Pengertian Kewarisan Menurut Hukum Islam

16 Sedangkan sumber hukum kewarisan islam dari Al-Hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas r.a : 4 Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata: bersabda Raulullah Saw, bagilah harta warisan diantara ahli waris sesuai dengan ketentuan kitabullah. HR. Muslim. Ijma dan ijtihas para sahabat imam-imam mazhab dan mujtahid-mujtahid kenamaan mempunyai peranan yang tidak kecil sumbangannya terhadap pemecahan-pemecahan masalah waris yang belum dijelaskan oleh nash-nash yang sharih, misalnya: a. Status saudara-saudara yang mewarisi sama-sama dengan kakek. Dalam al- Qur’an hal ini tidak dijelaskan yang dijelaskan adalah status saudara-saudara bersama-sama dengan ayah atau bersama-sama dengan laki-laki yang dalam keadaan ini mereka tidak mendapat apa-apa lantaran hijab kecuali dalan kalalah mereka mendapatkan. Menurut kebanyakan pendapat sahabat dan imam-imam mazhab yang mengutip pendapat Zaid bin Tsabit, saudara- saudara tersebut mendapat pusako secara muqasamah dengan kakek. b. Status cucu yang ayahnya lebih dulu mati daripada kakek yang bakal diwarisi yang mewarisi bersama-sama dengan saudara-saudara ayah. Menurut 4 Abu Husain Muslim Ibnu Al-hajjaj Al-husyairy Al-naisabury, Sahih Muslim, Juz III. Indonesia: Maktabah Daklan, t.th h.1234 17 ketentuan mereka tidak mendapat apa-apa lantaran terhijab oleh saudara ayahnya, tetapi menurut kitab undang-undang Wasiat Mesir yang mengistinbatkan dari ijtihad para ulama mutaqaddimin, mereka diberi bagian berdasarkan atas wasiat wajibah. 5

3. Rukun dan Syarat Kewarisan Islam

a. Rukun Kewarisan

Dalam masalah pembagian harta waris ini terdapat rukun-rukun yang harus dipenuhi yaitu: a. Muwaris orang yang member warisan, yaitu orang yang meninggal dunia baik meninggal dunia secara hakiki atau karena keputusan hakim dinyatakan mati berdasarakan beberapa sebab. Harta peninggalan yang ditinggalkan berhak dipusakai oleh orang lain. b. Waris, penerima waris, yaitu orang yang mempunyai hubungan dengan orang yang telah meninggal dengan suatu sebab dia mendapatkan harta pusaka, baik hubungan itu karena hubungan kekeluargaan atau perkawinan. c. Maurus, benda yang diwariskan, yaitu harta peninggalan si mayit yang akan dipusakai setelah dikurangi biaya perawatan, hutang piutang, zakat dan setelah digunakan untuk wasiat. 6 5 Abid Bisri Mostafa, Terjemah Sahih Muslim, Jilid III, Semarang: Asy Sifa, 1993, h. 146 6 Teuku M. Habsyi As- Shidiqy, Fiqh Mawaris, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997, h. 33-34