Klasifikasi Material Bangunan secara Ekologis

12 Dari prinsip-prinsip tersebut terlihat bahwa perhatian terhadap kebijakan penggunaan material sangat erat hubungannya dengan keberlanjutan lingkungan hidup. Untuk memahami hubungan ini secara baik dibutuhkan pengetahuan yang lebih dari sekedar kegiatan mengambil material, menggunakan, dan membuangnya, namun harus memahami segala proses dan daur yang terjadi pada sumber daya alam yang dikonsumsi sehingga prediksi terhadap dampak yang dihasilkan dapat diketahui secara lebih terperinci. Oleh karena itu, dampak yang ditimbulkan adalah cerminan dari hubungan yang dimiliki manusia dengan lingkungannya. Hubungan yang baik tidak akan menyebabkan kerusakan pada lingkungan melainkan keberlanjutan lingkungan yang mampu mendukung kualitas kehidupan yang baik bagi manusia hingga ke masa yang akan datang.

2.1.2. Klasifikasi Material Bangunan secara Ekologis

Heinz Frick 1998 di dalam bukunya Ilmu Bahan Bangunan, mengklasifikasikan material bangunan berdasarkan penggunaan bahan mentah dan tingkat transformasi perubahan wujud fisik yang terjadi dalam daurnya. Berikut adalah klasifikasi tersebut: 1. Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali regeneratif Bahan bangunan organik nabati dan hewani yang dapat diaplikasikan langsung, tanpa transformasi adalah jenis bahan bangunan ini. Contoh: kayu, rotan, rumba, alang-alang, kulit binatang, dll. Bahan bangunan ini memiliki daur hidup alami kemampuan budidaya, oleh karena itu daurnya bersifat tertutup. Sehingga relatif tidak memiliki dampak negatif secara ekologis. Dalam penggunaannya juga hanya membutuhkan energi yang sangat kecil. Walaupun Universitas Sumatera Utara 13 sifatnya regeneratif namun penggunaannya tetap harus dijaga agar tidak melebihi kemampuannya beregenerasi secara alami. Sebagai contoh bahan bangunan ini adalah kayu. Berikut jenis-jenis kayu berdasarkan buku Ilmu Bahan Bangunan Frick, 1999: - Kayu jati Tectona grandis Tempat tumbuh: Jawa, Sulawesi Selatan, NTB, Maluku, Lampung, dan Madura. Tinggi mencapai 45 m, panjang bebas cabang 15-20 m. Gemang batang mencapai 2,20 m Warna: Kayu teras cokelat kekuning-kuningan, cokelat kelabu sampai cokelat tua atau merah cokelat. - Kayu Kamper Dryobalanops spp Tempat tumbuh: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kalimantan Tinggi 35-45 m dan dapat mencapai 60 m, panjang batang bebas 25-30 m. Gemang batang 80-100 cm, bentuk batang sangat baik. Warna: Kayu teras merah cokelat, merah kelabu, merah. Kayu gubal hampir putih sampai cokelat kuning muda. - Kayu Mahoni Swietania Mahagoni spp Tempat tumbuh: Jawa Tinggi 35 m, bentuk silindris, tajuk bulat Warna: Kayu teras cokelat muda kemerah-merahan atau kekuning- kuningan sampai cokelat tua kemerah-merahan Universitas Sumatera Utara 14 Tabel 2.2. Kelas kayu menurut keawetannya Kelas tingkat keawetan kayu I II III IV V Selalu berhubungan dengan tanah lembap 8 tahun 5 tahun 3 tahun Sangat pendek Sangat pendek Tidak terlindung, tetapi dilindungi dari pemasukan air 20 tahun 15 tahun 10 tahun Beberapa tahun Sangat pendek Tidak berhubungan dengan tanah lembap, di bawah atap dan dilindungi dari kelemasan beban Tak terbatas Tak terbatas Sangat lama Beberapa tahun Pendek Seperti diatas tetapi selalu dipelihara Tak terbatas Tak terbatas Tak terbatas 20 tahun 20 tahun Serangan rayap Tidak Jarang Agak cepat Sangat cepat Sangat cepat Serangan bubuk kayu kering dan sebagainya Tidak Tidak Hampir tidak Tak