Pembagian Harta Waris dalam Adat Minangkabau
42
kedudukannya. Kedudukan harta pusako ini terbagi dalam pusako tinggi dan pusako randah.
38
4 Pusako Tinggi
Yang dimaksud dengan harta pusako tinggi ialah segala harta pusako kaum yang diwarikan secara turun temurun dari beberapa generasi
berdasarkan garis keturunan ibu. Babirik birik tabang ka sasak
Babirik- birik terbang ke sasak Dari sasak turun ka halaman
Dari sasak turun ke halaman Dari niniek turun ka mamak
Dari buyut turun ke mamak Dari mamak turun ka kamanakan
Dari mamak turun ke kemenakan Proses pemindahan kekuasaan atas harta pusako dari mamak ke
kemenakan ini dalam adat Minangkabau disebut juga dengan “Pusako
Basalin”. Bagi harta pusako tinggi berlaku keturunan adat sebagai berikut: Babirik- birik tabang ka lansek
Babirik- birik terbang ke lansek Dari lansek ka tunggak tuo
Dari lansek ke tonggak tua Ka tunggak tuo kayu batareh
Tonggak tua kayu berteras Tareh nan dari tapak tuo
Teras yang dari tapak tuan Dari niniak turun ka gaek
Dari nenek buyut turun ke buyut Dari gaek turun ka uo
Dari buyut turun ke nenek Dari uo turun ka mande
Dari nenek turun ke ibu Dari mande turun ka puan
Dari ibu turun ke perempuan
39
Dari keterangan di atas tampaklah bagaimana silsilah harta pusako tinggi yang selama ini dikenal dalam ketentuanadat Minangkabau.
38
A. A Navis, Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau, Jakarta: Grafiti Press, 1984, h. 163
39
Amir M. S, Adat Minangkabau: Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, 2001, h. 94
43
Pusako tinggi hanya boleh digadaikan bila keadaan sangat mendesak hanya untuk 4 hal, yaitu:
40
a Mayik tabujua di tangah rumah mayat terbujur di tengah rumah
Setiap orang yang meninggal biasanya akan disemayamkan dirumah duka, tidak terkecuali laki-laki dalam adat Minangkabau. Meski
menetap di rumah atau lingkungan istri, tetapi jika seorang laki- laki mamak, niniak mamak, penghulu meninggal, maka akan dibawa
disemayamkan di rumah gadang kaum atau sukunya untuk kemudian dikubur di pandam pekuburan kaum atau sukunya. Apabila tidak ada
biaya untuk menyelenggarakan mayat tersebut, barulah harta pusako tinggi tersebut boleh digadaikan.
b Mangakkan gala pusako mendirikan gelar pusako
Di dalam adat Minangkabau, garis keturunan yang biasa disebut suku harus mempunyai seorang penghulu. Penghulu menjadi simbol
tegaknya adat dalam suatu suku. Bila suatu suku tidak memiliki penghulu maka suku itu akan dipandang “kurang”, masyarakat akan menganggap
suku itu tidak beradat karena aspirasi anak kemenakan tidak tersampaikan dibalai adat, pada akhirnya keberadaan suku tidak dihargai lagi di tengah
masyarakat. Dengan dmikian, bila gelar pusako penghulu sudah lama
40
A. A Navis, Alam Takambang jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau, Jakarta: Grafiti Press, 1984, h. 167
44
hilang karena tidak cukup biaya untuk upacara batagak gala penghulu, maka harta pusako tinggi itu boleh digadaikan.
c Gadih gadang indak balaki anak gadis yang belum bersuami
Dalam tradisi Minangkabau dulu, anak perempuan yang sudah berumur tujuh belas tahun sudah pantas dinikahkan atau bersuami, jika
belum ada yang mempersunting atau belum punya calon suami, maka menjadi tugas mamak, niniak mamak untuk mencarikan jodoh bagi anak
kemenakannya. Anak kemenakan perempuan yang sudah cukup umur atau lebih sudah tua dalam ukuran adat setempat belum bersuami, maka
seluruh kaum atau suku akan mendapat malu, apalagi dia anak tunggal atau anak perempuan satu- satunya karena dia akan menjadi penerus suku.
