Analisis pengaruh variabel a

c Asumsi independensi Asumsi independensi bertujuan untuk mengetahui apakah antara sesama variabel bebas saling berhubungan atau berkorelasi. Gambar 4.30 digunakan untuk memeriksa residual dengan order model pada sintesis oleoil-dietanolamida. Dari plot pada Gambar 4.30 terlihat bahwa sebaran data residual versus urutan order cenderung acak dan tidak berpola, sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi independensi dipenuhi. Gambar 4.30 Plot Residual dengan Order Model pada Sintesis Oleoil-dietanolamida

4.3.3.4. Analisis pengaruh variabel a

Pengaruh konsentrasi enzim dan rasio molar substrat Kurva yang dihasilkan pada Gambar 4.31 menunjukkan plot respon kontur dan respon permukaan, pada pengamatan pengaruh konsentrasi enzim dan rasio mol dietanolamina:asam oleat terhadap persen konversi asam oleat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa konversi asam oleat akan meningkat baik pada level konsentrasi enzim rendah maupun tinggi, akan tetapi hanya pada rasio mol dietanolamina:asam oleat DEA:AO 1,5:1 sampai 1:1. Manakala pada peningkatan rasio mol DEA:AO maka akan menurunkan konversi asam oleat hingga 40 jika konsentrasi enzim 8 – 10 b:v AO, dimana nilai konversi ini merupakan nilai minimum. Hasil ini berlawanan dengan sintesis alkanolamida dari asam laurat dengan dietanolamina, dimana pada konsentrasi Novozym 8-10 konversi asam laurat justru bernilai maksimum. Observat ion Order R e s id u a l 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 30 20 10 -10 -20 Sumber Amina : Dietanolamina Sumber Asam lemak : Asam Oleat Pelarut, Enzim : n-heksan, Novozym 435 Konsentrasi enzim : 6,64; 8; 10; 12; 13,36 bv asam oleat Rasio mol DEA : AO : 1,3:1 ; 2:1 ; 3:1 ; 4:1 ; 4,7:1 Rasio pelarutamina : 21 vb asam laurat Temperatur : 41,6 o C; 45 o C; 50 o C; 55 o C; 58,4 o C Waktu reaksi : 24 jam Gambar 4.31 Respon Permukaan dan Kontur dari Plot Konsentrasi Enzim dan Rasio Mol Dietanolamina:Asam Oleat pada Optimasi Sintesis Oleoil-dietanolamida Konsent rasi Novozym b v AO R a s io m o l D E A :A O 90 84 78 78 72 66 66 60 54 48 42 13 12 11 10 9 8 7 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 Konv e r si 40 60 6 Konse nt r a sii Nov ozy m b v A O 8 10 12 K i 80 100 O 2 4 3 Ra s 2 1 4 sio m ol DEA :A O Menurut De Zoete, dkk. 1996 hal ini kelihatannya karena reaksi menggunakan substrat asam oleat lebih lambat bila menggunakan lipase dari C.antarctica Novozym 435 dibandingkan lipase jenis lainnya. Fenomena permukaan kontur menunjukkan bahwa nilai maksimum konversi oleoil-dietanolamida dapat diperoleh apabila rasio mol dietanolamina:AO adalah 1,5:1 – 1:1, dan konsentrasi biokatalis 6-8. Pada kondisi reaksi ini, dapat diperoleh konversi amida mencapai 85,79. Hal ini diikuti dengan tinjauan bahwa untuk penggunaan rasio mol amina yang lebih besar 3:1 baik pada level konsentrasi biokatalis yang rendah atau tinggi diperoleh penurunan konversi produk. Sama seperti sintesis lauroil-dietanolamida, sintesis oleoil-dietanolamida juga optimal jika digunakan n-heksan sebagai pelarut. Selain dari tingkat polaritas pelarut sebagaimana yang didiskusikan sebelumnya, struktur kimia dan alami pelarut juga memegang peranan penting dalam memastikan kemampuan pelarut untuk digunakan pada reaksi berkatalis enzim. Sintesis dietanolamida cenderung lebih sesuai menggunakan pelarut organik non polar karena jika digunakan pelarut polar seperti asetonitril dan etil asetat maka pelarut akan mengambil air