Peran Harta Pusako Tinggi

64 Ciri khas dari dari harta pusako tinggi ini adalah harta tersebut bukan milik perorangan dan bukan milik siapa-siapa secara pasti, yang memiliki harta itu ialah nenek moyang yang mula-mula memperoleh harta itu secara memancang melatah. Harta itu ditujukan untuk dana bersama bagi anak cucunya dalam bentuk yang tidak terbagi-bagi. Setiap anggota dalam kaum dapat memanfaatkannya tetapi tidak dapat memilikinya. 3 Harta pusako tinggi ini harta yang hanya boleh digadaikan dengan 4 empat syarat yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Namun karena Zaman lah baraliah, Tahun lah bakisah, Gadang lah balega maka harta tersebut sudah ada yang dperjual-belikan karena beberapa faktor.

B. Faktor-faktor dan Penyebab Begesernya Hukum Waris Adat Minangkabau

Dari beberapa faktor dan penyebab bergesernya Hukum Waris Adat Minangkabau khusunya jual - beli harta pusako tinggi ini terdapat beberapa faktor dan penyebab kenapa harta pusako tinggi ini diperjual-belikan diantaranya : 1. Keturunan yang punah Terputusnya generasi a. Keturunan perempuan satu-satunya yang terakhir di kaum yang sasuku saparuik dan sapayuang Harta pusako tinggi adalah suatu hal yang harus diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya dari niniak ka mamak dari mamak ka kamanakan. 3 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Pewarisan Islam Dalam Adat Minangkabau, H. 269- 270 65 Mengenai harta pusako tinggi kuasa dimiliki oleh pihak laki-laki sedangkan kuasa di pihak perempuan. Harta ini harus terus berlanjut dari generasi terdahulu ke generasi selanjutnya atau generasi di bawahnya. Namun ketika generasi tersebut tersebut terputus di pihak perempuan terakhir dan tak ada lagi generasi perempuan lainnya yang akan menguasi harta pusako tinggi maka harta tersebut boleh diperjualbelikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu adanya musyawarah mufakat dan kesepakatan dari semua orang yang berada di kaum tersebut, kaum yang sasuku saparuik dan sapayuang. Maksudnya kaum yang satu keturunan nenek moyang keatasnya. b. Terputusnya generasi di pihak laki-laki terakhir di kaum yang sasuku saparuik sapayuang. Sama seperti keterangan di atas, hal ini juga pernah terjadi di kenagarian Taluak IV Suku yang mana keturunan tersebut terputus di pihak yang laki- laki dan tak ada lagi keturunan perempuan yang mewarisi harta pusako tinggi tersebut. Pihak laki-laki hanya memiliki kuasa terhadap harta tersebut namun yang mempunyai hak adalah pihak perempuan. Jadi harta tersebut boleh diperjual - belikan sesuai ketentuan di atas. 2. Harta pusako tinggi ini jikalau ada wasiat dari pewaris untuk menghibahkannya ke Nagari atau dihibahkan ke sesuatu yang mendatangkan manfaat terhadap si pewaris dan para sesepuh nenek moyang mereka terdahulu maka ini boleh dilakukan ketika sudah ada kesepakatan dari 66 musyawarah mufakat yang terjadi antara orang-orang yang berada di kaum yang sasuku dan saparuik tersebut. Ketika harta tersebut telah berganti kedudukan menjadi milik si penerima hibah maka si penerima hibah boleh memperjual-belikan harta tersebut. Atau dengan kata lain, ketika status harta pusako tinggi ini telah berganti dan telah dialihkan kepada pihak ketiga maka pihak ketiga boleh untuk memperjual-belikannya karena harta tersebut telah menjadi hak milik dari pihak ketiga tersebut. 3. Dalam suatu kasus yang pernah terjadi di Nagari Taluak IV Suku ini, pernah suatu kali dalam suatu keturunan kaum yang sasuku saparuik ini yang mana generasi perempuan atau pihak perempuan yang akan menerima harta pusako tinggi ini tidak ada lagi dengan kata lain terputus di generasi yang laki-laki. Dalam hal ini, harta pusako tinggi ini bisa jatuh ke tangan anak dari kaum laki-laki yang telah berbeda sukunya terhadap kaum yang aslinya. Lalu ketika si anak dari anak laki-laki ini hendak memperjual-belikan harta pusako tinggi ini boleh saja ketika ada kesepakatan dari musyawarah mufakat yang telah terjadi, walaupun ia berbeda suku dengan suku bapaknya, karena sistem kekerabatan di Minangkabau adalah menurut garis keturunan ibu bukan bapak Matrilineal. 4. Harta pusako tinggi juga boleh diperjual-belikan ketika di kaum tersebut memang terjadi krisis yang memaksa harta tersebut untuk diperjual-belikan. Maksudnya, didalam tubuh kaum yang sasuku dan saparuik tersebut tidak ada