Tahap perencanaan Tahap Perencanaan

pemecahan masalah yang diberikan peneliti dan penerapan beberapa metode pada soal. Pada siklus II ini peneliti memberikan pembahasan tentang solusi SPLDV dengan metode grafik, metode subtitusi, metode eliminasi dan metode kombinasi. Adapun rangkaian pelaksanaan penelitian siklus II adalah sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan siklus II ini dimulai dengan menyiapkan rencana pembelajaran, menyiapkan media dan materi ajar, menyiapkan soal latihan dan PR, menyiapkan soal tes akhir siklus II dan keperluan pembelajaran lainnya. Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses belajar masih menggunakan metode resitasi yang diaplikasikan dengan tugas quiz. Hal ini dilakukan atas dasar temuan penelitian pada siklus I dimana siswa cenderung mengobrol dan bercanda pada saat diskusi serta kurangnya percaya diri pada saat mempresentasikan hasil tugas diskusi. Pemberian tugas dengan quiz diprioritaskan untuk siswa yang nilainya masih dibawah rata-rata, dan penjelasan dilakukan secara individu. Hal ini dilakukan agar siswa lebih terbuka untuk mengungkapkan kesulitannya. Adapun materi yang akan peneliti berikan adalah solusi SPLDV dengan metode grafik, metode subtitusi, metode eliminasi dan metode kombinasi. Target pada siklus II ini yaitu hasil tes akhir siklus II menunjukkan 60 siswa mendapat nilai ≥ 70 dari tes kemampuan pemecahan masalah matematika.

b. Tahap pelaksanaan

Pada siklus II ini peneliti melaksanakannya dengan tiga kali pertemuan. Pembahasan yang akan peneliti berikan adalah tentang solusi SPLDV dengan metode grafik, metode subtitusi, metode eliminasi dan metode kombinasi. Adapun proses belajar mengajar pada siklus II ini adalah sebagai berikut :

1. Pertemuan Pertama Kamis, 14 Agustus 2008

Pada siklus II ini pelaksanaan dimulai pada hari Kamis, 14 Agustus 2008. Seperti pada siklus I kegiatan belajar mengajar dimulai pada pukul 10.30 sampai dengan 12.00. Hari ini semua siswa hadir. Pertemuan kelima ini, peneliti membahas materi solusi SPLDV dengan metode grafik dan metode subtitusi. Melalui contoh, peneliti menjelaskan cara mencari solusi atau himpunan penyelesaian SPLDV dengan metode grafik dan metode subtitusi. Kemudian dilanjutkan dengan pengaplikasian metode pada soal- soal pemecahan masalah. Peneliti juga memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami. Setelah 30 menit berlalu, berdasarkan hasil diskusi dengan guru kolaborator, peneliti memberikan quiz cepat tepat yang berisi soal-soal pemecahan masalah. Quiz ini berlangsung selama 30 menit dengan 15 soal pemecahan masalah. Aturannya, setelah soal ditulis di papan tulis, siswa mencari penyelesaiannya dengan 2 metode sekaligus di papan tulis tanpa membuat konsep dari tempat duduknya. Namun, pembelajaran tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa siswa kesulitan menjawab quiz karena belum membuat konsep dari tempat duduknya. Hal ini membuat siswa saling tunjuk ketika diminta maju ke depan. Sehingga hanya beberapa siswa saja yang maju ke depan, sedangkan siswa lain tidak berani maju ke depan. Dari hasil wawancara pada akhir pertemuan ke lima, didapat kesimpulan bahwa mereka belum percaya diri untuk mengerjakan langsung ke depan. Jika siswa yang maju ke depan dan menjawab benar akan mendapat reward. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan PR sebanyak 5 soal.

2. Pertemuan ke dua Selasa, 19 Agustus 2008

Sebagaimana pada pertemuan sebelumnya kegiatan belajar berlangsung selama 2 x 45 menit 2 jam pelajaran, dimulai pada pukul 07.00 sampai pukul 08.30. Hari ini 2 orang siswa tidak hadir karena sakit dan alpa. Pada pertemuan keenam ini peneliti membahas materi solusi SPLDV dengan metode eliminasi dan metode kombinasi. Melalui contoh, peneliti menjelaskan cara mencari solusi atau himpunan penyelesaian SPLDV dengan metode eliminasi dan metode kombinasi. Kemudian dilanjutkan dengan pengaplikasian metode pada soal-soal pemecahan masalah. Peneliti juga memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami. Setelah 30 menit berlalu, berdasarkan hasil diskusi dengan guru kolaborator, peneliti memberikan quiz cepat tepat yang berisi soal-soal pemecahan masalah. Quiz ini berlangsung selama 30 menit dengan 15 soal pemecahan masalah. Aturannya, setelah soal ditulis di papan tulis, siswa mencari penyelesaiannya dengan 2 metode sekaligus di tempat duduknya. Jika telah selesai siswa mengancungkan tangan, lalu maju ke depan. Siswa yang maju ke depan dan menjawab benar akan mendapat reward. Pada akhir pembelajaran peneliti memberikan PR sebanyak 5 soal.