seberapa Sangat cepat Sumber: Ilmu Bahan Bangunan Frick, 1999 Tabel 2.3. Kelas kayu menurut kekuatannya Kelas kuat Berat jenis kering udara kgdm 3 Keteguhan lentur mutlak kgdm 3 Keteguhan tekan mutlak kgcm 3 I 0.90 1‟100 650 II 0.90 - 0.60 1‟000 - 725 650 - 425 III 0.60 - 0.40 725 - 500 425 - 300 IV 0.40 - 0.30 500 - 360 300 - 215 V 0.30 360 215 Sumber: Ilmu Bahan Bangunan Frick, 1999 Seperti yang dijelaskan dalam buku Ilmu Bahan Bangunan, terdapat pula bahan perkayuan seperti vinir dan kayu lapis tripleks dan multipleks. Vinir adalah lembaran kayu tipis yang diperoleh dengan cara mengupas atau mengiris dari dolok kayu jenis tertentu. Kayu yang biasa untuk membuat vinir dari jenis kayu yang lunak, ringan, kelas kuat dan kelas awetnya sekitar II – 1V dan bila dikupas tidak mudah pecah retak. Universitas Sumatera Utara 15 Kayu lapis adalah papan panel buatan yang terdiri dari susunan beberapa lapisan vinil yang mempunyai arah serat bersilangan tegak lurus dengan diikat oleh perekat tertentu, serta jumlah lapisan harus ganjil. Penggunaan kayu lapis pada bangunan misalnya bekisting, daun pintu, dinding penyekat, plafon, lapisan dasar lantai parket. Selain itu dapat diaplikasikan sebagai perabot rumah tangga seperti lemari, tempat tidur, meja dan kursi. 2. Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali Bahan organik bukan nabati atau hewani yang dapat langsung diaplikasikan pada bangunan adalah jenis klasifikasi bahan bangunan ini, seperti: tanah liat, pasir, batu alam, dll. Bahan bangunan ini sifatnya terbarukan, namun dapat dipergunakan berulang kali dengan proses sederhana. 3. Bahan bangunan buatan yang dapat digunakan kembali Klasifikasi bahan bangunan ini adalah bahan bangunan yang didapat sebagai limbah, potongan, sampah, ampas, dan sebagainya dari perusahaan industri dalam bentuk bahan bungkusan, mobil bekas, ban mobil bekas, serbuk kayu, potongan bahan sintetis, kaca, seng, atau bermacam-macam kain. Kaleng aluminium bekas memiliki ketinggian sekitar 130 mm, hampir sama dengan ketebalan dinding batu-bata. Berdasarkan buku Ilmu Bahan Bangunan Frick, 1999 dikatakan bahwa kaleng aluminium bekas dapat dimanfaatkan untuk dinding bangunan. Penyusunan kaleng bekas dilakukan secara teratur sehingga sisinya dengan bukaan kaleng akan dapat diplester. Oleh karena aluminium akan beroksidasi bila terkena adukanplesteran semen, maka bagian-bagian lain yang tidak diplester harus segera dibersihkan. Universitas Sumatera Utara 16 4. Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana Klasifikasi bahan bangunan ini adalah material yang bahan mentahnya berasal dari alam, kemudian mengalami pengolahan yang mengakibatkan perubahan pada wujud transformasi bahan. Contoh: batu bata dari tanah liat, genteng dari tanah liat, keramik, logam dari bijih logam, seng, kaca dari pasir kuarsa, dll. Bahan mentah yang digunakan sifatnya tidak terbarukan, namun bahan bangunan dapat digunakan kembali dengan perlakuan tertentu. Salah satu contoh bahan bangunan ini adalah keramik. Bahan keramik sebagai ubin keramik adalah unsur bangunan yang dipergunakan untuk melapisi lantai ataupun dinding, biasanya berbentuk pelat persegi dan tipis yang dibuat dari tanah liat atau campuran tanah liat dan bahan mentah keramik laninnya, dibakar sampai suhu sedemikian tinggi, sehingga mempunyai sifat-sifat fisik khusus. Frick, 1999. Pada dasarnya hanya ada 2 jenis keramik yaitu: a. Keramik yang mempunyai lapisan glazur glazed Jenis