Pendidikan KONDISI OBJEKTIF KECAMATAN BANUHAMPU

60

E. Sosial Budaya dan Adat Istiadat

1. Sosial Budaya

Semenjak agama Islam diterima di Minangkabau khususnya di Kecamatan Banuhampu, banyak hal-hal yang berdasarkan ajaran Islam dilaksanakan. Surau yang semula tempat berkumpul dan bermalam anak-anak muda suku, berubah menjadi tempat pengajian. Gelanggan atau adu ayam diubah menjadi gelanggang tempat belajar keterampilan olahraga pencak- silat. Dalam pergaulan hidup sehari-hari, aktivitas kehidupan bermasyarakat dipraktekkan sesuai dengan tata nilai dan norma yang berlaku, baik norma adat maupun norma agama. Walaupun diketahui yang mayoritas beragama Islam. Namun, kedua norma tersebut tetap dijalani secara bersamaan.

2. Adat Istiadat

Di samping menganut agama Islam, masyarakat Kecamatan Banuhampu juga terikat oleh aturan-aturan adat yang mereka warisi dari nenek moyang dahulu. Adat atau hukum adat itu merupakan suatu hukum atau norma tang tidak terkofivikasi tidak tertulis, disampaikan secara lisan, turun temurun dan tetap diakui serta ditaati oleh masyarakat. Dalam hal penyelesaian persoalan dan perkara yang terjadi tersebut, prinsip musyawarah untuk mufakat tetap didepankan, mereka tidak dibenarkan seenaknya saja mengambil tindakan atau keputusan suatu permasalahan antara satu suku dengan suku lainnya, tanpa mengedepankan 61 azas musyawarah. Sehingga, dalam masyarakat adat Banuhampu jarang diketemukan terjadinya perkelahian atau perang antar suku. 13

F. Nagari Taluak IV Suku Kecamatan Banuhampu Sebagai Sampel Penelitian

Seiring dengan lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah sebagai pengganti UU No. 5 tahun 1974 dan UU No. 5 tahun 1979 serta diiringi lahirnya Peraturan daerah Provinsi Sumatera Barat No. 9 tahun 2000 tentang Pemerintahan Nagari dan seiring dengan itu pemerintahan desapun digantikan dengan Pemerintahan Nagari. Nagari Taluak IV suku ini bersebelahan dengan Kota Bukittinggi di sebelah utara, dengan Ladang Laweh di sebelah selatan, dengan Kubang Putiah di sebelah timur dan Guguak disebelah barat. Nagari Taluak IV suku terbagi kepada 3 tiga jorong yaitu jorong Taluak dengan luas 139 Ha, Jorong Jambu Aia dengan luas 223 Ha, dan Jorong Kapeh Panji dengan luas 136 Ha, jadi total keseluruhan dari Nagari Taluak IV Suku adalah 498 Ha. Jumlah penduduk di Nagari ini adalah 5467 Jiwa, laki-laki 2731 Jiwa dan Perempuan 2736 Jiwa. Jika dilihat dari mata pencaharian penduduk Nagari Taluak IV suku banyak yang bekerja di bidang pertanian dan juga perdagangan. 14 13 Iprizal S.SOS Sekretasis Camat Banuhampu, Wawancara, Kecamatan Banuhampu. 14 M. Risman St. Sinaro Wali Nagari Taluak IV Suku, Wawancara, Kecamatan Banuhampu 62

BAB IV POSISI HARTA PUSAKO TINGGI

A. Peran Harta Pusako Tinggi

Harta pusako tinggi mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat Minangkabau karena harta tersebut harta yang diturunkan secara turun temurun dari suatu kaum berdasarkan sistem garis keturunan ibu. Babirik birik tabang ka sasak Babirik- birik terbang ke sasak Dari sasak turun ka halaman Dari sasak turun ke halaman Dari niniek turun ka mamak Dari buyut turun ke mamak Dari mamak turun ka kamanakan Dari mamak turun ke kemenakan Harta pusako tinggi ini adalah warisan dari nenek moyang kaum pemegang harta tersebut yang mana pada dasarnya harta tersebut tidak untuk diperjual-belikan dan hanya boleh digadaikan dengan 4 empat syarat yang telah dipaparkan. Harta pusako itu adalah pemersatu dalam jurai, kaum, suku dan bagi masyarakat Minang pada umumnya, sekaligus untuk mengetahui nan sa asa sakaturunan 1 menurut jalur adat. Harta tersebut juga harta cadangan bagi suatu kaum, jika ada salah seorang anak kemenakan yang hidupnya agak susah maka uruslah harta tersebut. H. Abdul Malik Karim Abdullah yang melihat harta pusako tinggi ini itu sama keadaanya dengan wakaf atau harta musabalah yang pernah diperlakukan Umar bin Khattab atas harta yang didpatkannya di khaybar yang telah dibekukan 1 Satu asal satu keturunan