3. Pertemuan Ke tiga Kamis, 21 Agustus 2008

Pada pertemuan ketujuh peneliti mengadakan ujian akhir siklus II. Ujian dimulai pada pukul 10.30 sampai dengan 12.00. Pada pertemuan kali ini dilaksanakan tes akhir siklus II untuk pokok bahasan solusi SPLDV dengan metode grafik, metode subtitusi, metode eliminasi dan metode kombinasi. Soal tes berbentuk essay berjumlah 5 soal yang disesuaikan dengan indikator pembelajaran yang ingin dicapai untuk pokok bahasan tersebut dapat dilihat pada lampiran 15. Tes dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, karena perhitungan memerlukan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat penguasaan materi yang telah diajarkan dan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pemecahan masalah matematika antara siklus I dengan siklus II. Ketika pelaksanaan tes akhir siklus II, sebagian besar siswa tampak tekun dalam mengerjakan soal dapat dilihat pada lampiran 4. Ketergantungan siswa terhadap teman dalam menjawab soal mulai berkurang dibandingkan siklus I. Namun ada 3 orang siswa yang belum dapat menyelesaikan soal tes tepat dengan waktu yang telah ditentukan. Sehingga peneliti memberikan perpanjangan waktu selama 5 menit.

c. Tahap observasi

Tahap ini pada dasarnya berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan oleh guru kolaborator yang mencatat seluruh aktivitas siswa dan hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan aktivitas siswa melalui lembar observasi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7 Skor Rata-rata aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Matematika Siklus II Rata-rata Pertemuan Ke- No Aspek yang diamati 5 6 Rata-rata Total 1 Membawa peralatan dan sumber belajar matematika 3,66 3,66 3,66 2 Memperhatikan penjelasan guru 2,88 2,89 2,88 3 Bertanya pada guru jika ada materi yang kurang jelas 2,43 2,48 2,45 4 Mengerjakan tugas yang 2,68 2,74 2,71 Keterangan: Skala penilaian rata-rata setiap aspek: Skala penilaian jumlah rata-rata: 1 : dilakukan kurang baik 9 – 17 : pemecahan masalah rendah 2 : dilakukan cukup baik 18 – 26 : pemecahan masalah sedang 3 : dilakukan dengan baik 27 – 36 : pemecahan masalah tinggi 4 : dilakukan sangat baik Pada tabel 7 terlihat bahwa dari 9 aspek yang diamati melalui lembar observasi pada pertemuan 4, 5 dan 6 didapatkan rata-rata 25,43 dengan kategori kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada tingkat sedang. Skor yang diperoleh mengalami peningkatan dibandingkan siklus I. Siswa lebih mampu menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah. Hal itu terlihat dari keaktifan siswa dalam belajar, tertantang dengan soal-soal yang sulit dan bertanggung jawab dengan soal-soal yang diberikan. Kemampuan pemecahan masalah matematika selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:

1 Memahami Masalah

Pemahaman siswa pada soal pemecahan masalah dalam belajar matematika pada siklus II mengalami peningkatan dapat dilihat pada lampiran 22. Pada siklus II ini, metode pemberian tugas diaplikasikan dengan quiz. Hal ini dilakukan diberikan guru sampai selesai 5 Mengoreksi atau membenarkan jawaban teman 2,69 2,71 2,70 6 Menjawab soal dengan benar 2,48 2,58 2,53 7 Mengerjakan soal ke depan kelas 2,63 2,77 2,70 8 Berusaha mendapat nilai bagus poin 2,85 2,87 2,86 9 Mengumpulkan tugas tepat waktu 2,93 2,95 2,94 Jumlah 25,43 untuk memperbaiki siklus I yang mana pada saat mengerjakan tugas belum terjadi pembagian tugas secara merata, tugas tersebut dikerjakan hanya oleh satu orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam pelajaran matematika. Dan untuk mengantisipasinya pemberian tugas diaplikasikan dengan quiz.