keramik yang paling banyak di pasaran untuk aplikasi lantai maupun dinding. Lapisan glazur di aplikasikan dengan temperature tinggi sehingga menyatu dengan badan keramik. Lapisan ini lah yang membuat motif desain dan tekstur keramik. Lapisan glazur membuat keramik tahan air, tahan api dan mudah dibersihkan karena sangat padat dan tidak berpori. b. Keramik homogenious tanpa lapisan glazur unglazed Jenis keramik ini sekarang semakin trend dengan bermacam macam desain. Tidak ada lapisan apapun yang di aplikasikan pada keramik. Pencampuran bahan utama dan motif keramik dilakukan sejak awal Universitas Sumatera Utara 17 sebelum pembentukan body sehingga ada kesatuan warna antara bagian permukaan dan belakang. Permukaan keramik mengkilat dengan cara di polish. Keramik jenis ini biasanya lebih tebal, keras dan lebih tinggi kekuatannya dari pada glazed ceramic. Dikutip dari Rumah Ide Online, ada beberapa jenis permukaan keramik baik yang memakai lapisan glazur ataupun tidak, diantaranya: a. Mengkilat dan licin. Biasa dipakai untuk keramik dinding ataupun keramik lantai dalam ruangan. Tidak cocok untuk lantai yang sering terkena air atau area servis dengan loading yang tinggi karena biasanya tidak tahan goresan. b. Doff Matte. Cocok untuk berbagai macam aplikasi hanya tidak licin dan mengkilat. Biasa dipakai di rumah dengan desain minimalis. Lebih tahan terhadap goresan. c. Bertekstur kasar. Cocok dipakai untuk lantai kamar mandi, carport atau ruang terbuka yang sering terkena panas dan hujan. Jenis keramik ini tidak licin walaupun terkena air. d. Cutting edge. Permukaan keramik yang sangat siku pada keempat sisinya. Keramik jenis ini dipotong setelah proses pembakaran. Dari segi harga pasti lebih mahal dari pada keramik yang bukan cutting. Contoh lain dari bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana adalah seng. Seng adalah jenis logam yang biasa digunakan untuk melindungi terhadap terjadinya korosi dengan menggunakan cara menyepuh atau melapisi secara galvanis. Di Indonesia, atap seng gelombang Universitas Sumatera Utara 18 masih sering digunakan karena harganya agak murah untuk atap yang awalnya kedap air hujan dan tahan lama dengan pengecualian pada daerah yang mengalami udara tercemar sulfur dekat gunung api, dsb. Kaca merupakan salah satu bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana. Material kaca dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain: a. Kaca Tempered . Jenis kaca yang telah melalui suatu proses pemanasan hingga pada tingkat suhu tertentu dan kemudian didinginkan seketika, sehingga menghasilkan kaca yang mempunyai kekuatan dan kelenturan yang baik terhadap tekanan pada kedua sisi pemrukaan kaca. Jenis ini biasa digunakan sebagai pintu shower , railing tanggabalkon, dinding kaca ruangan, skylight . b. Kaca Laminated. Lembaran kaca yang terdiri dari 2 lapisan kaca yang direkatkan, sehingga dapat berfungsi untuk mencegah kemungkinan jatuh atau hancurnya kaca akibat benturan pada salah satu sisinya. Kaca laminated juga dapat digunakan sebagai skylight karena sifatnya yang dapat meredam sinar UV dan juga digunakan untuk partisi dinding kaca suatu ruangan. c. Kaca Polos dan Rayban. Kaca polos atau juga disebut kaca bening biasa yang kemudian biasa dikembangkan menjadi kaca tempered, kaca laminated, kaca double, dll. Kaca rayban adalah kaca gelap namun masih dapat tembus pandang, umumnya dengan ketebalan 3 mm dan 5 mm. Universitas Sumatera Utara 19 d. Kaca