Jika jodoh sudah didapat namun uang untuk memperhelatnya tidak ada, maka dilakukan gadai terhadap harta pusako.
d Rumah gadang katirisan rumah gadang ketirisan
Rumah gadang berfungsi sebagai tempat berkumpul dalam rapat atau upacara adat serta sebagai tempat tinggal bagi perempuan dalam satu
kaum. Jika seorang laki-laki dalam sebuah kaum berkeluarga, maka dia harus keluar dari rumah gadang dan menetap di rumah atau lingkungan
keluarga istrinya. Apabila rumah tersebut bocor atau rusak dan perlu diperbaiki, sedangkan simpanan suku tidak ada, maka untuk itu sawah
atau harta kaum boleh digadaikan untuk memperbaiki rumah gadang tersebut, sebab rumah gadang adalah lambing dari eksistensi suku.
45
Aturan di atas mengisyaratkan bahwa menggadaikan sawah atau lading hanya boleh dilakukan pada keadaan yang sangat mendsak, di mana
tidak ada cara lain yang dapat dilakukan selain dari cara tersebut, untuk memetuskan gadai ini harus dengan kesepakatan dari seluruh anggota kaum
atau suku itu. Adanya harta pusako tinggi berkaitan dengan sejarah lahirnya
kampuan dan koto yang diikuti dengan membuka sawah lading sebagai sumber kehidupan. Pembukaan tanah untuk sawah lading ini sebagai hasil
galuah taruko oleh pendiri kampung dan koto. Hasil usaha nenek moyang inilah yang diwarisi oleh generasi sekarang dan paling kurang setelah lima
generasi disebut sebagai harta pusako tinggi.
5 Pusako Randah
Yang dimaksud harta pusako randah dalam pembahasan ini adalah segala harta yang didapat selama perkawinan antar suami dan istri. Pusako ini
disebut juga dengan harta bawaan, artinya modal dasarnya berasal dari masing- masing kaum. Pusako randah diwariskan kepada anak, isteri dan
saudara laki-laki berdasarkan hukum waris Islam. Namun dalam berbagai kasus di Minangkabau, umumnya pusako
randah ini juga diserahkan oleh laki-laki pewaris kepada adik perempuannya, tidak dibagikan menurut hukum waris Islam. Karena setiap laki-laki pewaris
pusako randah yang diterima anak laki- laki boleh saja “dihibahkan” pada
46
keluarga isteri, tetapi pada umumnya justru dipasrahkannya kepada saudaranya yang wanita untuk menambah harta pusako kaumnya sendiri.
Anak lelaki Minangkabau tidak mau membawa harta apapun dari harta apapun dari harta kaumnya karena merupakan aib baginya. Karena itu tugas
dan tanggung jawab pria Minangkabau sangat berat dan mulia. Dia harus bekerja keras untuk mmebrikan jaminan hidup bagi anak dan isterinya dan
sekalian harus membantu saudara dan kemenakannya sendiri di pesukuan. Masyarakat Minangkabau mengimplementasikan dari pepatah adat
sebagai berikut: Anak dipangku
Anak dipangku gendong Kamanakan dibimbiang
Kemenakan dibimbing Urang kampuang dipatenggangkan Orang kampung di tenggangkan
Sesuai dengan filosofis adat Minangkabau yang dinamis, maka kurang tepat pria Minangkabau diberikan warisan apalagi mengharapkan warisan dari
kedua orang tuanya. Sebab dengan demikia, watak tegarnya sebagai laki- laki akan berkurang dan semangat merantaunya akan menurun bahkan akan
hilang. Mereka terbiasa hidup menunggu dan mengharapkan warisan. Wataknya akan lemah, dinamika hidupnya akan lenyap dan mereka akan
merosot menjadi pria yang “penuntut” dan :peminta- minta” dalam
keluarganya.
47
Selanjutnya saudara perempuan itu mewariskan pula kepada anak perempuannya, begitu seterusnya. Akibatnya, pusako randah pada mulanya
dalam 2 atau 3 generasi berikutnya menjadi pusako tinggi pula.
41
Harta pusako randah ini dapat dibedakan menjadi harta susuk
42
di masa datang dan sangat memegang peranan yang besar untuk menambah
pusako tinggi di Minangkabau, yang akan menjamin kesejahteraan rakyat baik di ranah apalagi di rantau.
Pusako randah yang telah diuraikan di atas adalah harta pencaharian orang tua yang diwariskan kepada anak- anaknya, baik laki- laki maupun
perempuan, serta pemberian dari mamak saudara laki-lalki ibu. Pewarisan harta pencaharian dilakukan menurut ketentuan Islam. Di mana laki- laki
memeperoleh dua kali lebih banyak dari masing- masing anak perempuan. Contoh kalau anak itu terdiri dari satu orang anak laki- laki dan 4 orang anak
perempuan, maka anak dihitung seluruhnya seperti enam orang yaitu satu anak laki- laki dihitung dua bagian dan wanita bersama- sama empat bagian.