Asas- asas Kewarisan Adat Minangkabau

49 Kelompok yang bertalian inilah yang disebut dengan keluarga dalam ketentuan adat Minangkabau. 2 Asas Kolektif Asas ini mengandung maksud bahwa yang berhak atas harta pusako bukanlah orang perorang, melainkan suatu kelompok secara bersama- sama. Merujuk pada asas ini, maka harta tidak dibagi perorangan hanya hanya diberikan kepada kelompoknya dalam bentuk utuh tidak berbagi. 3 Asas Keutamaan Maknannya, dalam penerimaan harta pusako atau penerimaan peranan untuk mengurus harta pusako, ada tingkatan- tingkatan hak yang menyebabkan suatu pihak lebih berhak disbanding yang lainnya, dana selama yang lebih berhak itu masih ada maka yang lain belum akan menerimanya.

g. Praktek Pembagian Harta Waris Menurut Adat Minangkabau

Pewarisan yang dimaksud dalam bab ini adalah peralihan harta dari pewaris kepada ahli waris, dalam pengertian adat di Minangkabau lebih banyak berarti proses peralihan peranan dari pewaris kepada ahli waris menyangkut penguasaan harta pusako. Mengenai peralihan ini lebih tergantung pada jenis hrta yang dibagikan. Seperti yang dijelaskan dalam bagian sebelumnya, harta menurut adat Minangkabau terbagi beberapa macam. Bila dilihat tinjauan tentang bermacam- macam harta pusako di Minangkabau, tampaknya yang berkaitan dengan perihal mempusakoi atau pewarisan ialah harta pusako yang ditinjau sari segi asalnya dan 50 menyangkut perihal suami isteri sebagaimana si mayit sampai ke tangan ahli warisnya. Dalam hal ini akan dibahas tentang pewarisan harta pusako tinggi dan harta pusako randdah. Dalam prasarannya ketika menghadiri seminar hukum adat di Minangkabau di Padang, Jahja S. H mengemukakan” “ harta kaum dapat dibedakan yaitu antara harta pusako tinggi, pusako randah dan juga harta pencaharian. Harta pusako tinggi adalah turun temurun dari beberapa generasi. Sedangkan harta pusako rendah adalah harta turun dari suatu generasi. Dan harta pencaharian adalah harta yang diperoleh melalui pembelian atau taruko dan lain- lain.” 45 Kewarisan sangat dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang ada, termasuk di dalamnya mengenai harta pusako di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Demikian juga halnya dengan masyarakat Minangkabau, bagi mereka perbedaan harta pusako dipengaruhi oleh sistim kekerabatan yang mereka anut yaitu kekerabatan matrilineal yang menganut sistem kekerabatan kolektif. Harta pusako di Minangkabau tidak dapat ditentukan bagian masing- masing oleh anggota kaum dan tidak pula dapat dibagi anggota kaum tersebut, namun harta pusako merupakan hak bersama yang kepemilikannya secara ganggam bauntuak. 46 45 Mukhtar Naim, Menggali Hukum Tanah dan Hukum Waris Minangkabau, t.t Studies Press, 1968, h. 84 46 Ganggam baruntuak genggam beruntuk merupakan istilah yang dipakai orang Minangkabau dalam perihal kewarisan yang artinya: harta itu dimilki secara bersama- sama dan tidak boleh dibagi untuk pribadi kaum 51 1 Pewarisan harta pusako tinggi Mengenai pembagian harta pusako tinggi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, harta ini tidak bisa dibagi- bagi namun hanya dipergunakan untuk diambil hasilnya. Seperti yang juga telah diterangkan dalam bahasan sebelumnya, dalam peralihan anak perempuan adalah ahli waris utama untuk mengelola harta pusako tinggi tersebut, sedangkan anak laki- laki bukanlah ahli waris dari harta pusako tinggi tersebut, melainkan hanya ditugaskan untuk menjaganya. Dalam hal ini, tidak ada larangan bagi anak laki- laki untuk mempergunakan mengambil hasil dari harta pusako tinggi tersebut. Pewarisan harta pusako tinggi ini selalu diteruskan oleh keturunan yang perempuan, jika keturunan perempuan sudah tidak ada lagi maka ini disebut dengan istilah putus waris. Maka warisan itu akan jatuh ke tangan orang yang berhak selanjutnya. Yaitu ahli waris menurut adat yaitu kemenakan sesuku tidak datu ranji. 2 Pewarisan harta pusako randah Sedangkan untuk harta pusako randah, sama halnya dengan harta pencaharian yang dimaksud dalam Islam. Cara pembagiannya dengan memakai hukum faraidh. Namun kebanyakan masyarakat Minangkabau lebih memilih untuk memusyawarahkannya terlebih dahulu. Mufakat yang di dapat tidak berpaling dari unsusr agama Islam, terlebih dahulu masing- masing ahli waris mengetahui bagiannya masing- masing maka barulah setelah itu dibagi menurut hasil musyawarah yang didapat.