Double Glass . Kaca yang dibentuk digabung oleh 2 panel kaca dengan terciptanya ruang antara panel yang memiliki ketebalan beberapa milimeter. Ruang antara panel bersifat kedap udara dan memiliki kelembapan yang rendah, sehingga pemasangan kaca double glassing pada sebuah ruangan menyebabkan ruangan tersebut kedap suara dan suhu ruangan dapat terjaga dengan baik stabil. e. Kaca Reflective . Kaca yang hanya memiliki daya tembus pandang satu arah saja sehingga dari bagian luar tidak dapat melihat bagian dalam suatu ruangan. Kaca reflective biasa digunakan untuk eksterior gedung. f. Kaca Bevel. Kaca yang sisinya memiliki tepi miring. Teknik bevel kaca digunakan untuk menambah gaya dekoratif kaca karena dapat meningkatkan dampak visual pada kaca. 5. Bahan bangunan yang mengalami beberapa tingkat perubahan transformasi Bahan bangunan jenis ini adalah material yang menggunakan bahan mentah fosil minyak bumi, arang, gas. Material yang dihasilkan berupa material sintetis seperti: plastik, epoksi, polikarbonat, pvc, dll. Bahan sintetis merupakan bahan yang dinilai tidak baik secara ekologis, karena; 1. Sulit di daur ulang, membutuhkan energi dan biaya yang besar; 2. Pengolahan harus melalui beberapa proses yang tidak dapat dibalik irreversible ; 3. Menggunakan bahan baku yang tidak dapat diperbaharui bahan mentah fosil. Material bangunan merupakan salah satu sumberdaya proyek yang cukup dominan dalam menentukan kualitas hasil konstruksi. Pemilihan material untuk Universitas Sumatera Utara 20 digunakan pada bangunan sama pentingnya dengan rancangan bangunan itu sendiri. Penggunaan material yang tepat akan meningkatkan aspek estetika pada bangunan. Sebaliknya, penggunaan material yang kurang atau tidak tepat kemungkinan besar akan menurunkan rancangan yang dihasilkan secara keseluruhan Ervianto, 2012. Di samping aspek estetika, pemilihan material yang dapat mendorong penghematan penggunaan energi sebaiknya terus dikembangkan. Menurut Mediastika 2013 kegiatan konstruksi ternyata berandil besar dalam hal polusi gas buang yang secara tidak langsung juga menunjukkan besarnya pemanfaatan energi pada kegiatan ini. Penggunaan energi pada bangunan dapat dihitung sejak awal penyediaan material bangunan, proses pembangunan, sampai saat bangunan ditempati. Penghematan energi pada tahap awal pemilihan material dapat dilakukan dengan penggunaan material yang tersedia secara lokal. Selain dari sisi konsumen, aspek penghematan juga ditinjau dari sisi penjual dan produsen. Penghematan dari sisi penjual dan produsen terjadi manakala toko material juga mendapatkan pasokan material dari daerah sekitarnya. Mediastika 2013 mengklasifikasikan material bangunan berdasarkan aspek hemat energi dan ramah lingkungan terdiri atas material alami lokal khas Indonesia dan material bekas. Penerapan material alami lokal akan mendukung tumbuhnya ekonomi masyarakat, menghemat biaya dan tenaga angkut. Penghematan dan pelestarian alam pun semakin meningkat manakala digunakan material bekas atau material daur ulang. Universitas Sumatera Utara 21 a. Material Alami Lokal Khas Indonesia Sebagai negara tropis yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia memiliki beragam material mentah untuk diolah menjadi bahan bangunan yang berkualitas. Namun, tanpa pertimbangan yang bijaksana, penggunaan material alami justru dapat menyebabkan kepunahan dan terjadinya bencana alam. Sumber daya alam lokal yang sering dimanfaatkan sebagai material