2 Merencanakan Penyelesaian

Pada siklus II ini perencanaan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan mengalami peningkatan yang cukup baik dapat dilihat pada lampiran 22. Hal itu disebabkan karena siswa mulai beradaptasi atau terbiasa dengan soal-soal pemecahan masalah dan pemahaman siswa pada soal yang diberikan mengalami kemajuan dapat dilihat pada lampiran 4. Pada siklus I sebagian besar siswa masih belum berani maju ke depan dan sering mengeluh ketika diberikan soal-soal yang sulit. Namun pada siklus II mereka sudah mulai terbiasa untuk menulis ringkasan dari soal pemecahan masalah yaitu merencanakan variabel mana yang sudah diketahui dan variabel mana yang ditanyakan karena terlebih dahulu mereka telah membuat konsep. Pada pertemuan kedua, hal itu sudah tidak terjadi lagi. Mereka sudah mulai berkompetisi untuk maju ke depan. Aturan quiz yang diubah memudahkan mereka ke tahap selanjutnya yaitu merencanakan langkah penyelesaian masalah.

3 Menyelesaikan Masalah

Cara mereka menyelesaikan soal pemecahan masalah pada siklus II mengalami peningkatan yang baik dapat dilihat pada lampiran 22. Hal ini terlihat dari kesamaan cara menyelesaikan masalah dengan perencanaan penyelesaian. Seperti pada pertemuan kedua, sebelum siswa maju ke depan, mereka telah membuat perencanaan penyelesaian di tempat duduk. Ketika maju ke depan, mereka hanya meneruskan konsep perencanaan penyelesaian soal. Namun hal ini hanya dilakukan oleh siswa yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah tinggi Pada pertemuan ke tiga dilaksanakan tes akhir siklus II. Pada siklus I masih ada beberapa siswa yang tidak bisa menjawab semua soal. Namun pada siklus II ini, sudah tidak terjadi lagi. Ketergantungan siswa pada temannya dalam menjawab soal pun telah berkurang. Namun ada 3 orang siswa yang belum dapat menyelesaikan soal tes tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sehingga peneliti memberikan perpanjangan waktu selama 5 menit.masih sangat terlihat. Beberapa siswa terlihat kesulitan menjawab soal.

4 Pengecekan Kembali

Beberapa siswa yang pada siklus I lupa mengoreksi kembali hasil pekerjaan mereka, pada siklus II sudah mulai menunjukkan peningkatan yang cukup baik dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 22. Hal ini terlihat pada saat mereka maju ke depan untuk menyelesaikan soal pada quiz, sebelum mereka kembali ke tempat duduk, mereka mengoreksi hasil pekerjaan mereka terlebih dahulu di papan tulis. Pembelajaran pada siklus II ini secara umum dapat dikatakan sudah baik. Terlihat dari antusias siswa menjawab soal, namun siswa belum maksimal dalam memahami masalah yang ada pada soal, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan soal dan memeriksa kembali jawaban soal. Gambar 4 Situasi kelas pada saat quiz kedua berlangsung Berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pengajaran guru oleh observer menunjukkan peneliti melaksanakan pengajaran dengan baik, hasil observasi dapat dilihat pada lampiran 3. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari tes akhir siklus II pada pertemuan ketujuh, sebagai berikut: Tabel 8 Nilai Tes Akhir Siklus II Interval Frekuensi f relatif f relatif kumulatif 47 – 52 4 0,1111 100 53 – 58 6 0,1667 88,89 59 – 64 7 0,1944 72,22 65 – 70 9 0,25 52,78 71 – 76 6 0,1667 27,78 77 – 82 4 0,1111 11,11 Keterangan : Rata-rata = 64,67; Nilai tertinggi = 82; Nilai terendah = 47 Dari tabel 8 terlihat siswa yang mendapatkan nilai ≥ 70 dari sebanyak 12 orang yaitu 33,33 dan yang mendapat nilai kurang dari nilai rata-rata sebanyak 24 orang yaitu 66,67. Perolehan nilai tes mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Meskipun kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sudah mengalami peningkatan yang cukup baik namun target 60 siswa mendapat nilai ≥ 70 dari nilai tes belum tercapai. Terdapat 24 siswa yang mendapat nilai kurang dari 70. Kekurangan pada siklus II ini yaitu masih ada 3 orang siswa yang mendapat nilai dibawah 50 serta mereka juga terlihat pasif ketika quiz dapat dilihat pada lampiran 4. Hasil tes akhir siklus II disajikan dalam histogram dan poligon sebagai berikut: Gambar 5 Histogram dan Poligon Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus II d. Tahap Refleksi Pada tahap ini peneliti dituntut untuk lebih kerja keras lagi untuk mencapai standar yang diinginkan. Setelah melihat kekurangan dari siklus I ternyata pada siklus II ini belum sepenuhnya bisa memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Hal ini terlihat pada saat quiz berlangsung, siswa yang maju ke depan adalah siswa-siswa yang 10 8 6 4 2 44,5 50,5 56,5 62,5 68,5 74,5 80,5 x y F re k u e n si Interval Data memang memiliki kemampuan di atas rata-rata pada pelajaran matematika. Sehingga siklus pun berlanjut kepada siklus III. Pada pokok bahasan yang memerlukan banyak perhitungan ternyata siswa memerlukan bimbingan yang lebih dalam karena dalam mengerjakan soal pemecahan masalah pada saat quiz memerlukan ketelitian dalam menghitung serta pemahaman yang baik terhadap materi yang diberikan. Berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan kelima, agar jawaban quiz langsung diselesaikan di depan ternyata membuat siswa tidak fokus dalam menyelesaikan soal. Mereka justru kebingungan dan grogi mencari jawaban soal langsung di depan. Sehingga pada pertemuan keenam dilakukan refleksi agar aturan quiz diubah menjadi; siswa boleh membuat konsep dan menjawab soal di tempat duduk sebelum maju ke depan . Hal ini membuat siswa antusias menjawab quiz. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II yang terdiri dari tiga pertemuan, diperoleh informasi bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan yang cukup baik dibanding siklus I .Namun melalui lembar observasi didapatkan bahwa siswa masih memiliki kemampuan pemecahan masalah matematika dalam kategori sedang dan memberikan hasil yang maksimal indikator keberhasilan belum tercapai. Masih ada 24 siswa yang nilai tes akhir siklusnya kurang dari 70, sehingga diputuskan untuk melaksanakan siklus III. Pada pembelajaran siklus III pembelajaran di kelas sebaiknya guru lebih mengontrol siapa saja yang masih memerlukan bimbingan. Untuk itu pada pertemuan selanjutnya siswa dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama siswa-siswa yang nilai tesnya masih rendah, dimana berdasarkan pengamatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tersebut belum mengalami peningkatan yang cukup baik. Pada kelompok ini guru memberikan bimbingan lebih ekstra agar siswa benar-benar memahami materi yang diberikan. Kelompok kedua adalah siswa-siswa yang hasil belajarnya sudah baik, dimana berdasarkan pengamatan siswa-siswa tersebut sudah mengalami peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika yang cukup baik. Guru juga mengarahkan siswa-siswa yang memiliki daya serap yang tinggi serta pemahamannya terhadap materi cukup baik menjadi tutor untuk membantu teman-teman yang masih kesulitan mempelajari materi.