dari molekul enzim, sehingga aktivitas dan penyesuaiannya berkurang. n-Heksan merupakan pelarut non polar, yang tidak menghilangkan air esensial enzim, dan membiarkan molekul enzim dalam penyesuaian aktifnya. Pelarut ini juga mempunyai struktur rantai lurus yang tidak besar dimana hal ini berbeda dengan ketiga pelarut polar lainnya yang digunakan yaitu tert-butanol, tert-amil alkohol dan isopropanol yang mempunyai rantai cabang. Ee Lin Soo, dkk. 2003 sebelumnya juga melaporkan bahwa penurunan yield sejalan dengan peningkatan jumlah cabang dari pelarut. b Pengaruh konsentrasi enzim dan temperatur Pengamatan pengaruh konsentrasi enzim dan temperatur terhadap konversi ditunjukkan pada Gambar 4.32. Dari kurva yang dihasilkan terlihat bahwa ekspresi respon temperatur dan konsentrasi enzim pada nilai center point adalah bernilai minimum. Manakala pada konsentrasi Novozym 435 ® 6 dan 13, konversi asam oleat bernilai maksimum pada level temperatur 42,6 C dan 58,4 C. Selain daripada itu, peningkatan temperatur maupun penurunan temperatur, keduanya akan meningkatkan konversi secara nyata. Lebih lanjut diamati bahwa peningkatan konsentrasi akan meningkatkan konversi pada penggunaan konsentrasi enzim yang sesuai. Dari kontur pada Gambar 4.32, dapat diketahui bahwa dengan mendesain kondisi temperatur pada 55°C-60°C serta konsentrasi Novozym pada 12 - 13 dapat menghasilkan perolehan konversi oleoil-dietanolamida yang maksimum. Sumber Amina : Dietanolamina Sumber Asam lemak : Asam Oleat Pelarut, Enzim : n-heksan, Novozym 435 Konsentrasi enzim : 6,64; 8; 10; 12; 13,36 bv asam oleat Rasio mol DEA : AO : 1,3:1 ; 2:1 ; 3:1 ; 4:1 ; 4,7:1 Rasio pelarutamina : 21 vb asam laurat Temperatur : 41,6 o C; 45 o C; 50 o C; 55 o C; 58,4 o C Waktu reaksi : 24 jam Gambar 4.32 Respon Permukaan dan Kontur dari Plot Konsentrasi Enzim dan Temperatur pada Optimasi Sintesis Oleoil-dietanolamida Konsent rasi Novozym b v AO T e m p e r a t u r o C 70 65 60 60 60 55 55 50 45 70 65 60 60 60 55 55 50 45 13 12 11 10 9 8 7 58 56 54 52 50 48 46 44 42 Konv e r si 50 60 6 Konse nt r a sii Nov ozy m b v A O 8 10 12 K i 70 80 O 2 5 50 T e 45 40 55 e m pe r a t ur oC Penelitian oleh Ee Lin Soo, dkk. 2003 juga menunjukkan bahwa penggunaan sejumlah besar enzim secara signifikan akan meningkatkan jumlah donor asil yang membentuk kompleks asil-enzim, sehingga akan meningkatkan konversi asam lemak. Ee Lin Soo, dkk. 2003 juga mengamati bahwa asam oleat merupakan substrat terbaik diikuti dengan asam palmitat. Hanya saja Ee Lin Soo, dkk. 2003 belum mengamati sintesis surfaktan asam amino jika menggunakan asam laurat. c Pengaruh temperatur dan rasio mol substrat Menurut Maugard, dkk. 1998, alkanolamina tidak larut dalam pelarut hidrofobik seperti n-heksan, akan tetapi dengan adanya asam oleat, alkanolamina akan larut dengan membentuk pasangan ion; kelarutan alkanolamina akan meningkat dengan meningkatnya rasio asam:amina. Jika rasio asam:amina adalah 6 maka 100 alkanolamina akan terlarut. Hanya saja penggunaan asam berlebih akan memicu terbentuknya ester. Untuk itu pada optimasi sintesis oleoil-dietanolamida tidak digunakan asam oleat berlebih, serta diatur rasio molar substrat yang tepat agar dihasilkan amida yang maksimum dan ester yang minimum. Plot respon permukaan dan respon kontur yang diperoleh diberikan pada Gambar 4.33. Respon permukaan pada Gambar 4.33 menunjukkan bahwa pada konsentrasi Novozym 6,64 , perolehan persen konversi oleoil-dietanolamida meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur, manakala reaksi dengan perolehan produk terbesar berada pada kondisi temperatur 55 – 60 o C yaitu mencapai 85. Selain daripada itu respon kontur juga menunjukkan bahwa untuk mendapatkan perolehan persentase produk dietanolamida yang maksimum, variabel temperatur dapat didesain 55-60°C dan level rasio mol DEA:AO pada 2:1 sampai 1:1. Pada kondisi tersebut, perolehan konversi dapat mencapai 85,79. Temperatur reaksi pada plot ini terlihat memberikan pengaruh yang lebih besar daripada rasio mol substrat terhadap pembentukan oleoil- dietanolamida. Pada kondisi temperatur 60°C, peningkatan rasio mol pada awalnya mampu meningkatkan perolehan dengan cukup besar, tetapi pada akhirnya justru memberikan penurunan perolehan yang cukup tajam, dimana perolehan minimum 40 diperoleh pada rasio mol DEA:AO maksimum 4,7:1. Fenomena ini berhubungan dengan adanya hambatan oleh produk pada reaksi enzimatis. Dalam hambatan produk, aktifitas enzim secara langsung dipengaruhi oleh konsentrasi substrat dan produk didalam lingkungan mikro enzim Mangunwidjaja dan Suryani, 1994. Pada kondisi ini hambatan produk berasal dari telah penuhnya ruang aktif enzim yang berikatan dengan substrat, sehingga enzim tidak mampu lagi mensintesa substrat. Sumber Amina : Dietanolamina Sumber Asam lemak : Asam Oleat Pelarut, Enzim : n-heksan, Novozym 435 Konsentrasi enzim : 6,64; 8; 10; 12; 13,36 bv asam oleat Rasio mol DEA : AO : 1,3:1 ; 2:1 ; 3:1 ; 4:1 ; 4,7:1 Rasio pelarutamina : 21 vb asam laurat Temperatur : 41,6 o C; 45 o C; 50 o C; 55 o C; 58,4 o C Waktu reaksi : 24 jam Gambar 4.33 Respon Permukaan dan Kontur dari Plot Temperatur dan Rasio Mol Substrat pada Optimasi Sintesis Oleoil-dietanolamida Rasio mol DEA:AO T e m p e r a t u r o C 80 70 60 60 50 40 80 70 60 60 50 40 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 58 56 54 52 50 48 46 44 42 Konversi 40 60 1 Ra 2 asio m ol DE 3 4 EA:AO Konversi 80 100 4 5 50 T 45 40 5 55 Tem peratur oC Dari pengamatan respon permukaan dan respon kontur untuk pengaruh rasio mol substrat, konsentrasi Novozym dan temperatur terhadap persen konsersi asam oleat didapati bahwa nilai pusat center point yang digunakan pada sintesis oleoil- dietanolamida justru menghasilkan persen konversi yang minimum manakala pada sintesis lauroil-dietanolamida bernilai maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dan level untuk desain eksperimen lauroil-dietanolamida tidak dapat langsung digunakan sebagai variabel dan level untuk desain eksperimen oleoil- dietanolamida. Dengan kata lain, untuk setiap sintesis suatu alkanolamida harus terlebih dahulu dilakukan penelitian pendahuluan untuk mencari nilai perkiraan optimum untuk setiap variabel. Dari kedua jenis substrat asam lemak yang digunakan, asam laurat kelihatan lebih efisien jika digunakan sebagai donor asil, walaupun asam oleat juga memberikan hasil yang cukup baik. Ini disebabkan karena kecenderungan Novozym untuk lebih memilih asam lemak rantai pendek dan sedang, sementara Lipozyme lebih memilih asam lemak rantai panjang Soledad, dkk. 2000. Maugard, dkk. 1998 melakukan reaksi amidasi metil ester asam lemak dengan N-metil glukamina secara enzimatik dan memperoleh surfaktan alkanolamida dengan komposisi 80 amida, 15 amida ester dan 5 N-metil-glukamina. Pada komposisi ini, untuk bahan baku industri, tidak diperlukan pemisahan campuran dan dapat langsung digunakan untuk formulasi kosmetika.

4.3.4 Pembesaran skala menggunakan bioreaktor