bangunan adalah kayu. Permintaan yang tinggi akan kayu-kayu berkualitas telah menyebabkan penebangan hutan secara serampangan. Beberapa jenis pohon yang menghasilkan kayu berkualitas kini telah dilindungi dan dilarang ditebang. Begitupun dengan permintaan yang tinggi akan batu alam yang telah menyebabkan terjadinya penambangan batu alam ilegal di beberapa tempat Mediastika, 2013. Tabel 2.4. Material alami Indonesia Bahan Mentah Asal Material Bangunan Daerah Penghasil Pohon bambu Batang bambu Merata di beberapa daerah di Indonesia Pohon jati Kayu jati Jepara, Cepu, Bojonegoro Tanah liat Genteng Kebumen, Karang Pilang Surabaya Pohon kelapa Kayu kelapa gelugu Pantai Sulawesi dan Kalimantan Batu, koral, pasir Pasir Merata di beberapa tepian hulu sungai, hilirmuara, pantai, dan pegunungan, seperti Lumajang, Cilacap, dan Gunung Merapi Tanah liat Batu bata merah Merata di beberapa daerah di Indonesia Pasir, semen Batako Merata di beberapa daerah di Indonesia Batu marmer Lantaidinding marmer Tulungagung, Jawa Timur Berbagai jenis batu alam Batu alam: batu templek, salagedang, palimanan, batu Berbagai daerah di Jawa Barat Universitas Sumatera Utara 22 paras, batu andesit, batu candi, batu kora;telur Penutup atap Ijuk, rumbia, alang- alang Berbagai daerah di Indonesia Sumber: Mediastika 2013 Secara umum dapat dipaparkan empat kelebihan penggunaan material alami atau buatan lokal, yaitu: 1. Menghemat biaya angkut; 2. Lebih sesuai dengan iklimkeadaan setempat; 3. Material lokal dapat menambah nilai estetika bangunan melalui ide-ide kreatif; 4. Memberikan dukungan bagi pertumbuhan industri setempat. Adapun kelemahan material lokal yakni kualitasnya mungkin kurang memadai. b. Material Bekas Selain penggunaan material lokal yang akan menghemat banyak energi dan penggunaan material yang menjaga kelestarian alam, penggunaan material bekas atau material daur ulang akan sekaligus memenuhi aspek hemat dan lestari. Menurut Ervianto 2012 material bekas merupakan sisa material konstruksi dan sampah lain yang bersumber dari aktivitas konstruksi, pembongkaran, dan pembersihan lahan di awal pelaksanaan proyek. Efek jangka pendek dari material bekas dapat menghemat biaya pembangunan, sementara efek jangka panjang yakni dapat membantu program pelestarian lingkungan yang hemat energi. Beberapa pakar Sustainable Construction di Indonesia, seperti Ahmad Tardiyana, Adi Purnomo, dan Eko Prawoto menyatakan bahwa penggunaan material bekas Tabel 2.4, sambungan Universitas Sumatera Utara 23 merupakan salah satu gerakan sustainable karena memanfaatkan kembali barang bekas merupakan upaya untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan. Menurut Skoyles 1976 dalam Asnuddin 2012 material bekas merupakan bagian dari limbah konstruksi. Berdasarkan penyebabnya, limbah konstruksi dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu indirect waste dan direct waste. Indirect waste adalah sisa material yang terjadi dalam bentuk pemborosan moneter loss akibat kelebihan pemakaian volume material dari yang direncanakan dan tidak terlihat sebagai limbah di lapangan. Sedangkan direct waste adalah sisa material yang timbul di proyek konstruksi karena rusak dan tidak dapat diperbaiki dan digunakan kembali selama proses konstruksi. Menurut Tchobanoglous dkk 1976 dalam Devia dkk 2010, sisa material konstruksi yang timbul selama pelaksanaan konstruksi dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu: 1. Demolition waste adalah sisa