disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih sedang.
c. Tes Formatif III
Pemberian tes formatif III dimaksudkan untuk melihat tingkat kemampuan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah
pembelajaran siklus III. Soal tes terdiri dari 5 buah soal uraian yang berkenaan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika untuk
indikator yang akan diukur dapat dilihat pada lampiran 18 . Setelah dilakukan pengolahan data hasil tes siklus III, diperoleh
persentase kemampuan pemecahan masalah matematika siswa seperti yang terlihat pada tabel 14.
Tabel 14 Persentase Kemampuan pemecahan masalah matematika Siswa Pada
Siklus III Interval
f 55 - 60
2 5,56
61 - 66 5
13,89 67 - 72
6 16,67
73 - 78 11
30,55 79 - 84
7 19,44
85 - 90 5
13,89 Jumlah
36 100
Dari tabel diatas dapat diperoleh keterangan bahwa rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa 74,65. Siswa yang
mendapatkan nilai lebih dari nilai rata-rata sebanyak 23 orang yaitu 63,89 dan yang mendapat nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 13
orang yaitu 36,11. Hasil penilaian tes siklus III untuk indikator kemampuan pemecahan masalah matematika siswa 100 siswa dapat
memahami masalah, 82 siswa dapat merencanakan penyelesaian, 75 siswa dapat menyelesaikan masalah, 87 siswa melakukan pengecekan
kembali dapat dilihat pada lampiran 24. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
tinggi.
2. Analisis Hasil Observasi Kegiatan observasi yang dilakukan oleh seorang observer
pengamat, dimaksudkan untuk mengamati dan mencatat aktivitas siswa selama pembelajaran dengan metode resitasi. Adapun pengamatan
terhadap aktivitas siswa dilaksanakan selama pembelajaran pada tiap siklusnya.
Berdasarkan hasil kegiatan observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dari siklus pertama sampai siklus tiga, dapat dilihat
pada lampiran 2 menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi berlangsung baik.
Tabel 15 Statistik Deskriptif Peningkatan Aktivitas Siswa
Kemampuan Pemecahan Masalah Statistik
Skor Kategori
Siklus I 21,39
Sedang Siklus II
25,43 Sedang
Siklus III 27,59
Tinggi Pada siklus I skor kemampuan pemecahan masalah matematika
melalui lembar observasi mendapatkan skor dengan rata-rata 21,39 dengan kategori kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sedang, pada
siklus II skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat menjadi 25,43 dengan kategori kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa sedang. Hasil pengamatan pada siklus III diperoleh rata-rata skor aktivitas siswa sebesar 27,59 dengan kategori
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tinggi. Skor tersebut menunjukkan bahwa indikator keberhasilan sudah tercapai. Dari aspek
yang diamati kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan yang cukup baik, rata-rata skor pada aktivitas
bertanya, menjawab soal dengan benar, maju mengerjakan soal di papan
tulis menunjukkan peningkatan pada setiap siklus. Siswa tidak lagi kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
3. Perbandingan Nilai Siswa Pada Siklus I, II dan III Tabel 16
Perbandingan Nilai Siswa Pada Siklus I, II dan III
NILAI SISWA SIKLUS
I SIKLUS
II SIKLUS
III
Nilai Terbesar 80
82 90
Nilai Terkecil 45
47 55
Rata-rata 59,5
64,67 74,65
Median 57,7
65,17 75,23
Berdasarkan tebel 16 diatas dapat disimpulkan bahwa perbandingan nilai siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode resitasi yang
dilaksanakan dengan tiga siklus terdapat peningkatan, misalnya rata-rata nilai siswa, pada siklus I rata-ratanya 59,5, pada siklus II rata-ratanya
64,67 dan pada siklus III rata-ratanya 74,65. Ini menunjukkan bahwa perbandingan nilai siswa dari siklus I, siklus II, dan Siklus III mengalami
peningkatan, mulai dari nilai terbesar, nilai terkecil, rata-rata dan median. Tabel 17
Prosentase Kemampuan pemecahan masalah Matematika Siswa Pada Siklus I, II dan III
INDIKATOR SIKLUS
I SIKLUS
II SIKLUS
III
Memahami masalah 40
59 100
Merencanakan penyelesaian 32
52 92
Menyelesaikan masalah 28
58 75
Pengecekan kembali 20
70 87
Hasil belajar dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini karena seseorang yang sudah memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematika yang tinggi ditandai dengan hasil belajar yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne 1970 yang menyatakan bahwa
keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah. Pemecahan masalah merupakan kemampuan paling
tinggi, artinya jika siswa telah memiliki kemampuan pemecahan masalah maka otomatis siswa tersebut memiliki hasil belajar yang tinggi.
42
Dari tabel 13. terlihat jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 dari nilai tes keseluruhan meningkat dari mulai siklus I, II dan III. Indikator
keberhasilan penelitian ini yaitu 60 siswa mendapat nilai ≥ 70 dari nilai tes keseluruhan sudah tercapai pada siklus III. Sehingga penelitian ini
berhenti pada siklus III dimana jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70 dari sebanyak 23 siswa yaitu 63,89. Peningkatan skor kemampuan
pemecahan masalah matematika jika disajikan dalam dalam diagram berikut:
42
Eman Suherman. Et.al, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI h. 89
y
Gambar 8 Histogram Dan Poligon Skor Awal Dan Akhir
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Keterangan: : skor awal kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
: skor akhir kemampuan pemecahan masalah matematika siswa Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa siswa yang dipilih
diperoleh informasi bahwa pemberian metode resitasi memberikan nuansa belajar yang baru bagi siswa untuk terus berlatih menyelesaikan soal-soal
pemecahan masalah. Siswa yang kemampuan matematikanya masih rendah, dengan menggunakan metode ini memberikan pengaruh besar terhadap pola
belajar siswa tersebut. Seperti pernyataan yang dikatakan seorang siswa bahwa dia senang belajar di kelas dengan metode resitasi yang variatif, dia
merasa percaya diri karena dapat menyelesaikan soal-soal sulit secara mandiri.
18 16
14 12
10 8
6 4
2
42,5 48,5 54,5 60,5 66,5 72,5 78,5 84,5 90,5
x F
re k
u e
n si
Kelas Interval
D. Pembahasan Temuan Penelitian