3. Siklus III

Pada siklus III ini merupakan tindak lanjut dari siklus II. Siklus III ini lebih memfokuskan siswa yang memiliki nilai tes di bawah rata-rata agar lebih memahami bentuk soal-soal pemecahan masalah yang diberikan peneliti dan penerapan beberapa metode pada soal. Pada siklus III ini peneliti memberikan pembahasan tentang Aplikasi SPLDV dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tahap-tahap siklus III ini adalah sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan siklus III dimulai dengan menyiapkan rencana pembelajaran, menyiapkan materi ajar, menyiapkan soal latihan dan PR, menyiapkan soal tes akhir siklus III dan keperluan pembelajaran lainnya. Pada siklus ini peneliti mengulang kembali materi tentang mencari himpunan penyelesaian SPLDV. Pada siklus III peneliti menjelaskan tentang aplikasi SPLDV dalam kehidupan. Pembelajaran dilakukan dengan metode resitasi yang dibantu tutor sebaya. Metode ini dipilih agar siswa lebih aktif dalam belajar matematika dan lebih bermakna bagi siswa. Berdasarkan hasil refleksi siklus II, pembelajaran siklus III dibagi dalam dua kelompok, kelompok pertama siswa-siswa yang hasil tes akhir siklus II masih rendah dan kelompok kedua siswa-siswa yang hasil tes akhir siklus II sudah baik. Siswa yang daya serapnya tinggi terhadap materi yang diberikan diarahkan untuk menjadi tutor sebaya. Kelompok pertama terdiri dari 18 siswa dan kelompok kedua terdiri dari 18 siswa. Hal ini dilakukan atas dasar temuan penelitian pada siklus II dimana siswa yang maju ke depan adalah adalah siswa-siswa yang memang memiliki kemampuan di atas rata-rata pada pelajaran matematika. Pemberian tugas dibantu tutor sebaya diprioritaskan untuk siswa yang nilainya masih dibawah rata-rata, dan penjelasan dilakukan secara individu. Hal ini dilakukan agar siswa lebih terbuka untuk mengungkapkan kesulitannya.

b. Tahap Pelaksanaan