material yang timbul dari hasil pembongkaran atau penghancuran bangunan lama. 2. Construction waste adalah sisa material konstruksi yang berasal dari pembangunan atau renovasi bangunan milik pribadi, komersil dan struktur lainnya. Sisa material tersebut berupa sampah yang terdiri dari beton, batu bata, plesteran, kayu, sirap, pipa dan komponen listrik. Sehubungan dengan pembagian kategori sisa material bekas oleh Tchobanoglous dkk terjadinya sisa material konstruksi dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari beberapa sumber dan penyebab. Berikut adalah tabel sumber Universitas Sumatera Utara 24 dan penyebab terjadinya sisa material konstruksi menurut Gavilan dan Bemold 1994 dalam Devia dkk 2010: Tabel 2.5. Sumber dan penyebab terjadinya sisa material konstruksi Sumber Penyebab Desain  Kesalahan dalam dokumen kontrak  Ketidaklengkapan dokumen kontrak  Perubahan desain  Memilih spesifikasi produk  Memilih produk yang berkualitas rendah  Kurang memperhatikan ukuran dari produk yang digunakan  Desainer tidak mengenal dengan baik jenis-jenis produk yang lain  Pendetailan gambar yang rumit  Informasi gambar yang kurang  Kurang berkoordinasi dengan kontraktor kurang berpengetahuan tentang konstruksi Pengadaan  Kesalahan pemesanan, kelebihan, kekurangan, dsb.  Pesanan tidak dapat dilakukan dalam jumlah kecil  Pembelian material yang tidak sesuai dengan spesifikasi  Pemasok mengirim barang tidak sesuai dengan spesifikasi  Kemasan kurang baik, menyebabkan terjadi kerusakan dalam perjalanan Penanganan  Material yang tidak dikemas dengan baik  Material yang terkirim dalam keadaan tidak padatkurang  Membuang atau melempar material  Penanganan material yang tidak hati-hati pada saat pembongkaran untuk dimasukkan ke dalam gudang  Penyimpanan material yang tidak benar menyebabkan kerusakan  Kerusakan material akibat transportasi kedi lokasi proyek Pelaksanaan  Kesalahan yang diakibatkan oleh tenaga kerja  Peralatan yang tidak berfungsi dengan baik  Cuaca yang buruk  Kecelakaan pekerja di lapangan  Penggunaan material yang salah sehingga perlu diganti  Metode untuk menempatkan pondasi  Jumlah material yang dibutuhkan tidak diketahui karena perencanaan yang tidak sempurna Universitas Sumatera Utara 25  Informasi tipe dan ukuran material yang akan digunakan terlambat disampaikan kepada kontraktor  Kecerobohan dalam mencampur, mengolah, dan kesalahan dalam penggunaan material sehingga perlu diganti  Pengukuran di lapangan tidak akurat sehingga terjadi kelebihan volume Residual  Sisa pemotongan material tidak dapat dipakai lagi  Kesalahan pada saat memotong material  Kesalahan pesanan barang, karena tidak menguasai spesifikasi  Kemasan  Sisa material karena proses pemakaian Lain-lain  Kehilangan akibat pencurian  Buruknya pengontrolan material di proyek dan perencanaan manajemen terhadap sisa material Sumber: Jurnal Rekayasa Sipil. Vol.4, No.3, ISSN 1978-5658 2010: 195-203. Tabel 2.6. Jenis sampah asal kegiatan pembangunan dan cara pengelolaannya Sampah yang berasal dari kegiatan pembangunan Diolah kembali Didaur ulang Digunakan kembali Bahan organik: Kayu Dibakar dan abunya diserap kembali oleh akar tumbuhan Konstruksi atap kayu menjadi kusen dsb. Kusen, jendela, dan pintu yang masih dalam keadaan baik Kayu lapis Dibakar dan abunya diserap kembali oleh akar tumbuhan mengandung fenol formaldehide, senyawa kimia berbahaya Bekisting beton kayu lapis dapat menjadi pelat untuk langit- langit Bambu Dibakar