6,744
Tabel 4.8 Hasil Uji-t
Kelas dk
t
hitung
T
tabel
05 ,
Kesimpulan
Eksperimen 58
5.84 2,00
tolak Ho
Kontrol Tabel 4.8 menunjukan bahwa t
hitung
t
tabel
5,84 2,00, maka dapat disimpulkan bahwa H
ditolak dan H
1
diterima, dengan taraf signifikansi
05 ,
.
Gambar 4.3 Kurva Uji Perbedaan Data Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai t
hitung
= 5.84 lebih besar dari t
tabel
, yaitu nilai t
hitung
berada pada daerah penolakan H daerah kritis. Hal ini berarti
bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran generatif berpengaruh positif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.
Perhitungan selengkapnya mengenai uji hipotesis dapat dilihat pada lampiran 20.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa H
1
diterima dan Ho ditolak atau dengan kata lain rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelompok eksperimen yang diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran generatif lebih baik daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pada kelompok kontrol yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
D. Pembahasan
Secara umum hasil yang diperoleh melalui penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran generatif dapat memberikan pengaruh
positif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa. Hal ini didasarkan
2,00 6,74
pada perbedaan rata-rata skor tes akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tercantum pada Tabel 4.5. Dapat dilihat bahwa skor kemampuan komunikasi
matematik untuk kelas eksperimen adalah memiliki nilai rata-rata 68,30. Sedangkan skor kemampuan komunikasi matematik untuk kelas kontrol memiliki
nilai rata-rata 47,43. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi 0.05, diperoleh t
hitung
= 6.74 dan t
tabel
= 2.00. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan komunikasi
matematik siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa kelas kontrol.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa model pembelajaran generatif lebih menitikberatkan pada upaya untuk mengaktifkan siswa
membangun pengetahuan dalam pikirannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Osborne Wittrock yang mengungkapkan bahwa esensi pembelajaran generatif
bertumpu pada pikiran otak manusia, bukanlah penerima informasi pasif tetapi aktif mengkonstruksi dan menafsirkan informasi serta mengambil kesimpulan.
Informasi tersebut selanjutnya dikomunikasikan dalam bentuk lisan maupun tulisan yang dapat diketahui melalui jawaban siswa terhadap masalah yang
diberikan. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran generatif melibatkan peran aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Pada setiap pertemuan siswa diberikan bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa LKS yang peneliti buat sebagai sarana berlangsungnya tahapan-tahapan kegiatan
pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematiknya. Hal tersebut yang membuat siswa lebih paham
terhadap materi yang dipelajari dan kemampuan komunikasi matematik siswa dapat berkembang sehingga proses pembelajaran menjadi bermakna. Model
pembelajaran generatif terdiri dari 4 tahapan pembelajaran, yaitu tahap persiapan, tahap pemfokusan, tahap tantangan, dan tahap aplikasi.
Tahap pertama adalah tahap persiapan. Pada tahap ini, guru menggali pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari.
Siswa diberikan kebebasan untuk mengungkapkan gagasanide-ide dalam menjawab pertanyaan yang terdapat pada LKS. Banyak gagasan yang