menimbang massa benda dengan menggunakan neraca O‟haus, ia bertanya kepada temannya. Kemudian temannya yang sudah bisa menunjukkan cara menggunakan
alat itu. Maka dua orang anak tersebut sudah membentuk masyarakat belajar Learning Community.
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang
lambat, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru
melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang ahli ke kelas. Masyarakat belajar apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang guru
yang mengajari siswanya bukan contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru kearah siswa, tidak
ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa, bukan guru. Dalam belajar masyarakat, dua
kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar satu sama lain. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar
memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.
5. Pemodelan Modeling
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru oleh siswanya, misalnya guru memodelkan langkah-
langkah cara menggunakan neraca O‟haus dengan demonstrasi sebelum siswanya melakukan suatu tugas tertentu.
Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang bisa ditunjuk
untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.
Model dapat juga didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya, misalnya mendatangkan seorang perawat untuk memodelkan cara menggunakan
termometer untuk mengukur suhu tubuh pasiennya. 6.
Refleksi Reflection Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
baru diterima. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan yang
dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan-pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi
dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya. Kunci dari semua itu adalah bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang
sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru. Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa
melakukan refleksi. Realisasinya berupa: a.
Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu b.
Catatan atau jurnal di buku siswa c.
Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu d.
Diskusi e.
Hasil karya 7.
Penilaian autentik Authentic Assement Assement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan
benar. Apabila
data yang
dikumpulkan guru
mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari
kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assemen tidak dilakukan di akhir periode
pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama-sama secara terintegrasi tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Assement menekankan proses pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan
proses pembelajaran. Guru ingin mengetahui perkembangan belajar fisika bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata di kehidupan sehari-
harinya yang berkaitan dengan fisika, tidak hanya saat siswa mengerjakan tes fisika saja. Pengumpulan data yang demikian merupakan data autentik.
5. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Perbedaan perbedaan kontekstual dengan pendekatan tradisional dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
19
Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
No Kontekstual
Tradisional
1. Menyesuaikan pada memori spasial
pemahaman makna Menyesuaikan pada hapalan
2. Siswa terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran Siswa secara pasif menerima
informasi
3. Pembelajaran
dikaitkan dengan
kehidupan nyatamasalah
yang disimulasikan
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4 Siswa
menggunakan waktu
belajarnya untuk
menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis,
Waktu belajar siswa sebagian besar
dipergunakan untuk
mengerjakan buku
tugas,
19
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru...., h. 296
atau mengerjakan
proyek dan
pemecahan masalah melalui kerja kelompok
mendengar ceramah, dan mengisi latihan
yang membosankan
melalui kerja individu
5 Hasil
belajar diukur
melalui penerapan penilaian autentik
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk
tesujianulangan
6 Siswa diminta bertanggung jawab
memonitor dan mengembangkan pembelajaran
mereka masing-
masing Guru adalah penentu jalannya
proses pembelajaran
Dengan melihat tabel tersebut, dalam pembelajaran yang menggunakan CTL akan lebih konkret, lebih realistis, lebih aktual, lebih nyata, lebih
menyenangkan, dan lebih bermakna. Proses belajar mengajar CTL ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kualitas, kreativitas, produktifitas, efesiensi,
dan efektifitas siswa. Menurut teori pembelajaran kontekstual, belajar hanya akan terjadi jika
siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dim
ilikinya. “Dalam CTL guru berperan sebagai fasilitator tanpa henti reinforcing, yakni membantu siswa
menemukan makna pengetahuan. Siswa memiliki response potentiality yang bersifat kodrati. Tugas utama pendidik adalah memberdayakan kodrati ini
sehingga siswa terlatih dalam menangkap makna dari materi yang diajarkan”.
20
6. Aplikasi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual
adalah kaidah
pembelajaran yang
menggabungkan isi kandungan dengan pengalaman harian individu, masyarakat, dan alam pekerjaan. Kaidah ini menyediakan pembelajaran secara konkret yang
melibatkan hands-on dan minds-on. Pembelajaran akan berlangsung dengan baik
20
Elaine B. Johnson, Op.Cit., h.20
apabila peserta didik dapat memproses pembelajaran atau pengetahuan dengan cara bermakna dan disampaikan dengan berbagai cara yang bervariasi.
Dalam proses pembelajaran secara kontekstual, peserta didik akan melalui satu atau lebih daripada bentuk pembelajaran sebagai berikut.
Contoh pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
21
Gambar 2.2 Bentuk Pembelajaran Kontekstual
B. Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Inkuiri
Inkuiri berasal dari bahasa inggris “inquiry” yang secara harfiah berarti penyelidikan. Piaget mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode
yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta
21
Ella Yulaelawati, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Pakar Raya, 2007, h. 141
R
Relating Mengaitkan
Eksperiencing Mengalami
Applying Mengaplikasikan
Cooperating Bekerja Sama
Transferring Memindahkan
E
A
C
T
Belajar dalam konteks menghubungkaitkan pengetahuan
baru dengan pengalaman hidup
Belajar dalam konteks penemuan dan daya cipta
Belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi dapat
digunakan dalam berbagai situasi Belajar dalam konteks
menghubungkaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman hidup
Belajar dalam konteks pengetahuan yang ada atau
membina dari apa yang sudah diketahui
menghubungkan penemuan yang satu dengan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain.
22
Inkuiri pada dasarnya adalah suatu ide yang kompleks, yang berarti banyak hal, bagi banyak hal, bagi banyak orang, dalam banyak konteks a
complex idea that means many things to many people in many contexts. Inkuiri adalah bertanya. Bertanya yang baik, bukan asal bertanya. Pertanyaan harus
berhubungan dengan apa yang dibicarakan. Pertanyaan yang harus diajukan harus dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya. Pertanyaan harus dapat diuji dan
disilidiki secara bermakna.
23
Pembelajaran inkuiri adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan siswa menemukan
prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
24
Inkuiri memberikan kepada siswa pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif. Siswa diharapkan mengambil inisiatif. Mereka dilatih bagaimana
memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan. Inkuiri memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangannnya bekerja
dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan mereka bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa harus memainkan dan
memfungsikan talentanya masing-masing. Berdasarkan urain di atas dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri adalah
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga
mereka dapat menemukan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
22
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 108
23
Nurhadi, dkk, Op.Cit., h. 43
24
Kunandar, Op.Cit., h. 371.