dan abunya diserap kembali oleh akar tumbuhan Kertaskardus Dikumpulkan dan diproses ulang menjadi kertas kembali menghemat Pembungkus barang-barang Tabel 2.5, sambungan Universitas Sumatera Utara 26 ±50 energi Bahan anorganik: Tanah galian Tanah timbunan Tanah liat Dicetak dan dibakar menjadi batu bata, genteng tanah liat, dsb. Dicetak batu tanah liat Pasirkerikil Dicampur semen menjadi beton Lapisan kersik untuk jalan Ubingenteng beton Digiling menjadi pasir Lapisan pecahan batu untuk jalan Batu bata, genteng tanah liat Digiling menjadi semen merah Kaca Dilebur menjadi kaca baru Dipasang pada jendela yang lain Logam besi, baja, kaleng, dsb Dilebur menjadi logam baru Dipotongdilas dan dibentuk baru Digunakan sebagai tulangan dalam beton Bahan sintetis : Pipa plastik, dsb Diproses lagi menjadi bahan sintesis berkualitas rendah Dipotongdilem disambung pipa Cat sintetik Sisa digunakan pada tempat lain Sumber: Ilmu Bahan Bangunan Frick, 2010 Berikut dijelaskan Yoppy 2008 dalam Permana 2008 mengenai material-material bekas yang umum didapati dari bongkaran bangunan beserta karakteristiknya: a. Kayu Material kayu adalah jenis material yang paling banyak diperoleh dari bongkaran bangunan terutama rumah tinggal. Diantaranya berupa kusen yang masih lengkap, rangka atap, parket lantai, maupun elemen lainnya. Kayu merupakan elemen yang rentan terhadap air. Pada material bekas seringkali kayu mengalami kondisi yang lapuk sebagian. Penanganannya dapat dilakukan dengan mempernis ulang atau mengecatnya sesuai keperluan. Tabel 2.6, sambungan Universitas Sumatera Utara 27 Gambar 2.1. Pintu kayu bekas Sumber: www.homeworkshop.com Material bekas dari kayu yang sering diburu ialah kusen dan rangka bangunan. Rangka bangunan bisa berupa tiang, kuda-kuda atap, maupun gabungan keduanya. Tiang dan kuda-kuda bangunan zaman dahulu biasanya memiliki teknik pengerjaan tradisional dan susunan yang unik. Demikian juga terdapat ukiran pada batang-batang kayu yang digunakan. Pada bagian kusen yang cukup sering diburu ialah gebyok, yaitu pintu dengan bingkainya yang bercirikan etnik tertentu. Selain itu ada pula kusen dengan kaca patri yang kini diburu karena keindahannya. Kusen jenis ini biasanya diperoleh dari bongkaran bangunan tua zaman belanda. Dikarenakan makin tingginya kesadaran masyarakat untuk mempertahankan bangunan-bangunan tua terutama di daerah perkotaan, maka kusen seperti ini sulit didapat. Kalaupun ada berasal dari pembongkaran rumah- rumah zaman belanda yang berada di daerah pedesaan dan sangat jarang dijumpai. Setiap kusen bekas bongkaran sebenarnya dapat dimanfaatkan kembali, asalkan memenuhi kiteria yang diinginkan baik dari segi fungsional maupun Universitas Sumatera Utara 28 estetika. Bukan tidak mungkin dengan menggunakan kusen bekas dalam bangunan baru, kusen yang tadinya biasa-biasa saja bisa tampil lebih indah bersama elemen lain. Gambar 2.2. Kaca patri bekas Sumber: Falk, Bob and Guy, Brad. Unbuilding: Salvaging the Architectural Treasures of Unwanted Houses. Canada: Taunton, 2007 b. Metal Beberapa jenis dari material logam ini dapat dijumpai di bongkaran rumah tinggal, pabrik atau gudang sebagai perangkat-perangkat yang fungsional mulai kerangka furnitur, pagar, railing susuran tangga, teralis jendela, bahkan rangka atap. Baja dan baja ringan bisa diperoleh dalam wujud rangka atap dan genteng. Besi untuk kerangka pengikat beton, pintu aluminium, bingkai jendela atau atap seng. Stainless steel bisa