reaksi, sehingga persen konversi asam lemak tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kondisi tersebut, maka untuk pengamatan berikutnya ditetapkan waktu reaksi selama 48
jam dengan pertimbangan bahwa persen konversi asam lemak telah konstan pada waktu reaksi 48 jam.
Sintesis lauroil-N-metil glukamida memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai konversi konstan dibandingkan sintesis lauroil dietanolamida. Hal ini
diperkirakan karena lauroil N-metil glukamida menggunakan sumber amina rantai panjang C6 berbanding lauroil-dietanolamida yang menggunakan sumber amin rantai
pendek C3.
4.1.3 Pemilihan jenis pelarut
Enzim lipase dapat bekerja dengan baik pada pelarut organik Gautam dan Tyagi, 2005. Untuk itu, empat jenis pelarut organik isopropil alkohol log P=0,05, tert-
butanol log P=0,4, tert-amil alkohol log P=1,5 dan n-heksan log P=3,5, dipilih untuk digunakan dalam sintesis.
a Sintesis lauroil-dietanolamida
Perbandingan keempat jenis pelarut organik tersebut terlihat pada Gambar 4.3 dimana reaksi amidasi asam laurat dengan dietanolamina dengan melibatkan enzim
lipase memberikan hasil yang baik pada pelarut n-heksan logP=3,5. Pemilihan pelarut n-heksan juga didasarkan atas studi yang dilakukan oleh Rahman, dkk. 2003 yang
menyatakan bahwa n-heksan, benzen dan heptan merupakan pelarut yang memberikan hasil yang baik pada sintesis alkanolamida. Penggunaan n-heksan mempunyai beberapa
keunggulan antara lain toksisitas n-heksan lebih rendah serta n-heksan bersifat inert, sehingga tidak mereduksi campuran produk.
Pengamatan yang dilakukan oleh Basri, dkk. 1997 pada sintesis enzimatik ester asam lemak menunjukkan hasil yang sama, dimana mereka mengamati bahwa aktivitas
lipase lebih tinggi pada pelarut organik non polar dengan nilai log P lebih besar dari 2. Hanya saja, menurut Faber 1997, pelarut dengan log P bernilai 2 sampai 4
seperti n-heksan, melarutkan hanya sejumlah kecil air, dan penggunaannya pada reaksi enzimatik harus lebih berhati-hati karena aktivitas enzim pada penggunaan pelarut ini
tidak dapat diprediksi. n-Heksan merupakan pelarut non polar, yang tidak menghilangkan air esensial enzim, dan membiarkan molekul enzim dalam penyesuaian
aktifnya. Pelarut ini juga mempunyai struktur rantai lurus yang tidak besar yang mana hal ini sangat berlawanan dengan ketiga pelarut non polar lainnya yang digunakan yang
mempunyai rantai cabang.
Gambar 4.3
Penentuan Jenis Pelarut pada Sintesis Lauroil-dietanolamida dari AL+DEA Rasio DEA:AL 2:1, Konsentrasi Novozym 10
b:b AL, T=30
o
C, t = 24 jam
b Sintesis lauroil-N-metil glukamida
Hasil penentuan jenis pelarut pada sintesis lauroil-N-metil glukamida ditunjukkan pada Gambar 4.4. Terlihat bahwa reaksi amidasi dengan melibatkan enzim
lipase memberikan hasil yang baik pada pelarut tert-amil alkohol. Tert-amil alkohol merupakan pelarut yang protic-polar dimana bukan merupakan substrat lipase dan
bersifat non-toksik. Pelarut ini sudah digunakan untuk sintesis alkanolamida dari asam oleat yang dikatalisis oleh enzim lipase. Kelarutan N-metil-glukamina di dalam pelarut
ini adalah 6 gliter pada 55
o
C Maugard, dkk. 1998. Perbedaan keaktifan enzim pada berbagai jenis pelarut disebabkan karena tingkat perubahan dari hidrasi enzim
dipengaruhi oleh pelarut dan bukan karena efek langsung pelarut terhadap enzim atau substrat Ee Lin Soo, dkk. 2003.
Pada penelitian ini, satu mol asam laurat yang direaksikan dengan 1 mol N-metil glukamina akan menghasilkan 1 mol lauroil-N-metil glukamida dan satu mol air.
Keberadaan air akan mengganggu kesetimbangan dan mengurangi perolehan amida karena air akan bereaksi dengan ester laurat menjadi asam laurat. Penggunaan tert-amil
alkohol log P=1,5 yang bersifat hidrofilik kelihatannya justru bermanfaat pada sintesis ini karena tert-amil alkohol mengambil air yang terbentuk dan membiarkan air essensial
yang diperlukan oleh enzim sehingga keaktifan enzim tetap terjaga.
47.9 43.4
40.6 46.3
36 38
40 42
44 46
48 50
n h
e k
s a
n is
o pr
op an
ol te
rt bu
ta n
o l
te rt a
m ilal
k o
h o
l
Je n
is P e
lar u
t
Konversi
Gambar 4.4 Penentuan Jenis Pelarut pada Sintesis Lauroil- N-metil glukamida
dari AL+MGL Rasio MGL:AL 2:1, Konsentrasi Novozym 10 b:b AL, T=30
o
C, t = 24 jam
Pengamatan yang sama juga diperoleh Bouquet, dkk. 1999 pada sintesis α-
butil glukosida menggunakan lipase dalam pelarut organik tert-amil alkohol. Diamati bahwa tert-amil alkohol merupakan pelarut yang inert dan sesuai untuk digunakan
karena dapat melarutkan baik substrat asil maupun alkohol.
4.1.4 Penentuan rasio pelarut