas. Universitas Sumatera Utara 103 Gambar 4.22. Perabot bekas pada lantai dasar Sumber: Peneliti 2015 Resep Nenek Moyangku memiliki perabot yang bervariasi sesuai dengan desain perabot yang dikategorikan oleh Suptandar 1999 yaitu perabot yang berbentuk kotak dan perabot yang dilapisi. Seating tempat duduk ditentukan sesuai dengan konsep kafe yang memanfaatkan kembali material bekas. Bentuk dan ukuran dari kursi bervariasi, maka agar ruang dalam kafe dapat menampung sesuai dengan kebutuhan, ruang diatur dengan standar kursi sebuah kafe. Adapun meja pada kafe terdiri dari dua jenis bentuk yaitu bentuk bulat dengan berbagai macam ukuran sesuai kebutuhan, bentuk bujur sangkar dan persegi panjang. Terdapat dua buah kursi di lantai dasar yang dimanfaatkan kembali yakni kursi lama milik owner yang dibeli dari luar negeri Gambar 4.23. Menurut Suptandar 1999 klasifikasi perabot pada kursi ini merupakan jenis perabot yang dilapisi, yaitu kursi yang seluruhnya atau sebagian diberi pelapis. Keterangan pada gambar: A: Kayu meranti C: Triplek E: Kayu meranti B: Kayu meranti D: Kayu meranti F: Triplek A B C D E F Universitas Sumatera Utara 104 \ Gambar 4.23. Pemanfaatan kembali kursi lama milik owner Sumber: Peneliti 2015 Pada lantai dua, beberapa set kursi dan meja merupakan perabotan bekas kafe lama yang dimanfaatkan kembali. Terdapat pula kursi dan meja yang dibeli dari toko material bekas di sekitar Jalan Brigjend Katamso. Keseluruhannya merupakan material dengan berbahan dasar kayu. Adapun dudukan pada kursi yang berbentuk bulat menggunakan busa yang dilapisi synthetic leather berwarna cokelat muda. Universitas Sumatera Utara 105 Gambar 4.24. Perabot bekas pada lantai dua Sumber: Peneliti tahun 2015 - Dekorasi Unsur dekorasi pada bangunan kafe masih menggunakan kembali material bekas maupun hasil kumpulan barang-barang antik dari para kolektor. Adapun unsur dekorasi pada kafe diklasifikasikan sesuai dengan teori Suptandar 1982 yakni benda pelengkap fungsional dan benda pelengkap dekoratif. Benda pelengkap fungsional pada Kafe Resep Nenek Moyangku diantaranya cermin, bantalan, kipas angin antik, lampu hias, dan sarang burung sebagai penutup lampu. Sementara benda pelengkap dekoratifnya seperti lukisan, Universitas Sumatera Utara 106 sepeda ontel, botol-botol bekas, jam dinding, mesin jahit, dan televisi jaman dulu. Benda pelengkap sebagai elemen interior pada Kafe Resep Nenek Moyangku merupakan jenis benda yang mampu meniadakan konsumsi terhadap sumber daya alam dan tidak menghasilkan sampah bagi lingkungan. Gambar 4.25. Benda pelengkap fungsional Sumber: Peneliti 2015 Gambar 4.26. Benda pelengkap dekoratif Sumber: Peneliti 2015 Universitas Sumatera Utara 107

4.1.1.2 Konsep Daur Ulang