diperoleh dalam wujud kitchen sink dan tandon air yang masih bisa dimanfaatkan. Umumnya logam merupakan material yang rentan terhadap karat dan korosi. Cara mengatasi masalah karat dan korosi adalah dengan memberi tambahan lapisan krom dan semacamnya. Untuk material metal bekas bongkaran Universitas Sumatera Utara 29 biasanya penanganan yang harus dilakukan ialah melapis ulang metal tersebut. Adapun pengecatan merupakan metode yang paling umum. Pemanfaatan rangka baja cukup tepat untuk perancangan bangunan yang berkesan ringan dan modern. Kesan rapi dan bersih mudah diperoleh dari penggunaan rangka baja. Rangka baja juga memungkinkan bentangan atap yang lebar jika dibutuhkan ruang yang lega di dalam bangunan. Sementara itu, pemanfaatan kitchen sink dan tandon air bekas lebih mengejar segi fungsional dan efisiensi biaya. Kitchen sink bekas berbahan stainless steel harganya tidak terpaut jauh dari kitchen sink aluminium baru, akan tetapi kualitas yang didapat lebih tinggi, karena stainless steel jauh lebih tahan karat dan penyok dibanding aluminium. Gambar 2.3. Kitchen sink bekas dapur hotel Sumber: www . dannyseo.typepad.com c. Keramik Dilihat dari segi fungsi, material keramik mencakup semua tegel beton dan keramik yang sudah umum dikenal, seperti marmer dan granit. Perbedaan antara Universitas Sumatera Utara 30 satu dan lainnya adalah bahan, tampilan, dan kualitas. Ubin keramik dapat dibagi atas beberapa kategori utama: keramik lantai dalam ruang dan luar ruang, biasanya ukuran luasannya per lembar lebih besar, keramik dinding kamar mandi KMWC, keramik lantai KMWC, keramik dapur dan keramik dinding luar. Tentu saja setiap kategori keramik memiliki karakter yang berlainan. Keramik lantai dalam ruang, misalnya, permukaannya bisa licin mengilap ataupun dof mat, sedangkan keramik luar ruang garasi, carport , taman, atau tempat cuci jemuran memiliki permukaan yang kasar. Kualitas keramik terutama untuk pemasangan di area KMWC mutlak diutamakan karena keramik di area ini akan sangat sering berkontaminasi dengan zat pembersih kimiawi yang dapat mengikis lapisan glasur pada permukaan keramik. Untuk material bekas berkesan antik yang sering diburu ialah tegel PC, karena antik sulit diperoleh dan produsennya tinggal sedikit serta harga baru yang tentu lebih mahal. Gambar 2.4. Meja makan yang memanfaatkan keramik bekas Sumber: www.vemale.com Universitas Sumatera Utara 31 d. Kaca Material bekas lainnya yang banyak ditemui pada sebuah rumah tinggal adalah kaca. Material kaca dengan tampilan berbagai bentuk, memberikan kreativitas yang tinggi pada desain-desain rumah modern. Seiring berkembangnya zaman, kini material kaca juga hadir dalam aneka bentuk dan kegunaan, seperti glassblock , aksesori tata ruang, dan lampu-lampu elegan. Selain itu, kaca dengan berbagai macam teknik penggarapan juga banyak diminati oleh pemburu material bekas, seperti kaca patri, sandblast , grafir, bevel, atau lukis painting . Bahkan ada pula kaca berlaminasi sejenis dengan kaca mobil yang pecahannya sulit beterbangan ke mana-mana jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya gempa bumi. Kaca sangat sulit dimodifikasi saat merancang, kecuali hanya memotong untuk memperkecil ukuran. Maka dari itu, pemilihan kaca bekas harus teliti agar sesuai dengan desain yang diinginkan. Gambar 2.5 Tirai sekat ruangan dari limbah botol kaca Sumber: www.ecoyouthtoyota.com Universitas Sumatera Utara 32

2.1.3. Siklus Material Bangunan