Karakteristik Pembelajaran Kontekstual Pendekatan Contextual Teaching and Learning

d. Mempraktikan pengetahuan dan pengalaman tersebut applying knowledge, artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. e. Melakukan refleksi reflecting knowledge terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. Banyak cara efektif untuk mengaitkan pengajaran dan pembelajaran dengan konteks situasi sehari-hari siswa. Oleh sebab itu menurut Elaine B. Johnson , ada enam strategi dalam mengaitkan pengajaran dan pembelajaran kontekstual yaitu: 14 1. Ruang kelas tradisional yang mengaitkan materi dengan konteks siswa. 2. Memasukkan materi dari bidang lain dalam kelas. 3. Mata pelajaran yang tetap terpisah, tetapi mencakup topik-topik yang saling berhubungan. 4. Mata pelajaran yang menyatukan dua atau lebih disiplin. 5. Menggabungkan sekolah dan pekerjaan: a. Pembelajaran berbasis pekerjaan b. Jalur karier c. Pengalaman kerja berbasis sekolah 6. Model kuliah kerja nyata atau penerapan terhadap hal-hal yang dipelajari di sekolah ke masyarakat. Dalam proses pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan metode belajar yang yang membantu semua guru mempraktikkan dan mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi yang ada di lingkungan siswa dan menuntut siswa membuat hubungan beberapa pengetahuan yang pernah dialami siswa dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 15 14 Elaine B. Johnson, Op.Cit,, h. 99 15 Sofan Amri, Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas, Jakarta: Prestasi Pusaka, 2010, h.21.

3. Urgensi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual bukan sebuah model dalam pembelajaran. Pembelajaran kontekstual lebih dimaksudkan suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih mengedepankan idealitas pendidikan sehingga benar-benar akan menghasilkan kualitas pembelajaran yang efektif dan efisien. Idealitas pembelajaran dimaksudkan melaksanakan proses pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada upaya pemberdayaan siswa bukan penindasan terhadap siswa baik penindasan secara intelektual, sosial maupun budaya. Guru kadang kala terjebak kepada sifat atau karakter penindasan daripada pemberdayaan siswa pada waktu melaksanakan proses pembelajaran. Persepsi guru yang merasa paling pintar, menganggap siswa tidak mengerti apa-apa, siswa sosok manusia yang bodoh sedangkan guru sosok manusia yang paling cerdas. Implikasi dari asumsi seperti itu akhirnya guru cenderung melakukan tindakan yang tidak edukatif, sehingga siswa merasa tidak aman dan tidak nyaman dalam proses pembelajaran. Pendidikan adalah sektor yang sangat menentukan kualitas hidup suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa, keberhasilan pendidikan juga secara otomatis membawa keberhasilan sebuah bangsa. Kegagalan pendidikan bisa disebabkan oleh kegagalan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang statis dan konvensional akan memperlambat terwujudnya kualitas pendidikan. Sebaliknya pembelajaran yang dinamis, progresif dan kontekstual akan mempercepat terwujudnya kualitas pembelajaran. Paulo Freire mengkritik secara tegas dan pedas dengan istilah pembelajaran sistem bank banking sistem paedagogis, yang memuat pertanyaan antagonis antara peran guru dan siswa, antara lain: 16 a. Guru mengajar, siswa belajar. b. Guru tahu segalanya, siswa tidak tahu apa-apa. c. Guru berpikir, siswa dipikirkan. d. Guru bicara, siswa mendengarkan. 16 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual, Semarang: RaSAIL Media Group, 2008, h. 2-5