hasil tes akhir siklus II sudah baik. Siswa yang daya serapnya tinggi terhadap materi yang diberikan diarahkan untuk menjadi tutor sebaya.
Kelompok pertama terdiri dari 18 siswa dan kelompok kedua terdiri dari 18 siswa. Hal ini dilakukan atas dasar temuan penelitian pada
siklus II dimana siswa yang maju ke depan adalah adalah siswa-siswa yang memang memiliki kemampuan di atas rata-rata pada pelajaran
matematika. Pemberian tugas dibantu tutor sebaya diprioritaskan untuk siswa yang nilainya masih dibawah rata-rata, dan penjelasan dilakukan
secara individu. Hal ini dilakukan agar siswa lebih terbuka untuk mengungkapkan kesulitannya.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada siklus III terdiri dari tiga kali pertemuan, materi ajar pada pertemuan pertama dan kedua adalah aplikasi SPLDV dalam
kehidupan serta penguatan materi sebelumnya. Sedangkan pada pertemuan ke tiga peneliti melakukan ujian tes siklus III. Adapun
uraian proses pembelajaran siklus III adalah sebagai berikut:
1. Pertemuan pertama Selasa, 26 Agustus 2008
Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 x 45 menit 2 jam pelajaran, dimulai pada pukul 07.00 sampai pukul 08.30. Pada
pertemuan ini semua siswa hadir. Guru matematika kelas VIII A hadir sebagai observer yang mengamati aktivitas siswa satu persatu
kemudian dicatat pada lembar observasi. Selain itu obsever juga melakukan penilaian pada peneliti ketika mengajar di kelas. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Kegiatan belajar mengajar dimulai dengan mereview materi cara mencari solusi atau himpunan penyelesaian SPLDV, dengan
memberikan satu contoh soal yang diselesaikan dengan 4 metode
grafik, subtitusi, eliminasi dan kombinasi. Kemudian peneliti dan siswa membahas tugas rumah yang diberikan sebelumnya.
Pada pertemuan kali ini peneliti membagi siswa menjadi 2 kelompok sesuai dengan nilai tes kemampuan pemecahan masalah
matematika. Kelompok pertama adalah siswa-siswa yang hasil tes akhir siklus II masih rendah berjumlah 17 orang dan kelompok
kedua adalah siswa-siswa yang hasil tes akhir siklus II sudah baik berjumlah 19 orang. Semua anggota kelompok dua berperan
menjadi tutor sebaya untuk semua anggota kelompok pertama. Karena jumlah siswa kelompok pertama dan kedua hampir
seimbang, maka terdapat 18 kelompok saling berpasangan. Pada saat pembagian kelompok suasana menjadi sangat ribut, bahkan
ada yang tidak mengerti cara pembagian kelompoknya. Setelah suasana kelas kondusif, kelompok pertama ditugaskan menjawab
soal pemecahan masalah sebanyak 5 soal dengan durasi waktu lebih lama yaitu 40 menit. Sedangkan kelompok dua ditugaskan
menjadi tutor sebaya. Kendala pada pertemuan ini adalah beberapa siswa minta diajari oleh satu orang siswa yang terpandai di kelas.
2. Pertemuan kedua Kamis, 28 Agustus 2008
Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 x 45 menit 2 jam pelajaran, dimulai pada pukul 10.30 sampai pukul 12.00. Pada
pertemuan ini ada 2 orang siswa yang tidak hadir karena sakit. Guru matematika kelas VIII A hadir sebagai observer yang
mengamati aktivitas siswa satu persatu kemudian dicatat pada lembar observasi. Selain itu obsever juga melakukan penilaian
pada peneliti ketika mengajar di kelas. Sebagaimana pertemuan pertama, proses belajar masih sama
seperti pertemuan kemarin. Tetapi suasana kelas lebih kondusif karena pembagian kelompok sama seperti pertemuan pertama.
Peneliti membagi siswa menjadi 2 kelompok sesuai dengan nilai
tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Kelompok pertama adalah siswa-siswa yang hasil tes akhir siklus II masih
rendah berjumlah 17 orang dan kelompok kedua adalah siswa- siswa yang hasil tes akhir siklus II sudah baik berjumlah 19 orang.
Semua anggota kelompok dua berperan menjadi tutor sebaya untuk semua anggota kelompok pertama. Karena jumlah siswa kelompok
pertama dan kedua hampir seimbang, maka terdapat 18 kelompok saling berpasangan. Kelompok pertama ditugaskan menjawab soal
pemecahan masalah sebanyak 5 soal dengan durasi waktu lebih lama yaitu 40 menit.
Pada pertemuan kedua ini, peneliti lebih ekstra membimbing siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah
dengan cara menyuruh mereka untuk mengerjakan soal ke depan. Jika siswa masih terlihat kesulitan dalam menjawab soal, peneliti
pun membimbingnya dalam menjawab soal. Agar waktu tidak terbuang banyak, 3 siswa maju ke depan secara bersamaan. Tetapi
setelah peneliti membimbing siswa satu persatu dengan baik dan siswa tidak putus asa mengerjakan latihan soal akhirnya secara
perlahan siswa dapat memahami materi dengan baik. Siswa yang dapat menyelesaikan latihan soal lebih awal
berperan sebagai tutor sebaya. Jika pada pertemuan sebelumnya masih terlihat siswa yang malas mengerjakan latihan, namun pada
pertemuan kali ini semua siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan aktif dalam mengerjakan soal-soal pemecahan
masalah yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 4. Setelah waktu belajar tersisa 10 menit lagi, siswa ditugaskan
membuat rangkuman materi bab SPLDV sistem persamaan linear dua variabel dari awal sampai akhir. Keunikan dari membuat
rangkuman ini adalah siswa tidak boleh melihat buku apapun. Siswa hanya mengandalkan ingatan mereka tentang materi.
Gambar 6 Situasi kelas pada saat siswa mendapat bimbingan ekstra
3. Pertemuan ketiga Kamis, 4 September 2008